43 ~ H-1

3.9K 451 7
                                    

Berbulan - bulan Alen merasa hati yang semula kosong kini sudah ditempati oleh Haruto.

Setahun sudah Alen lewati terasa menjadi roller coaster bagi hatinya. Semuanya tentu karena ulah cowok tampan yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Alen merasa sempat menyerah dengan hubungannya ini. Tentu itu semua dikarenakan berbagai macam tekanan yang Alen dapatkan. Termasuk tekanan di saat dirinya sedang berjuang untuk menuntaskan pendidikan yang ia emban selama 3 tahun ini. Namun begitu Alen tetap bisa melaluinya.

Namun, rasa gelisah tak berhenti di situ aja. Setelah menuntaskan masa pendidikan selama 3 tahun itu, kini Alen harus berhadapan dengan hubungan pernikahan yang ia khawatirkan.

Haruto, apa dia sudah menyimpan rasa kepada Alen? Secara, mereka sudah bersama - sama sekian bulan sebelumnya karena ikatan pertunangan.

Semua pikiran itu terus memenuhi kepala Alen saat ini.

"Len, kamu baik - baik aja, kan? Mamah khawatir kamu sakit." ucap Eunbi mengalihkan lamunan Alen dari macam - macam kemungkinan.

"Eh? Nggak, Mah. Alen gak sakit, kok."

Eunbi senyum lega. "Kamu udah makan belum?"

"Udah, Alen udah kenyang."

"Kamu kangen sama Haruto, ya? Aduh mentang - mentang gak boleh ketemu, masa udah kangen aja sih?" kata Eunbi menggoda.

Yuna yang saat ini tengah melihat gaun Alen untuk hari istimewa esok, terkekeh geli akan ucapan Eunbi.

"Len, lagian besok lo udah sah ini sih, tahan bentaran supaya gak kangen Haruto." ucapnya malah semakin menggoda Alen.

Eunbi dan Yuna tertawa menggoda Alen. Sementara Alen merasa campur aduk memikirkan semuanya.

"Yaudah, Yuna temenin Alen aja ya. Tante mau ke bawah, mau ngecekin persiapan buat besok takut ada yang kurang."

"Iya,"

Peninggalan Eunbi, di dalam kamar Alen tersisa Yuna seorang. Yuna mengerti dengan perasaan Alen sekarang, sahabatnya ini pasti sedang memikirkan apapun.

"Tenang aja, Len. Semuanya bakalan baik - baik aja. Gue yakin Haruto juga bakalan cinta sama lo nantinya dan nerima kehadiran lo dengan tangan terbuka." Yuna menghampiri Alen yang terduduk di atas kasur.

Alen menghembuskan napas panjang. "Gue takut dia malah masih suka Wonyoung di saat kita udah nikah."

Yuna tersenyum menenangkan. "Jangan berpikir kayak gitu, lo harus optimis. Lagipula kalian udah bareng - bareng selama setahun kemarin loh. Inget kan? Dari awal lo tunangan sampe akhirnya besok lo nikah? Gimana perjalanan lo sama Haruto."

Alen ngangguk. Ia gak bakalan lupa gimana perjalanan Alen untuk berusaha membuat Haruto menerimanya. Rasanya lelah, tapi Alen gak boleh menyerah sampai kata suka terucap dari bibir Haruto.

"Gue besok udah gak jomblo lagi, Yun." kata Alen seraya terkekeh. Mengingat esok adalah hari pernikahannya, Alen melepaskan status jomblonya.

Yuna tertawa bahak. "Iya - iya, gue juga tau. Sahabat gue udah sold out aja ya, padahal diinget  - inget lo gak pernah pacaran waktu SMA."

Alen terkekeh dengan ucapan receh Yuna.

"Pokoknya gue mau lo makin bahagia setelah nikah sama Haruto. Lo kudu bahagia nikah sama dia, orang yang lo suka."

Alen mengangguk yakin.

"Btw lo undang Wonyoung, kan?" tanya Yuna.

"Iya, gue sama Haruto ngundang dia. Ya, walaupun sempet debat karena Tohar gak mau ngeliat Wonyoung sedih katanya."

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang