70

3.2K 330 13
                                    

Haruto melihat Jeongwoo yang tengah berbaring di sofa seraya menatap langit-langit rumahnya.

"Gak main PS sendirian lo?" tanya Haruto kemudian menyimpan plastik hitam yang berisikan tiga nasi goreng.

2 untuk Jeongwoo, 1 untuk Haruto. Sesuai pesanan Jeongwoo sebelumnya.

Jeongwoo melirik sekilas, tanpa minat.

Haruto mengernyit aneh. Kenapa Jeongwoo tampak lesu? Perasaan sebelum Haruto pergi, Jeongwoo baik-baik aja.

"Gue bawa piring dulu."

Haruto kembali dengan membawa dua piring dan sendok di tangannya. Kemudian duduk di lantai yang beralaskan karpet.

"Nih, gue beli dua." kata Haruto sembari membuka karet yang membungkus nasgor.

Diam, tak ada sahutan.

Haruto lagi-lagi melirik sahabatnya yang masih sama dengan posisi tadi dengan heran.

Jengah karena diabaikan, Haruto menampol betis Jeongwoo keras. "Ngapa sih lo? Lo gak kerasukan, kan? Diem-diem mulu."

Jeongwoo mendecak keras. "Apa sih!"

"Ini nasgor lo, cepet dimakan." ketus Haruto. "Gue udah capek-capek ya keluar beli ini."

Jeongwoo terbangun kemudian duduk di atas karpet, duduk berdampingan dengan Haruto.

"Sama-sama, ya, bro." sindir Haruto kemudian mulai menyuap nasi.

Jeongwoo gak perduli, lebih memilih memakan nasi goreng dalam diam.

Sebenarnya Haruto bingung banget ini sahabatnya kenapa jadi tiba-tiba diem? Biasanya Jeongwoo akan berbicara terus menerus, bahkan saat makan pun.

Akan tetapi saat ini rasanya berbeda. Jeongwoo hanya terdiam dengan ekspresi wajah lesu dan agak sedih.

"Habis ini gue mau tidur." kata Jeongwoo memecah keheningan.

Haruto melirik. "Lo yang ngajak gadang, Lo yang batalin."

"Gak mood gue." jawabnya singkat.

Diam-diam Haruto juga memperhatikan sikap sahabatnya itu yang aneh, tiba-tiba berubah menjadi tak minat terhadap apa pun yang dia lakukan.

Lihatlah sekarang, bahkan saat menyuap sendok pun Jeongwoo seolah malas. Sungguh aneh.

Tapi Haruto tak banyak tanya lagi, mungkin Jeongwoo mengantuk. Meski rasanya mustahil Jeongwoo berubah menjadi seperti itu tanpa alasan.

"Nasgor satu lagi masukin kulkas aja, gue kenyang." kata Jeongwoo lagi tanpa menatap Haruto.

Haruto mendengus. "Tumbenan amat gak langsung abis dua."

"Gak mood gue bilang." jawabnya seraya menghela napas panjang.

Keduanya makan dengan hening, baik itu Haruto atau pun Jeongwoo fokus dengan kegiatan makannya masing-masing. Sesekali Haruto membuka handphone seraya mengunyah.

"Gue tidur duluan, To." Jeongwoo membawa piring ke dapur tanpa menunggu jawaban Haruto.

Setelah itu Jeongwoo kembali lagi, dan menatap Haruto. "Kamar gue di mana?" tanyanya masih berdiri.

Haruto melirik pintu yang berada di samping kamar yang ditempati Alen. "Samping kamar gue sama Alen."

Jeongwoo melirik sekilas pintu yang tertutup itu, kemudian mengangguk sekilas.

"Sorry gak jadi gadang, gue tiba-tiba gak mood, Har." kata Jeongwoo sebelum melangkah.

Haruto yang masih terduduk di atas karpet dengan tangan yang masih menggenggam sendok pun sontak mengangguk mengiyakan ucapan Jeongwoo.

Dijodohin | Haruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang