36• Problem

16.2K 1.3K 43
                                    

Bunyi derap langkah kaki saling menyahut, ketiga lelaki dengan kesal berusaha menerobos para lautan manusia yang asik dugem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi derap langkah kaki saling menyahut, ketiga lelaki dengan kesal berusaha menerobos para lautan manusia yang asik dugem.

Eza memaki kesal saat beberapa perempuan dengan sengaja menyenggol tubuhnya, bahkan tak ayal juga mereka menarik bahu ataupun mengelus rahangnya.

Sedangkan Damar ia langsung menyentak beberapa perempuan penggoda tersebut.

Berbeda dengan Rey yang tampak menikmati, bahkan ia juga sempet sedikit modus alias grape-grape sebelum tubuhnya ditarik kasar oleh Damar. "Lo kalau mau mesum bisa liat kondisi nggak!" kesal Damar seraya terus menyeret Rey yang tampak tercekik karena ia menarik kerah baju lelaki itu.

Sesampainya pada bagian ujung, mereka melihat Elang yang sudah tampak kacau, Rey menggigit keras lengan Damar sehingga tarikan tersebut terlepas.

"Bego lo, udah ngerti lagi banyak masalah malah tambah penyakit!" Eza menoyor kepala Elang beberapa kali, pria itu memapah tubuh tersebut yang langsung dibantu dengan Rey.

Sedangkan Damar. Lelaki itu berjalan kearah Zay hanya untuk sekedar berterima kasih. "Makasih ya bang, gue nggak ngerti lagi tu bocah bisa sampe mabuk kek gitu." ujarnya.

"Santai"

"E-eh, tapi tunggu dulu." Zay menarik pergelangan tangan Damar, membawanya untuk duduk pada kursi tinggi itu. "Si El, jadi sama cewek yang rambutnya sering dikepang itu?" tanya nya penasaran.

Damar mengerutkan dahinya bingung, bagaimana lelaki itu bisa tau? Namun tak mau memusingkan hal tersebut Damar hanya mengangguk sebagai jawaban.

Zay menghembuskan nafasnya pelan. "Gue nggak nyangka tuh cowok ternyata bucin juga." celetuk nya sambil terkekeh ringan.

Damar lagi-lagi dibuat bingung. "Maksudnya apasih njeng!?"

"Jadi lo nggak tau?" tanya lelaki itu yang dibalas gelengan olehnya.

Zay tertawa geli melihatnya. "Gue kira hubungan kalian spesial, ternyata hanya sebatas kertas."

"Lo ngapa si!" seru Damar kesal, lelaki itu beranjak dari duduknya dengan kasar. Namun pergerakannya terhenti ketika bahunya didorong hingga kini ia duduk kembali.

"Oke, kali ini gue serius."

"Jadi lo nggak tau hubungan apa-apa tentang El sama si cewek kepang itu?"

"Namanya Al."

"Iya itu maksud gue." balas Zay dengan greget.

Damar menggeleng, "hubungan suami istri?"

"Bukan, sini gue ceritain."

***

Perlahan sinar cahaya matahari mengusiknya, lelaki yang terduduk pada meja belajar itu perlahan mengangkat kepalanya, ia mendesis pelan saat rasa pening dikepala nya tak kunjung hilang.

El menatap tangannya yang terbalut dengan kasa. Ia ingat jelas dirinya semalam mengamuk hingga beberapa barang pecah yang membuat seisi kamarnya kini menjadi sangat berantakan.

Perlahan kakinya melangkah, lelaki itu duduk pada pinggir ranjang. Tangannya terulur untuk mengambil satu bingkai foto yang terletak di laci.

El tersenyum miris, ia menatap foto Raya dengan remasan yang kuat pada setiap sisi.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan Raja yang melangkahkan kakinya. Lelaki itu duduk mendekat kearah kakaknya.

"Bang" panggil nya pelan.

Raja memegang pundak Elang. "Lo nggak ke makam?"

Merasa tak ada jawaban membuat Raja menghembuskan nafasnya pelan. "Bang kalau lo nggak ke makam nanti mama sedih. Gue tau lo nggak percaya sama semuanya yang terjadi, tapi setiap manusia yang hidup akan kembali ke tanah."

"Udah takdirnya mama pergi bang, dan soal Aluna yang keguguran mungkin emang belum rejeki."

Elang tersenyum tipis, ia mengangguk perlahan. "Iya, yang hidup akan kembali ke tanah. Dan setelah itu gue."

"El" Elang mengalihkan pandangannya pada pria paruh baya yang kini juga duduk pada sisi kiri nya. Geo mengusap rambut lelaki itu.

Geo paham sekacau apa fikiran anaknya, dia juga sama. Kehilangan orang yang dicintai itu membuat sangat amat terpukul tapi bagaimanapun sebagai manusia kita tidak bisa menentang takdir bukan?

"Tinggal kamu yang belum ke makam mama, apa kamu nggak mau jenguk mama hm?"

"Nanti sore pa, El masih takut."

Geo mengangguk, ia hanya bisa menghargai keputusan anaknya, biar lelaki itu menenangkan dirinya dulu.

Tok, tok, tok

Suara gedoran pintu terdengar nyring. Geo berdiri diikuti oleh Elang yang saat merasakan tamu tak berakhlak itu menggedor bahkan beberapa kali memencet bel dengan kasar.

"Lo ngapain kesini!" ketus Elang saat melihat Rea-mama Aluna berdiri dihadapan pintu dengan wajahnya yang memerah seperti menahan amarah.

"GEO MANA SIALAN!" Rea berteriak dengan kencang, wanita itu mendorong bahu Elang hingga lelaki itu mundur beberapa langkah.

Elang menahan pergelangan tangan Rea saat wanita itu masuk secara tiba-tiba. "Lo apa-apaan si! Punya sopan santun nggak!"

"Minggir!" Rea memberontak saat merasakan pergelangan tangannya terasa sakit saat cengkraman El semakin menguat.

"Ada apa?" tanya Geo yang baru sampai. Pria itu membulatkan matanya kaget saat melihat Rea.

PLAK

"SIALAN LO YANG UDAH BUNUH SUAMI GUE KAN BANGSAT!" teriakan Rea sungguh sangat menggelar membuat beberapa maid mengintip saat melihat keributan yang terjadi.

Rea menyentak tangannya dari cengkraman El, ia memukul Geo dengan bertubi-tubi. "GUE BAKAL ADUIN LO KE POLISI! DASAR PEMBUNUH!"

Elang yang melihat itu langsung mendorong tubuh Rea untuk keluar dari rumahnya. Lalu menutup pintu dengan kasar.

BRAK

Sebenarnya ada hubungan apa Geo dengan Rea.

***



EL & AL  [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang