51

4K 486 102
                                    

Senyum yang terlihat sangat menarik terus terpatri di bibir Alen. Sekarang pun saat ia sedang memasak hatinya masih berbunga - bunga karena perkataan Haruto di supermarket sebelumnya.

Haruto udah memastikan untuk membuka hatinya buat Alen. Dan yang terpenting adalah Haruto mengakui bahwa dirinya tidak merasa cemburu akan hubungan Wonyoung dan Jungwon. Itu bagus, artinya Haruto perlahan melupakan Wonyoung dan perasaannya terhadap sang mantan pudar perlahan.

Saat sedang memasak sayur brokoli, Alen dikagetkan dengan Haruto yang tiba - tiba berdiri di sampingnya dengan tangan kanan yang menggenggam sebuah minuman kaleng, cola tentunya.

"Masak sayur?" tanya Haruto kemudian menenggak minuman kaleng itu beberapa kali tegukan.

Alen membuang muka untuk tidak melihat Haruto yang terlihat keren pada saat minum.

"Hm, kenapa?"

"Gue jarang makan sayur." jawabnya kemudian menumpukan kedua tangannya di kabinet, badannya lebih membungkuk dan matanya menatap Alen dari samping.

Alen tau kalau Haruto sekarang menatapnya dengan terang - terangan. Alen enggan buat balik natap Haruto, masalahnya dia juga malu. Lebih baik Alen cepat - cepat menyelesaikan masaknya kemudian melakukan kegiatan makan sore.

"Len." panggil Haruto dengan suara yang rendah, masih dengan posisinya seperti itu.

Alen menggigit bibir dalamnya menahan debaran yang berdetak cepat. Sangat cepat. "Hm?" hanya itu yang bisa Alen katakan karena tak kuasa menahan segala debaran.

"Kalau sayurnya gak enak, lo harus ngabulin permintaan dari gue." ucapnya yang Alen gak paham.

Alen cepat menoleh dan benar saja matanya bersitubruk dengan bola mata Haruto. Mereka bertatapan beberapa detik hingga akhirnya Alen membuang muka dan kembali fokus ke kegiatan masaknya.

"Apaan? Masakan gue pasti enak lah." Alen mematikan kompor yang menyala, kemudian mengalihkan sayuran itu ke mangkuk yang udah dia sediakan.

Haruto diam memperhatikan Alen yang begitu cekatan dalam hal memasak. Senyum Haruto terbit sempurna karena itu. Hal yang menjadi dasar Haruto tersenyum adalah ia merasa senang karena Haruto bisa merasakan masakan yang dibuat oleh istrinya secara langsung, olahan dari tangan Alen.

"Yaudah ganti." Alen diam tak merespon masih dengan kegiatannya. "Gue jarang makan sayur, kalau pun gue makan sayur sekarang, nantinya gue mau lo kabulin permintaan gue."

Alen membalikkan badan kemudian menyimpan mangkuk itu di atas meja makan. "Permintaan apaan sih? Kayak bocil banget lo heran."

Haruto terkekeh, menegakkan kembali badannya. Melipat kedua tangannya di depan dada, memfokuskan matanya ke sosok Alen yang saat ini sedang mencuci alat - alat masak yang telah digunakan.

"Pokoknya lo harus mau. Gak ada penolakan, oke?"

Alen mendesah pelan. Susah juga kalau nolak permintaan Haruto. "Iya!"

Haruto tersenyum semakin lebar mendengar itu. Tangannya menepuk kepala Alen beberapa kali dengan lembut. "Nah gitu dong, tambah cantik deh kalau nurut."

Deg. Alen seolah tuli karena ucapan Haruto yang terdengar aneh di telinganya. Ini Haruto kesambet apaan sih? Sikapnya beda banget sehabis nikah.

"Halah buaya!" gumam Alen tanpa repot melirik Haruto.

"Gue jadi buaya?"

"Bukan! Bukan lo!" jengah Alen.

"Gak papa gue jadi buaya, asalkan ke lo ya?"

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang