47

4.1K 477 23
                                    

Jam udah nunjukin pukul 11 malam, tapi Alen masih terus membereskan pakaian - pakaiannya ke dalam koper. Alen ngeliat di dalam lemarinya masih ada cukup baju, terus Alen sengaja menyisakan di dalam lemarinya. Semisal Alen pulang ke rumahnya dan menginap, jadi gak perlu repot bawa baju.

"Udah selesai?" tanya Haruto begitu dia keluar dari kamar mandi.

"Udah."

"Besok mampir ke rumah gue dulu, gue belum beresin bajunya." kata Haruto yang langsung Alen iyain.

Tadi selepas nemuin Hanbin, keduanya langsung pulang. Hanbin sama Lisa nawarin buat nginep tapi Alen nolak beralasan mau langsung beresin pakaiannya buat pindahan ke rumah besok.

Sementara Haruto belum beresin bajunya, jadi besok sebelum mereka bener - bener pindahan ke rumah baru, Haruto bakalan packing pakaiannya terlebih dahulu.

"Lo udah tau dimana rumahnya?" tanya Alen yang kini sedang meregangkan badannya karena pegal.

"Belum," jawab Haruto kemudian duduk di atas kasur Alen.

Alen tertegun melihat Haruto yang menduduki kasurnya seraya memainkan hape. Malam ini, mereka bakalan tidur berdua?

Alen membatin, bakalan seterusnya tidur berdua.

Rasanya masih canggung plus malu.

"Ngapain lo masih berdiri bengong gitu?" Haruto menaikkan alis heran.

"Eh, iya gue mau ke kamar mandi dulu." untuk hilangin rasa gugupnya, Alen masuk ke kamar mandi sekedar membasuh wajah. Entahlah, enggak jadi ngantuk setelah mengingat sekarang mereka hanya berdua.

Alen berharap setelah dia keluar dari kamar mandi Haruto udah tertidur pulas. Namun sayangnya harapan Alen kandas karena Haruto masih memainkan hapenya dengan posisi berbaring di kasur.

"Belum tidur lo?" tanya Alen basa - basi.

Ck, padahal Alen udah tau Haruto belum tidur. Ngapain nanya juga.

"Belum," jawab Haruto tanpa mengalihkan tatapannya dari layar hape.

Beberapa kali Alen menghela napas panjang. Alen merebahkan dirinya di kasur, tepat di samping Haruto.

Haruto sedikit terganggu mendengar Alen yang beberapa kali menghela napas. Dia mengalihkan tatapannya dari layar yang menyala dengan kerutan alis. "Lo kenapa?"

Alen tersentak kaget karena mendapati pertanyaan dari Haruto. Alen menatap Haruto tanpa menoleh. "Nggak papa,"

Seolah tau kalau Alen berbohong, Haruto pun memicingkan matanya menatap wajah Alen dari samping. "Jujur aja ke gue," ucapnya meminta Alen untuk jujur.

Kenapa juga Haruto harus banyak tanya sih? Kenapa akhir - akhir ini Haruto jadi berbeda? Lebih banyak tanya, bersikap lebih hangat dan lembut, dan juga kenapa Haruto berani mencium pipinya seperti sebelumnya?!

Alen mendecak pelan. "Lo gak canggung apa tidur berdua sama gue?"

Haruto terdiam sebentar kemudian menyimpan hapenya di meja dekat kasur.

Dengan tatapan lurus menatap langit kamar Alen, Haruto menjawab pertanyaan Alen. "Kalau lo pikir kayak gitu, lo salah. Gue pun sama canggungnya kayak lo."

Alen diam menyimak, menatap wajah Haruto dari samping.

Haruto terdengar menghela napas pelan. "Semuanya pasti terasa canggung bagi kita, Len. Tapi lo inget omongan gue kemarin malem? Kita harus membiasakan."

Alen mengangguk tanpa bisa dicegah. Setuju akan perkataan Haruto.

"Kita udah terikat, Len. Kebahagiaan dan harapan orangtua kita bertumpu di dalam pernikahan kita ini. Gue baru sadar itu semua karena ngeliat tatapan bahagia dari nyokap dan bokap gue." Haruto mulai berbicara menyuarakan kalimat yang ada di benaknya.

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang