RTD 29

3.8K 185 3
                                    

Aku masih kepikiran soal percakapan santri wati kemarin, iya kemarin karena hari telah berganti. Aku mengurungkan niat ku untuk bertanya kepada mas al kemarin karena ku pikir bukan saat yang tepat untuk bertanya soal itu.

"Humairo"

Ah itu dia tepat sekali saat aku sedang memikirnya dia pun memanggil ku.

"Iya mas?" Jawab ku

"Kamu lagi ngapain?" Tanyanya

"Cuman membaca buku saja mas, kenapa?"

Iya aku membaca buku tapi itu hanya untuk mengalihkan pikiranku dari percakapan santri yang kemarin aku dengar mas, entah sampai kapan kamu akan menutupinya mas. Umma dan abi pun tidak memberi tau ku soal ini aku pun tidak mengerti mengapa kalian tidak memberi tau ku setidak penting itukah? Sampai aku tidak di beri tau.

"Udah ya baca bukunya" ucapnya sambil merabahkan tubuh di pahaku

"Kenapa emangnya?" Ucap ku sambil memainkan rambutnya

"Sekarang ada aku di sini pacarannya sama aku jangan sama buku, oke?" Ucap mas al

"Mass"

"Dalem sayang?" Ucapnya sambil mendengarkan kepala menatapku

Apa katanya 'sayang'? Ah mas kau membuat wajahku memanas.

"Sejak kapan kamu mulai pakai blas on sya?" Tanyanya menggoda

"Sya ngga pake blas on mas" ucap ku memalingkan wajah

"Sya kamu tau, saat wajah mu seperti itu aku merasa tidak salah memberikan panggilan 'humairoh' padamu" ucap mas al

"Kenapa emang mas?" Tanya ku sambil membelai rambutnya

"Karena wajah mu kemerah merahan seperti umma aisyah" ucapnya mencuil hidungku

"Mass" rengek ku

"Bener loh kamu sih ngga liat tadi, wajah mu itu di buat begitu sempurna oleh Allah sya sangat indah aku pun tidak akan pernah bosen melihat wajah ini" ucap mas al sambil melihat wajahku

"Makannya aku saat setuju kamu memakai cadar,  karena aku tidak mau berbagi dengan banyak orang akan keindahan di wajahmu" lanjutnya

Mas kau tau saat sikapmu seperti ini aku bagaikan menjadi ratu di kerajaan nanindah namun berbarengan dengan itu aku teringat akan ada ratu lain yang akan kau berikan sikap seperti ini juga.

Bahkan aku pun sama mas aku tidak suka berbagi apa yang telah menjadi milik ku, namun nyatanya takdir menyuruhku untuk berbagi apa yang telah aku miliki. Ingin aku egois mas untuk menyuruhmu menceraikan dirinya karena aku ingin memiliki mu seutuhnya, namun aku tidak bisa melakukan itu mas tidak bisa diriku ini tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya.

"Mairoh, hai kamu sedang mikirin apa sih?" Ucap mas al sambil melambaikan tangan ke arah wajahku

"Ah tidak mas, hanya sedikit pening tentang pondok" alibiku

"Lupakan sejenak semua masalah sya, sekarang waktunya kita bersenang senang ya" ucapnya sambil kembali duduk di sebelahku

"Mm iya mas, mas aku ingin bertanya" ucap ku

"Iya tanyakan saja" jawabnya

"Kamar..."

Belum sempat aku melanjutkan ucapan ku tadi tiba tiba ada yang mengucapkan salam dari luar.

"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatu"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu" jawab ku dan mas al sambil berdiri

"Wah lagi pada ngumpul di sini"

"Iya umma" ucap mas al sambil mencium punggung tangan umma dan abi berganti aku pun mengikutinya

"Iya um, kalo gitu umma sama abi bersih bersih saja dulu biar sya siapin makanan, pasti belum makan kan" ucap ku tersenyum

"Ya sudah kalo gitu kami ke kamar dulu ya" ucap umma pamit

Setelah umma dan abi pergi ke kamar aku pun meminta ijin ke mas al untuk menyiapkan makanan untuk umma dan abi makan.

***

Mungkin mulai hari ini aku akan menggantikan tangis kesedihanmu dengan tangis kebahagianan sya, maafkan atas sikap ku kepada mu kemarin kemarin. Mungkin kata maaf pun tidak bisa menghilangkan luka di hati mu yang telah ku goresan, namun aku akan berusaha membuat luka yang menganga itu menjadi tertutup sya, bantu aku sya bantu aku untuk menutup luka hatimu itu.

~Rembulan Terbelah dua~

"Umma dan abi sengaja ngumpulin kalian berdua disini, ada yang ingin kami sampaikan kepada kalian" ucap abi

"Khususnya untuk kamu nduk" lanjutnya

Setelah makan tadi abi meminta kami semua kumpul di ruang keluarga entah apa yang ingin di bicarakan aku pun tidak tau.

"Kami ingin kalian tinggal di rumah dekat taman pondok rumah ali dulu" ucap abi

Ali? Itu adalah nama yang santri wati sebut waktu kemarin.

"Iya tasya ali, dia adalah putra umma yang pertama kakaknya al namun dia sudah kembali ke yang maha kuasa sejak 6 tahun lalu" ucap umma

Apa? Jadi benar umma dan abi memiliki anak selain mas al, lalu kenapa mereka tidak perna cerita tentang ini.

"Maaf nduk kami tidak bilang sebelumnya ke kamu ini semua karena abi yang meminta, abi ingin berbicara soal ini bila umma sudah bisa damai dengan masa lalu" ucap abi

"Ngga papa abi sya ngerti, tapi maaf kalo boleh tau gus ali meninggal karena apa?" Tanya ku memberanikan diri

"Saat itu pesantren mengadakan ziarah santri ali dan al ikut dalam acara itu karena kebetulan ali yang baru lulus dan al yang sedang libur mondok, namun ternyata setelah pulang dari tempat ziarah mobil yang di kendarai ali bersama al mengalami kecelakaan dan nyawa ali tidak bisa di selamatkan alhamdullilah allah masih memberikan kesempatan al untuk hidup di dunia walau dengan keadaan tidak bisa melihat. Ali yang mengetahui keadaan adiknya mewariskan untuk memberikan matanya kepada al sebelum dirinya pergi" ucap abi

Astagfirulloh! Aku baru tau semua ini. Tapi gus ali itu namanya mirip seperti ah sudahlah mungkin hanya sama, dan jadi mata mas al i-itu bukan mata aslinya? Melainkan mata gus ali.

"Sudah, intinya abi dan umma minta maaf karena kami menyembunyikan kebenaran ini kepada kamu nduk. Sekarang lebih baik kalian melihat rumah tersebut terlebih dahulu"

"Sebentar" ucap umma tepat saat aku dan mas al ingin bangkit dari duduk

"Tasya maafkan umma nah, umma harus mengatakan ini" lirih umma

Aku tersenyum "Katakanlah umma"

"Al kenalkan umma dan abi dengan istri keduamu itu" ucap umma pelan

Ya allah, kenapa rasanya sakit padahal aku tau bahwa ini akan terjadi ta-tapi rasa sakit ini tidak berkurang.

"Benar kata umma nak, bawa dia ke pesantren kenalkan kepada kami" ucap abi

Mas al menatapku lekat aku tau maksud dari harapannya itu, bismillah lagi lagi aku memaksakan senyumku.

Aku mengangguk "ajak citra kesini mas"

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora