72

2.9K 304 10
                                    

Ketiganya pulang setelah menghabiskan waktu yang cukup lama di kediaman Wonyoung. Perempuan itu setidaknya terlihat lebih hidup dibandingkan sebelumnya. Dan Alen merasa senang karena itu.

Wonyoung adalah perempuan yang baik hati. Dan Alen harap perempuan jangkung itu akan mendapatkan kebahagiaannya kelak di negara Korea. Menciptakan mimpi dan keinginan yang selama ini Wonyoung mau.

"Lo kapan balik sih, Woo?" tanya Haruto dengan nada jutek. Saat ini Haruto tengah menyetir kemudi mobilnya, dengan Jeongwoo yang duduk di sampingnya. Sementara Alen menduduki bangku penumpang belakang.

Lagi-lagi Alen dibuat pusing dengan masalah posisi duduk. Alen dan Jeongwoo tak mau kalah ingin bersama Alen. Maka dari itu dengan setengah kesal ia pun memutuskan untuk mengisi bangku penumpang belakang. Setidaknya ini akan menjadi adil bagi kedua lelaki itu.

"Ngusir gue lo?" Jeongwoo mendelik.

"Ya, bagus kalau ngerasa."

"Gue bakalan pergi sesuai kemauan gue."

Haruto mendengus. "Inget ye, lo itu numpang sama orang yang udah nikah. Lo seharusnya mikir dong, keberadaan lo itu mengganggu kemesraan gue sama Alen!"

Alen hampir tersedak ludah mendengar penjelasan Haruto. Apa-apaan itu? Kemesraan?! Cih, menggelikan!

"Apa sih, To? geli banget!" timpal Alen dengan ekspresi ngeri.

Jeongwoo sontak saja terbahak. Menertawakan sahabatnya puas-puas. "Noh, denger Alen! Dia aja geli denger lo ngomong kayak gitu."

Haruto mencibir. "Alen, ini lo gak akan belain gue? Gue mau ngusir Jeongwoo masalahnya."

"Udah sih gue bakalan ngungsi ke rumah lo berapa lama, ya?" Jeongwoo tampak berpikir dengan jari yang ia letakkan di dagunya. "Emm ... Sebulan kayaknya. Eh? Atau sedikit banget yak? Oh! Setahun aja gak papa sih."

Haruto menampol bibir Jeongwoo cepat. "Pala lo sebulan, setaun!"

"Apa sih, orang gue betah juga." kata Jeongwoo mencebik kesal seraya mengelus bibirnya.

Alen memijat jidatnya melihat pertengkaran kedua lelaki di depannya. Sudah biasa.

"Gue laper! Makan dulu ya?" kata Alen.

"Hm, lo laper?" tanya Haruto.

"Iya, bego! Itu Alen udah jelas bilang LAPER! Lo budek, ya?" Jeongwoo menjewer telinga kiri Haruto.

"Anjir lepas!" Haruto memukul tangan Jeongwoo hingga jeweran tersebut terlepas.

"Kita makan di restoran Jepang aja yuk!" usul Alen. "Gak papa, kan?" lanjutnya.

"Gak papa, Len."

"Gak papa dong, beb."

Plakk

"Apa lo sebut, hah?! Bap bep bap bep, enak bener tuh bibir ngomong, ye!" Haruto menampol Jeongwoo tepat dibagian paha lelaki itu keras.

Alen tertawa geli melihat itu.

"Apa sih, Toharrr?! Lo posesip banget sumpeh!"

"Iya! Napa lo? Gak terima?!"

Jeongwoo ingin sekali mencekik Haruto. Akan tetapi mengingat saat ini ia tengah menyetir niat itu Jeongwoo urungkan.

"Udah ih ribut mulu." kata Alen akhirnya menengahi. "Lo berdua udah kayak anak kecil."

"Gue sama Haruto, kan, bestie. Ya, gini deh ribut mulu." jawab Jeongwoo santai.

"Ogah!"

"Diem lo, Saepul Tohar!"

"Lo tau kan di mana tempatnya?" tanya Alen.

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang