65

2.9K 371 20
                                    

Siang ini Alen lagi santai - santai sejenak di atas kasurnya seraya dengerin musik lewat laptop yang ia punya.

Tatapannya teralih di saat pintu kamar terbuka dan menampilkan Haruto.

"Sini, To." ucap Alen menepuk ruang kosong di sampingnya.

Haruto nurut, duduk di atas kasur. Menatap Alen dengan tatapan ragu.

"Kenapa?" tanya Alen peka.

"Gue jenguk Wonyoung boleh gak?

Alen terdiam memahami ucapan Haruto.

"Nggak boleh, ya?" Haruto tersenyum sekilas. "Gak papa, gue nggak jadi pergi."

Alen menggeleng pelan begitu mendengar perkataan Haruto. "Kita pergi bareng aja jenguk Wonyoung. Gimana?"

"Eh?" Haruto menatap tak percaya Alen. "Lo mau ikut?"

"Iya." Alen menatap curiga. "Kenapa?"

"Gue kira lo gak mau ketemu Wonyoung setelah kejadian kemarin." jelas Haruto canggung.

Alen tersenyum tipis. "Gue siap - siap dulu. Lo juga."





































Sampainya di rumah Wonyoung yang sepi, kedua pasangan berbeda jenis itu langsung disambut oleh Wonyoung yang membukakan pintu rumah.

Wajah Wonyoung yang terlihat lesu, dengan hidung dan mata yang memerah begitu memilukan di mata Alen.

Kedua perempuan itu saling beradu mata sejenak, sebelum Alen tersenyum hangat kepada Wonyoung yang masih mengunci bibirnya.

"Hai, Won." Alen menarik pundak Wonyoung, membawanya ke dalam pelukan Alen yang hangat.

Wajah Wonyoung terbenam di atas pundak kiri Alen, tangan Alen mengusap punggung Wonyoung dengan lembut. Mengalirkan rasa nyaman untuk wanita yang sedang berada di kondisi kacau saat ini.

Wonyoung menutup kedua matanya rapat. Rasa sakit akan pengkhianatan Jungwon dan Yujin kembali hadir dan menghantarkan rasa sesak yang enggak bisa Wonyoung bendung.

Dan perlahan di saat matanya terbuka kembali muncul cairan bening lagi. Wonyoung mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga cairan bening itu menetes bebas di atas pipinya kemudian mengenai pundak Alen yang terbalut pakaian.

Haruto tau kalau Wonyoung menangis lagi saat ini, dia hanya diam dan ikut merasakan sakit yang Wonyoung alami saat ini.

"Lo kuat, Won. Lo hebat." Wonyoung menarik dirinya dari dekapan Alen, hingga sekarang mereka bertatapan.

Wonyoung menggigit bibir dalamnya, ia menunduk menatap ubin teras yang terasa dingin. "Gue gak bisa kuat di kondisi sekarang, Len."

Alen ngangguk, memahami perasaan Wonyoung.

"Lo boleh nangis, Won. Tapi gue mohon lo jangan lupa jaga kesehatan lo." ujar Alen setelah sedari tadi dirinya memperhatikan Wonyoung yang tampak kacau, terlebih Alen yakin bahwa wanita di depannya ini belum mengisi perutnya sejak kemarin.

"Buat apa? Gue sehat pun orang lain nyakitin gue. Mending gue sakit!" jawab Wonyoung dengan suara parau khas sehabis menangis.

Alen menggeleng. "Mereka yang salah, lo nya enggak. Jadi, jangan bikin diri lo sendiri sakit karena ngelampiasin rasa kecewa lo buat mereka."

"Gue gak kuat, Len. Hati gue sakit banget sumpah!" Wonyoung menatap Alen sendu.

"Iya, Won. Gue ngerti." Alen mengelus pundak Wonyoung lembut.

Wonyoung menghela napas panjang. Menatap langit yang terlihat sedikit mendung.

"Ayo, masuk. Gue lupa malah ngebiarin lo ngobrol di teras." ucap Wonyoung terkekeh pelan, tapi tetap aja Alen dan Haruto yang melihat pun merasakan miris.

***

"Wonyoung udah tau semuanya."

Perkataan itu sontak menyulut emosi dari lelaki yang sejak tadi terdiam.

"Lo ngasih tau?!" tanyanya terdengar marah.

"Di saat kita pergi ke rumah sakit, Alen sama Haruto ngeliat itu. Bahkan, mereka ngikutin kita."

Jungwon menggebrak meja cukup kuat hingga tatapan orang-orang di dalam cafe ini teralihkan kepadanya.

"Terus mereka bocorin itu semua ke Wonyoung?!"

Yujin terdiam. Bibirnya kelu, jantungnya berdegup cepat. Bahkan Yujin tak mampu untuk menatap bola mata Jungwon yang sangat mengerikan.

"G--gue .... Gue yang ngasih tau secara langsung ke Wonyoung." ujar Yujin bergetar.

"Brengsek!" Jungwon mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. "Sialan lo, Jin?! Kenapa lo ngasih tau Wonyoung!?"

Yujin kembali menangis dalam diamnya. Dengan bahu yang bergetar dan tatapan yang terus memandang lantai cafe ini.

"Gue gak bisa ngebohongin Wonyoung terus-terusan, Jungwon. Gue udah ngelakuin kesalahan yang sangat besar, dan gue nggak mau nutup-nutupin lagi kesalahan gue."

"Bego!"

Jungwon menyugar rambutnya asal, kepalanya terasa akan pecah dengan runtutan kejadian yang terjadi kepadanya.

"Gue gak bisa jauhin Wonyoung lagi, gue harus kasih penjelasan ke dia." ucap Jungwon menggebu-gebu.

Cukup sudah Jungwon menjauhi Wonyoung,  bahkan ia yang bodoh memutuskan hubungannya dengan perempuan yang dicintainya itu tanpa sebab. Itu semua Jungwon lakukan karena merasa bersalah dan belum siap untuk menjelaskannya kepada Wonyoung.

Namun kini, Jungwon harus kembali lagi kepada Wonyoung. Tak perduli penolakan Wonyoung yang keras, Jungwon akan terus mendapatkan maaf Wonyoung.

"Lo mau kemana?" Yujin menegakkan kepalanya ketika Jungwon berdiri dari duduknya.

"Gue bakalan kejar Wonyoung, gue nggak bisa kayak gini terus."

Yujin merasa sakit akan jawaban Jungwon. Dengan mata berair, Yujin mencegah kepergian Jungwon dengan memegang tangan lelaki itu.

"Lalu gue gimana?"

Jungwon terdiam. Menatap wajah Yujin yang terlihat menyedihkan.

"Gue nggak bisa, Jin. Sorry."

Dengan sekali hentakan, genggaman tangan Yujin terlepas.

Jungwon pergi meninggalkan Yujin, ia lebih memilih mengejar Wonyoung.

Yujin terpukul dengan kenyataan saat ini, dadanya terasa sesak. Tangannya mengepal kuat kemudian memukul-mukul dadanya berharap bisa menghilangkan rasa sesak itu.

💎💎💎

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang