22

62 15 8
                                    

Nila sibuk bermain monopoli dengan Abel di kamar Greha. Sedangkan Rini sibuk memilih warna kuteks yang akan ia pakai malam ini. "Gre, menurut lo, bagusan yang warna apa?"

"Hm? Yang menurut lo bagus aja, Rini. Gue tetap bantu pakein, kok."

"Oke!", balas Rini sembari mengangkat sebelah jempolnya lalu kembali sibuk dengan botol-botol kecil yang berisi kuteks aneka warna itu.

Sambil menunggu Rini memilih kuteks, Greha melihat Nila dan Abel yang begitu seru bermain monopoli. Baik Abel maupun Nila berkali-kali mengajaknya bermain, tapi Greha menolak. Lebih asyik melihat saja katanya.

"Gre, mau pake yang warna biru aja, deh. Kayaknya bagus."

Greha menoleh dan mengangguk pelan. Ia mendekat pada Rini yang sudah duduk bersandar di kepala tempat tidur Greha. "Siniin kuteksnya," kata Greha mengulurkan tangan ke arah Rini, dengan semangat Rini menyerahkan kuteks itu pada Greha.

Perlahan, Greha membantu Rini memakaikan kuteks di kuku Rini. Dengan penuh kehati-hatian, Greha mengoleskan kuteks itu. Ketika sibuk memakaikan kuteks pada jari Rini, celetukan Abel sempat membuat Greha menghentikan aktivitasnya.

"Kak Yola keluar rumah terus, kerja kelompok terus."

Nila yang memang sedang berhadapan dengan Abel tersenyum kecil. "Ya namanya juga kalau orang kuliah, Bel. Pasti lebih sering kerja tugas, kerja kelompok karena tugasnya makin susah dan banyak."

"Tapi Kak Yola nggak begitu kalau ada Mama. Semenjak Mama pergi kerja, Kak Yola keluar rumah terus."

Greha tahu kebenaran soal Yola. Tapi ia sembunyikan sampai sekarang karena tidak mau Mama kecewa. Greha pun punya rencana akan mengobrol bersama Yola jika ada kesempatan.

"Nanti kalau Abel gede, Abel nanti tau kok kalau tugas orang kuliah itu beda," kata Nila memberitahu dengan sabar. "Sekarang kita lanjut main aja."

Greha lega sebab Abel tak bertanya lebih banyak. Greha juga bersyukur jika hari ini Nila dan Rini datang berkunjung, sebab Nila selalu bisa menjawab pertanyaan Abel dengan gamblang dan sabar. Ia tidak bisa bayangkan jika ia atau Rini yang menjawab, yang ada mereka akan kebingungan sendiri.

"Eh, tapi emang bener sih, seharian ini gue nggak liat Kak Yola. Dia emang sibuk yah akhir-akhir ini?", tanya Rini memandang kuku-kukunya yang sudah diwarnai oleh Greha.

"Kayaknya sih gitu," jawab Greha ragu.

Greha melanjutkan mengoleskan kuteks di kuku jari Rini. Sesekali Greha melirik jam dinding. Sudah pukul 20.19 malam. "Kalau udah main monopolinya, Abel ajakin Kak Nila makan, yah."

"Iya, Kak," balas Abel.

"Kalau gue juga udah bantuin pakein lo kuteks, lo juga makan malam."

"Siap!"

Kegiatan mereka terus berlanjut, hingga Greha selesai membantu Rini mengoleskan kuteks, Abel serta Nila pun mengakhiri permainan monopoli mereka. Mereka merapikan barang di kamar Greha sebelum melangkah keluar untuk ke meja makan. Di meja makan pun, Emira baru saja selesai menghidangkan makan malam.

"Ayo! Kita makan malam bareng. Gue habis cobain resep ayam goreng mentega."

"Wuih, enak banget tuh kayaknya!", kata Greha berhala dengan langkah tidak sabaran. Disusul Abel, Rini, dan Nila di belakangnya.

"Ayo duduk!", kata Emira dengan wajah ceria.

Aroma masakan itu sudah menguar dan membuat mereka bertambah lapar. Apalagi si kecil Abel yang menatap penuh minat masakan di atas meja. Tak hanya ada ayam goreng mentega, tetapi juga capcay dan udang goreng tepung.

Things You Never Say To MeOnde histórias criam vida. Descubra agora