part 49

4.2K 288 31
                                    

WARNING!!

Mungkin di part ini akan menjadi part paling menyakitkan untuk ning tasya, tapi aku nggak bisa mastiin part berikutnya will be a happy chapter or vice versa. So, kalo mau lanjut silakan nggak juga gapapa.

Yang pasti, I never liked and supported a sad ending.

Lagi lagi aku ucapin makasih yang masih mau bertahan sampai detik ini.

HAPPY READING

Sejak pulang dari dokter kandungan citra menjadi lebih tertutup dan enggan untuk banyak berbicara. Bahkan kesehatan janinnya pun mulai terganggu.

"Aku buat dua, buat kamu satu" ucap citra memberikan ning tasya segelas susu ibu hamil

"Makasih"

Ning tasya menerima gelas itu dengan senang hati, namun belum sempat ia meminumnya gelas tersebut jatuh dan pecah. Akibat bahu ning tasya tersenggol oleh seseorang dari belakangnya.

"Maaf sya, aku nggak sengaja" ucap putri

Ia, dia putri. Dia sedang menemui umma.

"Gapapa, biar aku minta tolong mba santri beresin" ucap ning tasya

"Seharusnya kamu jalan hati hati put, tuh liat jadi tumpahkan" ucap citra kesel

"Aku udah bilang kalo nggak sengaja, lagian tasya juga nggak mempermasalin kenapa kamu yang sewet? Atau.. "

"Atau apa?" Tanya citra sinis

"Atau ada yang kamu rencanain dengan susu tadi?" Tanya putri menyelidik

Citra gelagapan, "Jangan fitnah kamu" ketusnya

Memang salah kalo citra ingin berbuat baik kepada kakak madunya? Salah kalo citra memberikan minuman kepadanya? Putra saja yang terlalu beranggapan berlebihan padanya.

"Kok galapan gitu" ucap putri terkekeh

"Kamu kenapa sih put sensi banget ama aku? Mending kamu pergi sana" ucap citra

Putri menaikkan sebelah alisnya. "Tanpa di suruh juga aku bakal pergi, assalamu'alaikum" ucap putri mekangkah pergi

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Niat baik yang dilakukan citra menjadi sia sia, karena putri. Citrakan hanyain memperhatikan anak yang juga bakal menjadi anaknya kelak.

~RTD~

"Tadi aku sempet videoin, nanti aku kirim ke kamu" ucap putri

"Makin ngelunjak dia. Kirim alamat orang orang yang pernah berhubungan dengan dia ke chat"

"Oke"

Putri melihat sekeliling. "Udah dulu, nanti aku chat. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Hal ini tidak ada yang mengetahui, kecuali dirinya dan sang rekan. Apa yang mereka rencanakan mungkin akan terlaksana sebentar lagi.

"Tunggu tanggal mainnya" ucap putri menyeringai

Dia dan sang rekan sama sama memiliki watak yang keras, dan akan membela apa yang menurut mereka harus dibela bagaimana pun caranya.

"Mba"

Putri menoleh saat ada yang memegang pundaknya. "Gita" ucap putri

"Sejak kapan kamu di sini? Ngapain kamu di sini? Nggak ada orang lainkan selain kamu?" Tanya putri bertubi tubi

"Baru dateng. Tadi ngeliat mba di sini jadi ke sini deh, nggak ada orang kok selain aku. Lagi mba kenapa? Kaya ada yang di sembunyin aja" ucap gita

Putri terkekeh. "Sembunyiin? Nggak adalah, tadi tuh abis terima telpon jadi ke sini" ucap putri yang di balas anggukan oleh gita

~RTD~

"

Ternyata gini kelakuan menantu tersayang saat nggak ada orang. Cuman leha leha kerjaannya" ucap citra

Ning tasya bangkit dari duduknya. "Aku cuman istirahat sebentar bukan leha leha"

Citra terkekeh sinis, "ngeles terus"

"Kamu" ucap ning tasya geram

"Apa? Mau marah?"

"Jangan marah marah nanti julukan penyabarnya ilang loh" ucap citra membelai pipi ning tasya

Ning tasya menahan tangan citra. "Aku diam bukan berarti aku takut, aku diam bukan berarti aku nggak punya daya untuk ngelawan kamu" ucap ning tasya melepas tangan citra dengan kasar

"Uh takut" ucap citra terkekeh

"Kamu itu lemah tasya, nggak usah banyak bergaya. Kalo emang kamu mau anak kamu selamat lebih baik kamu pergi dari sini" ucap citra

Nggak salahkan kalo dia mau hanya tinggal berdua bersama sang suami, tanpa ada orang lain di antara mereka?

"Kamu"

"Nggak level ada di sini" ucap citra mendorong ning tasya

Dorongan citra itu cukup keras membuat ning tasya terjatuh, dan lebih parahnya lagi perutnya terbentur ujung meja.

Ning tasya berusaha bangkit dengan nehan rasa sakitnya. "Kamu keterlaluan, citra. Aku kira sikap mu itu sudah hilang, ternyata aku salah"

"Kamu tau aku, tasya. Aku tidak suka ada orang yang mengambil punya ku" ucap citra memajukan mukanya

"Bukannya kamu yang mengambil milik ku?" Ucap tasya menambilkan senyum tipis miliknya

"Kamu" ucap citra menunjuk ning tasya

"Maksud kamu apa sih mba? Salah aku apa sama kamu?" Ucap citra

Citra memegang kedua tangan ning tasya dan mengarahkan tangan tersebut seperti mendorong tubuhnya.

"Kamu jahat mba" ucap citra

"Citra, tasya"

"Ada apa ini?" Tanya gus al sembari membantu citra bangun

"Mba tasya dorong aku, mas. Dia bilang dia nggak suka ada aku di sini" ucap citra mengeluarkan air matanya

"Maksud kamu apa tasya? Kenapa kamu dorong citra?" Tanya gus al

Ning tasya gelagapan, "N-nggak aku nggak dorong citra, mas"

"Jangan berpura pura di depan mas al, mba" ucap citra

"Kamu yang meminta citra untuk tinggal di sini, kenapa sekarang kamu yang nyakitin dia? Kamu tau kandungannya lemah, kenapa kamu dorong dia? Kamu ingin ngebunuh anak aku, ha?!"

Ning tasya menggeleng, "bukan, bukan aku yang ngedorong citra mas. Tapi, dia sendirilah yang mendorong dirinya"

"Buat apa aku nyelakain diri aku sendiri, mba" ucap citra masih terus menangis

"A-ku.."

Belum sempat ning tasya melanjutkan ucapannya ia sudah terlebih dahulu tidak sadarkan diri, dan terjatuh ke lantai.

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Where stories live. Discover now