Part 31

348K 20K 15.7K
                                    

Setelah gagal terbit, DD gak akan di up lagi di wattpad. Dan beberapa part selanjutnya aku unpublish, ngerasa kecewa aja hahahha. Tapi, aku jadi punya pemikiran baru.

Kayanya, kelanjutan Dunia Davin akan aku posting di KaryaKarsa, yaa~ tentunya berbayar. Tapi tenang aja di sana akan sampai tamat, dengan beberapa extrapart, di jamin puas dan tidak akan mengecewakan.

Masih penasaran kan sama kelanjutannya? WKWKWKK. Tunggu ya, secepatnya aku kasih info. Setuju gak setuju bakal aku tetep lakuin.
Daripada naskahnya nganggur aja kan? See u gaes and big sorry buat yang udah nungguin PO nya Davin. Bukan cuman kalian, aku juga kecewa.

Kayanya kedepannya semua naskah aku gak akan aku terbitin, kecuali yang udah terlanjur ttd kontrak. Tapi masih kayaknya, soalnya aku tau gak semua penerbit curang dan licik. Doain ya.

Dari jiaa,
pencipta semua mahkluk stress di cerita ini😈

Selamat menikmati part terakhir di wattpad:*

******

"Aghhh, jangan. T-tolong," lirihan itu terdengar begitu menyayat. Laki-laki dengan rambut agak ikal itu memeluk dirinya di lantai yang kotor dan berdebu. Dia terus memohon ampun dengan tenaga yang tersisa.

Tubuhnya penuh dengan luka. Wajahnya sudah babak belur. Banyak tusukan-tusukan kecil yang dalam di beberapa bagian tubuhnya membuat dia di penuhi darah. Paling parah, perutnya yang beberapa detik lalu terkena tembakan pistol.

Tangannya yang berada di perut itu berlumur darah, dia mengangkat salah satu tangannya guna menahan sosok mengerikan di depannya. "G-gue mau hidup, biarin gue hidup," ucapnya dengan air mata yang terus mengalir.

"Penghianat," laki-laki yang berdiri menjulang itu mendesis tajam. Pisau kecil serta pistol di genggaman tangannya dia lemparkan asal kemudian berjalan menuju sisi gudang dan mengambil pisau berkarat yang tergeletak di sana.

Melihat itu membuat pria tadi langsung menggeleng dan memohon ampun. "Sean, gue minta maaf. M-maafin gue!" ucapnya panik. "Jangan siksa gue lagi, gue mohon."

Sean mengedikan bahunya santai kemudian berjongkok di depan laki-laki yang tergeletak di bawahnya. "Karel Fredrick," gumamnya. "Gue udah bilang untuk sebarin vidio itu dan jangan di hapus dari platfrom manapun. Tapi ini apa? Belum ada 24 jam, vidio itu udah hilang."

Sean berdecak kemudian melihat wajah Karel yang kini menatapnya dengan memelas. Wajah tampan Karel sudah penuh dengan sayatan dari pisau kecil miliknya tadi, mulut pria itu juga sudah penuh darah karna tadi terus dia hantam menggunakan sepatunya.

"Gue cukup kaget ngelihat kekuasaan adek gue yang semakin lebar. Bahkan vidio fenomenal itu dengan gampangnya dia hilangin." Sean tersenyum kemudian mengarahkan pisau berkarat itu pada pipi mulus Karel dan mengeluskannya pelan membuat Karel merinding setengah mati.

"Gue akuin lo cukup pinter untuk nyelamatin diri dari gue. Lo sembunyi di rumah Davin kan selama ini? Ckck, tapi sayangnya mau ke manapun lo pergi, gue pasti bakal nemuin lo dan bunuh lo sesuai kesepakatan kita."

Sean menancapkan ujung pisau itu ke pipi Karel dengan kuat. "Dua minggu udah cukup untuk ngundur kematian lo," bisiknya mengerikan.

Karel berteriak histeris ketika Sean menekan pisau itu semakin dalam hingga menembus tulang pipinya. Sean menjilat bibirnya seraya menggoreskan pisau di pipi Karel membentuk sebuah lingkaran. Darah keluar begitu banyak membuat Sean semakin semangat.

"Sean," lirih Karel lemah, matanya hampir tertutup karna tidak bisa menahan perih lagi. "G-gue udah manipulasi Davin dan ngalihin tuduhan supaya dia gak tau kalau yang nyebar vidio itu lo. A-apa itu gak bisa di pertimbangkan buat lo maafin gue?"

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang