part 41

4.1K 254 79
                                    

Sejak pertengkaran malam itu, aku menjadi lebih suka diam dan menghindar.

Mungkin aku salah karena memaksakan kehendak, tapi apa aku salah kalo aku ingin meminta kebahagiaan sendiri?

Dia suami ku, orang yang harus ku taati, tapi bukan berarti dia harus terus membuat ku mengalah bukan? Aku juga mau mendapatkan kebebasan walau hanya sebentar.

Lagi pula kalo aku tetap mengikuti keinginannya untuk tidak datang, memangnya aku akan dapat apa? Kecemburuan lagi? Keegoisan lagi? Atau malah aku harus mengalah lagi atas sesuatu yang seharusnya menjadi hak ku?

Ayolah, mesin saja kalo di gunakan terus menerus akan panas, apa lagi aku yang note be-nya adalah seorang manusia.

"Terus gimana kamu bakal diem terus gitu? Terima aja?" Tanya putri

Aku menarik nafas pelan. "Aku nggak tau put" ucap ku

"Kenapa sya? Sampai kapan kamu mau terus terusan kaya gini? Kamu nggak kasian ama anak kamu? Dia juga butuh pengakuan dari ayahnya" ucap putri

Aku tau, aku tau betul bahwa anak aku perlu pengakuan dari abinya tapi aku takut untuk mengungkapkan semua ini. Takut nantinya malah jadi bahaya untuk anak aku.

"Tunggu sampai waktunya pas put" ucap ku

"Kapan sya?"

"Aku nggak tau, tapi aku takut tindakan itu malah membuat anak ku dalam keadaan bahaya" jawab ku

"Terus kamu mau diem terus? Nggak, ini bukan sifat tasya yang aku kenal. Tasya yang aku kenal selalu ngelawan ketidak adilan, kenapa sekarang kaya gini?" Ucap putri

"Kamu liat itu" ucap putri yang langsung mengalihkan fokus ku

Ternyata di sana ada mas al dan citra yang sedang berjalan dengan wajah penuh kebahagiaan.

"Mereka jalan berdua seakan nggak ada beban, sedangkan kamu? Kamu di sini lagi menanggung beban yang mereka berikan. Mau sampai kapan sya? Kalo kamu nggak berani ngelawan mereka, biar aku yang hadepin" ucap putri melangkah pergi

Aku menahan tangannya agar tetap diam di samping ku. "Aku nggak mau perbuatan kamu sampai buat abi, umma, dan ummi kepikiran. Aku di sini tetap bertahan ya demi mereka put, aku nggak mau mereka kecewa" ucap ku

Putri terkekeh kecil, "kebahagiaan mereka? Terus kamu nggak mikirin diri kamu sendiri? Ayolah sya, mereka pasti ngerti nggak mungkin nggak. Aku yakin kamu tau kalo tindakan kamu ini sama aja mendjolimin diri kamu sendiri" ucap putri

Aku juga bingung ingin bagaimana, tapi aku nggak mau buat keributan saat ini. Aku takut itu nantinya malah berakibat pada bayi yang ada dalam kandungan ku, karena hanya dialah yang sekarang menjadi tombak semangat ku.

~RTD~

Malam sudah tiba. Tadi aku meminta tolong pada mbak santri untuk mengepel rumah karena aku rasa lantainya kotor, tadinya aku ingin melakukannya sendiri tapi kondisi ku tidak memungkinkan.

Alhamdulillahnya aku dikelilingi oleh orang orang baik yang mau membantu ku kapan saja.

"Kamu ngapain di sini cit?" Tanya ku saat melihat keberadaan citra ada di dapur

"Ambil minum, kalo gitu aku duluan ya sya eh maksud ku MBA" ucapnya yang ku balas anggukan

Prang

Itu suara gelas yang jatuh. Saat citra ingin berjalan tadi ia kepeleset untunglah tidak sampai jatuh karena berpegangan dengan ku, tapi jadi aku juga ikut ingin jatuh.

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang