67

2.9K 389 24
                                    

Hari-hari berlalu begitu cepat. Hubungan Alen dengan Haruto pun semakin dekat, keduanya sama-sama menunjukkan perasaan masing-masing ketika berperilaku maupun berbicara.

Seperti saat ini contohnya. Di saat Alen yang sedang membersihkan rumahnya di hari libur, kemudian Haruto yang tiba-tiba mengganggu Alen dengan racauannya yang melarang Alen.

"Alen? Hey, sayang." Haruto meraih pundak Alen pelan hingga Alen berhadapan dengannya.

"Duh, Haruto? Apaan sih? Gue lagi nyapu loh."

Haruto menggeleng tegas. "Jangan bersih-bersih terus, sini gantian gue yang nyapu."

"Ck, kok lo?"

"Lo kan udah beresin ruangan-ruangan yang ada di rumah ini dari tadi. Sekarang, giliran gue yang nyapu bagian ruang tv."

Alen hendak menolak akan tetapi Haruto sudah menarik sapu yang masih ada dipegangan Alen.

"Lo duduk, atau istirahat aja gih. Gue nggak suka ya kalau lo sampe kecapean hanya gara-gara ini." ujarnya seraya mulai menggerakan gagang sapu yang berada di tangan kanannya.

Alen memilih menduduki sofa ini, dan matanya terus menatap pergerakan lelaki yang sedang berada di pojok ruang tv.

"Gue nggak papa, Haruto."

"Nggak, gue gak mau lo kecapean. Lo perlu gue sewain asisten? Ya, mending kayak gitu aja. Nanti malem gue bakalan telepon mam--"

"JANGAN!" Alen dengan cepat memotong ucapan Haruto, hingga lelaki itu membalikkan badannya kemudian menatap Alen dengan sorot mata bingung.

"Gue nggak mau ada asisten di rumah ini. Titik." jelas Alen penuh penekanan.

"Ken--"

"Enggak, ya! Gue nggak mau. Gue pengennya semua urusan rumah gue yang ngatur. Lagipula ini bukan hal yang berat buat dilakuin. Gue pun gak ada kerjaan." jawab Alen.

Haruto membuang nafasnya. "Yaudah, iya, kalau itu mau lo."

"Gue bakalan turutin kemauan lo, dan sebagai keringanannya ... gue harus bantu lo."

"Haruto gak usah." tolak Alen tak setuju.

Haruto menggelengkan kepalanya. "Gue gak mau lo yang beberes rumah dengan capenya, dan gue enak-enakan gitu? Nggak. Gue gak mau."

Alen diam karena tatapan Haruto yang menunjukkan tak bisa terbantahkan.

"Yaudah."

Haruto tersenyum lebar. Kemudian melanjutkan kegiatan menyapunya itu.

Alen memilih menyalakan tv, seraya dirinya merilekskan badan karena sedari tadi sudah menghabiskan tenaga dengan membereskan rumah.

"Eh, siapa?" ucap Alen ketika suara bel rumah berbunyi.

Haruto hendak berjalan ke ruang depan, akan tetapi Alen mencegahnya. "Gue aja, To."

Haruto mengangguk.

Alen berjalan ke pintu rumah yang terkunci, kemudian membukanya.

"Misi, Kak, paketnya."

Sedetik kemudian Alen merotasi bola mata malas. 

"Kak, jangan jutek-jutek loh? Ini saya mau nganterin paket. Bukannya seneng, ya?"

Alen jengah, tangan Alen menampol pundak lelaki jangkung yang saat ini tengah berdiri di depannya.

Kemudian lelaki itu pun tertawa cukup keras.

"Gimana, Len? Gue udah cocok jadi tukang paket?" tanya Jeongwoo disela-sela ia tertawa.

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang