14• Tempramen

35.3K 3.1K 49
                                    

"El bisa ngga sih, kamu dengerin papah sehari aja!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"El bisa ngga sih, kamu dengerin papah sehari aja!"

"Kamu harus bisa menerima saran orang lain! Jangan kekanak-kanakan Elang."

"Elang kekanak-kanakan gimana si pa? Jelas-jelas dia yang udah jelekin kita!" Sergah El tak terima disalahkan.

Geo memijit peningnya yang terasa sakit, pria berkepala tiga itu menghela nafasnya lelah. "Kalau kamu tidak memulai, dia nggak akan bicara seperti itu." Ucap Geo pada Elang.

Elang tersenyum sinis, "jadi papah belain dia?"

"Iya papah bela dia. Karena kamu tidak bisa mengontrol emosi sendiri, bahkan Kamu nggak pernah mau menghargai keputusan orang lain."

"Jangan seenaknya, kamu hidup didunia tidak sendiri!" Lanjut Geo bahkan nadanya sudah naik satu oktaf karena kesal dengan anaknya.

"Pah udah," Lerai Raya mengusap punggung suaminya.

"Kamu" Raya menatap Elang.

"Apa yang papah bilang itu benar, anak mamah ganteng, pinter tapi sayangnya kamu tidak bisa mengontrol emosi diri sendiri sayang." Jelas Raya dengan lembut.

Elang memejamkan matanya, pria itu berdiri dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi decitan kursi yang tadi ia dudukan lalu pergi melenggang begitu saja.

Geo yang melihat itu semakin dibuat kesal. "Dasar anak itu." Desis Geo pelan.

***

Elang duduk di taman belakang sekolah, pria itu mengambil sebatang rokok pada sakunya, Elang memang perokok aktif.

Baru menghembuskan nafas pertama yang langsung disuguhi dengan asap yang mengepul dari mulut serta hidungnya, pria itu meremat dadanya yang terasa sakit. Dengan cepat El melempar rokoknya sembarangan, pria itu memukul dadanya berkali-kali berharap rasa sesak yang menjalar pada bagian dadanya menghilang.

Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering merasakan sesak dan sakit pada dadanya, "sial, gue kenapa si" Gumam pria itu, nafasnya tak teratur tapi sebisa mungkin Elang mengatur nafasnya dengan pelan.

Ia menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi, El memejamkan matanya saat rasa sesak itu perlahan menghilang. Perlahan kelopak mata itu terbuka saat merasakan ada tangan yang mengelus rambutnya dengan lembut.

Elang menegakkan tubuhnya, pria itu menatap Aluna yang berada disamping nya, "udah lo bawa tuh cowok ke rumah sakit?"

Aluna mengangguk, "udah, tulang hidungnya Ari patah tau." Ucap Al memberi tahu.

"Bodoamat" Sahut El tak peduli.

Plak

Aluna menggeplak lengan suaminya, "lo nggak boleh kayak gitu,"

"Jahat banget" Tutur Al.

"Gue ga peduli,"

Aluna menatap nanar punggung El yang sudah pergi, ia menghela nafasnya, bagaimanapun caranya cewek tersebut harus bisa mengubah sifat El yang terbilang tempramen, walaupun hasilnya tipis kemungkinan. Karena setau nya sifat tempramen seperti itu sangat sulit dikendalikan, terlebih lagi sifat El itu bawaan atau lebih tepatnya keturunan dari kakeknya. 


















Tbc

EL & AL  [Revisi]Where stories live. Discover now