39

3.7K 453 90
                                    

Dan kini Alen sama Haruto duduk kembali di kursi ruang tamu saling berhadapan.

Haruto memasang raut serius, sementara Alen merasa heran dan bertanya - tanya.

"Jadi apa yang mau lo omongin?"

Haruto menatap Alen fokus. "Soal kejadian tadi, gue mau minta maaf karena udah cuekin lo."

Alen mengernyit. "Yang mana? Di saat gue kasih minum ke lo, tapi lo nya gak perduli? Itu maksud lo?"

Haruto mengangguk. "Sorry."

Ia menghela napas panjang. "Yaudah, gue juga gak masukin hati, kok."

Bohong. Bahkan gue masih ingat gimana rasa kecewa dan sesaknya, ketika lo cuekin gue dan lebih milih air mineral pemberian Wonyoung.

"Dan satu lagi......" Haruto menjeda ucapannya, membuang muka karena ucapan selanjutnya entah mengapa membuat hatinya tak setuju akan perkataannya ini. "Soal gue yang nonjok Jeongwoo, gak usah dibawa perasaan. Gue ngelakuin itu bukan atas dasar cemburu." lanjutnya. Haruto memasang wajah serius.

Udah gue duga. Gimana bisa lo cemburu sama gue?

Alen menahan senyum mirisnya. Di hadapan Haruto sekarang, ia tak boleh memasang raut kecewa akan perkataan cowok itu.

"Lagipula gue juga paham, mana bisa lo cemburu sama gue."

Haruto diam berkecamuk dengan pikirannya.

"Tapi gue penasaran, apa penyebab yang bikin lo nonjok Jeongwoo, hm?" tanya Alen sengaja.

Cowok itu menegang akan pertanyaan Alen. Sebab, sebenarnya Haruto pun tak tahu alasan apa sampai membuatnya melakukan itu kepada sahabatnya. Bahkan, selama mereka bersahabat tak pernah sekalipun Haruto melakukan baku hantam dengan Jeongwoo.

Tapi sekarang, hanya karena melihat Alen yang bersikap manis dengan Jeongwoo, mengapa bisa membuat dirinya begitu emosi dan tak segan melayangkan pukulannya ke wajah Jeongwoo.

Haruto bener - bener pusing akan sikapnya saat ini.

"Jangan tanyain itu." pungkas Haruto dingin.

Alen mengangkat bahu terserah akan Haruto.

"Jangan pernah mikir kalau gue cemburu sama lo karena lo yang deketan sama Jeongwoo, inget itu, Len." ujarnya dengan pelan.

Tau kah perkataan itu sangat menyakiti perasaan Alen saat ini?

"Ya, gue tau." balas Alen dengan tatapan gamang menatap lantai.

"Gue mau pulang. Lo gak papa, kan?" kini Haruto bertanya dengan nada yang lebih santai.

"Nggak papa, gue udah biasa."

Haruto berdiri. Ia menghampiri Alen, sementara Alen merasa was - was akan Haruto yang menghampirinya.

"Besok nggak usah berangkat bareng Jeongwoo." ucap Haruto di depan Alen, kemudian ia tersenyum tipis.

Seperti kaset rusak di otaknya, Alen tak bisa berkata - kata karena ucapan Haruto.

Mengapa dirinya tidak boleh berangkat bareng sama Jeongwoo, memangnya Haruto akan menjemputnya. Begitu?

"Kenapa? Lo mau jemput gue?" tanya Alen polos.

"Waktu gue lebih berharga buat jemput Wonyoung dibanding lo." balas Haruto tanpa memperdulikan perasaan Alen yang sesak akan ucapannya.

Dan setelahnya Haruto berjalan keluar dari rumahnya dengan meninggalkan goresan yang entah udah keberapa kalinya di hati Alen.

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang