32

76 15 2
                                    

Greha dan Dirga kompak saling menatap saat ibunya Dafa memperlihatkan foto Anres kepada mereka. Foto itu diberikan langsung oleh pihak kepolisian saat mendatangi rumah Dafa sebelumnya. "Dia! Dia Anres yang pernah pacaran sama Rini, dia sering ke rumah saya, Tante, Dirgantara." Greha berkata sembari memandangi ibunya Dafa dan Dirga secara bergantian.

"Astaga, jadi dia orang yang sama, yang bikin banyak kekacauan selama ini?", gumam Dirga dengan wajah tidak habis pikir.

"Nggak nyangka gue, nih orang bisa sejahat itu!" Greha menelan salivanya dengan perasaan luar biasa berkecamuk. "Tante, Anres yang jadi buronan polisi ini beberapa kali ke rumah saya. Dia kenal dua kakak perempuan saya. Dia juga lagi dicari sama keluarga teman saya, karena dulu dia hampir ngejahatin teman saya."

"Astaga ..." Ibunya Dafa kehilangan kata-kata. Ia tidak pernah menyangka jika Anres berbuat jahat pada orang-orang di sekitarnya.

"Polisi harus nangkap dia. Dia harus bertanggung jawab sama kesalahan-kesalahan yang dia lakuin," kata Dirga tegas.

"Gue juga maunya begitu. Dia memang sempat dan lumayan sering ke rumah gue buat nganterin Mbak Yola atau Mbak Emira, tapi akhir-akhir ini dia jarang muncul. Gue takutnya dia udah tahu kalau dia buronan polisi."

"Kalau gitu, kita perlu mancing dia supaya dia ke rumah lo."

Greha mengerutkan kening. "Tapi, gimana caranya?"

Dirga menipiskan bibir. "Kayaknya, kita butuh bantuan kakak-kakak lo."

***

Greha melangkah masuk ke dalam kamar Yola. Beruntung, kakak keduanya itu tidak pergi ke mana-mana sekarang. Jadi ini adalah waktu yang tepat agar ia bisa bertanya banyak hal pada Yola seputar hubungannya dengan Anres si penjahat itu. Akan jauh lebih baik lagi, kalau Yola dan juga Emira mau bersekongkol dengannya untuk menyeret Anres masuk sel tahanan.

"Mbak Yola," panggil Greha dengan suara pelan.

Perlahan-lahan, Yola menoleh pada Greha. Greha bisa melihat ada yang terlihat berbeda dari Yola. Wajah kakak keduanya itu jauh lebih murung, kedua kantung matanya tampak cukup jelas sekarang.

"Kenapa, Gre?"

Greha jauh lebih tersentak lagi saat nada suara Yola terdengar lebih lirih. Greha yakin dan percaya jika si penjahat Anres itu adalah alasan dibalik murungnya wajah kakaknya. Greha semakin tidak sabar saat Anres diringkus pihak berwajib.

"Lo kenapa, Mbak?" Mengabaikan pertanyaan Yola sebelumnya, Greha sekarang lebih ingin tahu mengenai permasalahan Yola.

Yola tidak menjawab pertanyaannya, kepalanya menggeleng pelan. "Gue nggak papa, Gre." Hanya itu yang Yola beritahu pada Greha. Jawaban khas yang perempuan lontarkan untuk menutupi kebenaran dan juga perasaannya. Sesama perempuan, jawaban 'tidak apa-apa' itu punya makna jika sebenarnya ada suatu hal yang terjadi pada perempuan yang bersangkutan.

Seorang perempuan bisa memahami isi hati perempuan lainnya.

"Gue tahu semuanya, Mbak. Ngapain lagi sih lo tutup-tutupin masalah lo dari gue? Gue ini adek lo, Mbak. Gue bakalan dengerin lo kalau lo emang butuh gue. Gue bukan orang lain yang bikin lo jadi ragu buat ceritain semuanya."

Yola menggigit bibirnya. Seketika gadis itu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tak lama, Greha menyaksikan bahu Yola bergetar. Kakaknya menangis.

"Anres mutusin gue, Gre... Dia punya cewek lain, dan ceweknya ngaku ke gue kalau dia hamil anaknya Anres."

"Apa?!" Greha tidak bisa menahan rasa terkejutnya sama sekali. Kedua tangannya sontak mengepak kuat-kuat. Entah sematan apa lagi yang seharusnya ia berikan pada si berengsek bernama Anres itu. Sudah begitu banyak hati dan kehidupan yang dihancurkan dengan sesuka hati oleh lelaki itu.

Things You Never Say To MeWhere stories live. Discover now