42

3.7K 461 10
                                    

"Jelasin maksud omongan Jeongwoo." pinta Haruto di tengah - tengah ia menyetir. Ia mereka berdua sekarang lagi di jalan menuju rumah, tepatnya Haruto mengantar Alen ke rumahnya terlebih dahulu.

"Yang mana?" tanya Alen males mikir.

"Dia nyariin lo kenapa."

Alen manggut - manggut paham. Jadi, Haruto penasaran tentang itu?

"Gue tuh tadinya mau pulang bareng Jeongwoo, tapi lo tib--"

"Gue bilang gak usah bareng Jeongwoo!" potong Haruto cepat.

Alen merotasi males. Iya sih Haruto pernah berbicara kepadanya, alias melarang Alen pulang atau berangkat bareng Jeongwoo lagi.

"Ck, ya emangnya salah? Gue kan mau hemat dui--"

"Salah, Alen!" potongnya lagi - lagi tanpa melirik Alen.

Wajah Haruto kentara kesal.

"Habisnya lo gak ada tanda - tanda atau ngechat bakalan anterin gue. Jadi, apa gue salah ngeiyain tawaran Jeongwoo?" Alen masih menjelaskan.

"Salah!" Haruto melirik wajah Alen dengan tatapan sadis. "Gue bilang salah, ya tetep salah! Nggak ada pembenaran dengan alesan lo itu!"

Alen membuang napas kasar. Memijit jidatnya pusing karena sikap Haruto yang selalu menyalahkan dirinya. Padahal kan, salah Haruto juga kenapa tidak memberitahu Alen kalau dia bakalan anterin Alen pulang?

"Gue harap lo gak akan ngulangin kesalahan lo itu lagi, Len. Inget, gue bilang lo gak usah bareng Jeongwoo." ucapnya memerintah.

Alen menoleh, menatap wajah Haruto dari samping lekat. "Kenapa lo larang - larang gue bareng Jeongwoo sih?! Kenapa juga gue merasa rugi banget di sini atas sikap lo yang seenaknya sama gue!"

Haruto menatap Alen sekilas. "Gue ngelarang lo terlalu deket sama Jeongwoo sebagai calon suami lo, yang statusnya udah jadi tunangan lo. Salah, hah?"

Glek

Alen menelan ludahnya kasar. Haruto mengakui kalau dirinya adalah tunangan Alen. Mengapa ucapan Haruto terasa memiliki makna yang dalam.

Alen membuang muka. Takut - takut dirinya terciduk salah tingkah.

"Kalau gitu, gue minta lo lupain Wonyoung sebagai seorang calon istri dan tunangan resmi lo. Apa bisa?" ucap Alen mengalir begitu aja. Dirinya masih menatap kaca mobil tanpa perlu repot mengalihkan wajah ke Haruto.

Alen menahan napas tatkala tak mendengar jawaban dari bibir Haruto. Ia menutup matanya erat - erat seiring rasa ngilu yang merambat hatinya.

Bodoh. Mengapa juga Alen harus berbicara seperti itu kepada Haruto. Seharusnya Alen udah bisa menebak sendiri jawabannya seperti apa. Tentu Haruto akan menolak permintaannya itu.

Haruto tampak menatap jalanan di depan dengan raut tak terbaca setelah Alen berucap demiikian. Ia memilih mengunci mulutnya rapat, mengabaikan permintaan Alen tanpa perlu repot menjawabnya.


































"Lo mau masuk dulu? Mobil bokap gue udah ada, berarti bokap gue udah ada di rumah." ucap Alen sebelum turun dari mobil Haruto.

Meski enggan berbicara lagi dengan Haruto setelah permintaan yang tak masuk akal itu, Alen tetap harus berbicara dengan Haruto sebelum ia turun dari mobil ini.

"Gak, gue titip salam sama Om June dan Tante Eunbi." jawabnya datar.

Alen mengangguk. Sedikit bersyukur karena Haruto yang menolak ajakannya, karena dengan itu Alen bisa mengurangi rasa sesak atas sikap abai Haruto mengenai ucapan Alen sebelumnya.

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang