part 40

4K 222 40
                                    

Tok tok

Aku membuka jendela. "Gita, sedang apa kamu di sana"

"Assalamu'alaikum umma" ucapnya mencium punggung tangan ku

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

"Umma, tadi gita di suruh bu nyai fatim untuk ke pasar dan di bolehkan untuk sekalian membeli keperluan gita. Kebetulan saat di pasar gita melihat penjual rujak jadi teringat dengan umma, ini buat umma" ucap gita menyodorkan sebuah kantor plastik

Aku tersenyum bahagia di balik cadar ku. "Ini benar buat umma gita?" Tanya ku

Ia mengangguk, "bener umma, di makan ya"

"Makasih ya" ucap ku

Sejak hamil aku memang menjadi antusias dengan berbagai macam buah buahan, seperti rujak ini.

"Kalo gitu gita permisi umma, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Untunglah aku berada di kamar almarhum mas ali, jadi tidak akan ada yang berani masuk tanpa ijin ku.

Ya, kamar ini menjadi tempat ku dan gita untuk saling memberikan sesuatu yang bersifat rahasia.

Rujak ini rasanya enak banget, aku suka. Gita memang pintar mengetahui keinginan ku.

Sehat sehat ya nak, ummi akan bahagia demi kamu.

~RTD~

"Mas hari ini bisa temin aku keluar?" Tanya ku

"Maaf mai tapi mas udah janji ama citra untuk mengajaknya keluar" ucap mas al

"Ya sudah kalo gitu kita keluar bareng aja" ucap ku

Citra menggeleng. "Maaf mba tapi aku hanya ingin bersama mas al" ucap citra

"O-oo ya udah kalo gitu, gapapa"

Padahal aku ingin memberikan sebuah berita yang mungkin bisa membuat posisi ku sama seperti citra.

"Ayo mas berangkat" ucap citra

Mas al mengangguk, "Aku ambil kunci mobil sebentar"

"Aku harap kamu bisa ngerti, karena ini bukan kemauan aku tapi ke mauan anak aku. Seorang ibu akan lakukan apa pun untuk anaknya bukan sya?" Ucap citra setelah mas al sudah berjalan jauh dari kami

"Eh maaf maksud aku MBA" lanjutnya

Apa keputusan ku untuk menerimanya jadi madu ku adalah sebuah keputusan yang salah? Aku sudah mengaggapnya seperti saudara ku sendiri dan aku harap dia juga begitu.

"Ayo cit" ucap mas al yang di balas anggukan oleh citra

"Maaf ya sya" ucap mas al saat citra sudah keluar rumah

Aku mengangguk. "Aku harap tidak ada penyesalan mas" ucap ku

"Maksud kamu?"

Aku menggeleng, "pergilah mas, citra sudah menunggu"

Hari ini memang jadwal ku untuk cek up dengan dokter indi, dan rencananya aku ingin menjadikan hari ini sebagai hari dimana anak ku akan di akuin keberadaannya. Namun, ternyata semua rencana itu tidak akan terjadi.

Baiklah, nggak masalah aku bisa cek up di temani oleh putri atau nggak gita.

~RTD~

"Nggih gus, in sya allah nanti saya kabarkan kalo memang saya bisa hadir" ucap ku

"Nggih ning. Saya harap jenengan bisa hadir di acara ini, kalo gitu terima kasih ning maaf ganggu waktunya"

"Nggih gus"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Tut tut.

Dia gus muh, anak bu nyai ghendis dan pak kyai ahmad, teman abi.

"Siapa?" Tanya mas al

"Gus muh, mas" jawab ku

"Mau apa dia?"

"Beliau bilang di pesantrennya akan di adakan acara kajian akbar, dan sya di undang untuk datang ke sana" jawab ku

"Klaten?"

Aku mengangguk, "iya mas, boleh ya. Tasya juga udah lama nggak ke sana" ucap ku

"Mas nggak mungkin ninggalin citra sendiri mai, jadi kamu di sini aja ya" ucap mas al

Aku harus mengalah lagi? Tidak, aku rasa ini hal yang mudah nggak perlu ada pengorbanan di sini.

"Tasya mau datang mas"

"Tapi mas nggak bisa sya"

"Yang diundang itu tasya bukan mas, jadi kalo mas emang nggak mau datang ya sudah" ucap ku

"Lagian selama menikah tasya juga nggak pernah kemana mana bahkan ke rumah umi pun hanya sekali setelah menikah" ucap ku

Memang sekali, tapi aku menghabiskan waktu lama di sana. Walau begitu aku rasa tetap nggak adil.

"Sya tolong ngertiin mas"

Aku tersenyum. "Ngertiin? Sya yang seharusnya ngomong seperti itu mas. Selama ini apa mas mikirin perasaan tasya?"

Cukup, aku cape mengalah terus. Aku juga butu kebahagiaan bukan hanya penderitaan.

Mas al menatap ku. "Citra sedang mengandung sya. Mas nggak mungkin membiarkannya sendirian, mas juga nggak mungkin biarin kamu pergi jauh sendiri" ucap mas al

Tidak mungkin membiarkan ku pergi sendiri? Aku harus percaya atau harus menertawakan diri ku sendiri yang terlalu sabar?

"Kalo memang mas nggak bisa ningalin citra, ya sudah mas di sini aja. Tasya bisa berangkat sendiri, lagian selama ini tasya berpergian juga selalu sendiri, kenapa mas perlu khawatir?" Ucap ku masih berusaha mengontrol suara agar tidak meninggi

"Sya.. "

"Cukup mas, tasya nggak mau ribut. Malam ini tasya mau tidur di kamar mas ali, kalo mas mau kembali ke citra silakan. Jangan ganggu tasya" ucap ku melangkah pergi

Aku capek harus selalu ngerti, tapi tidak pernah dingertiin. Aku capek harus selalu mengalah demi ego seseorang.

Aku juga manusia, yang masih memiliki rasa. Bukan sebuah patung yang tidak akan pernah merasakan apa yang manusia perbuat pada dirinya.

Biarlah orang mau menilai ku bagaimana, tapi di sini aku yang merasakan. Aku hanya tau bagaimana rasa lelahnya bukan mereka.

~♡~♡~♡~
Nǐmen yǒu quán pínglùn wǒ de gùshì, zhǐyào zài hélǐ fànwéi nèi, wǒ bù huì pínglùn.

Tiap minggu aku usahain up ya biar cepet end. Minim up seminggu sekali di antara hari senin, kamis, atau jumat.

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu