28

71 15 2
                                    

"Halo? Asa?"

Greha merutuki tindakannya. Karena kelewat senang, ia malah melakukan hal konyol. Melakukan panggilan telepon dengan Dirga saat Greha merasa dirinya sedang merasa dalam kondisi jelek-jeleknya adalah salah satu kesalahan tak termaafkan. Cukup sekali citranya ambyar di hadapan Tara, dihadapan Dirga yang notabene adalah pacar 'pura-puranya' tidak lagi.

Di layar ponselnya, wajah Dirga sudah terpampang dengan jelas. Pemuda itu terlihat tampan dengan setelan sederhana. Pakai kaos abu-abu polos dengan poni yang menutupi keningnya. Greha baru sadar, jika ke sekolah rambut Dirga itu disisir rapi ke samping, hingga keningnya sedikit terlihat.

Pantas saja Greha merasa Dirga terlihat sedikit berbeda kali ini, tatanan rambutnya sedikit berubah. Tapi tenang, di mata Greha, Dirga tetap terlihat tampan. Greha saja betah melihat Dirga lumayan lama. Pesona Dirga itu seperti black hole.

"Asa?"

"Eh-eh, iya!" Greha hampir saja menjatuhkan ponselnya. Mengapa suara Dirga jadi serak-serak dan berat begitu? Tidak tahukah pemuda itu jika Greha merasa jika pesta kembang api sedang ia rasakan di dalam dirinya? Meletup-letup dan sensasinya luar biasa menyenangkan.

"Kenapa lo video call?"

Greha tidak mungkin menjawab jika ia tidak sadar telah menekan ikon panggilan video karena terlampau senang jika Dirga mengirim pesan padanya lebih dulu. Kesannya Greha begitu menunggu momentum ini agar bisa bercakap dengan Dirga, walau kenyataannya Greha memang sangat menentukannya. Sampai-sampai pernah mencari akun media sosial Dirga. Serasa menjadi anak sholehah, Greha bersyukur sebab ia sudah dapat kontak Dirga.

"Gue cuma mau nanya, lo dapat kontak gue darimana?"

Jawaban Greha membuat Dirga tersenyum tipis di seberang sana. Sementara Greha tidak mau mengakui alasan sebenarnya ia melakukan panggilan video pada Dirga. Terkesan begitu konyol dan bodoh menggunakan alasan 'salah tekan' atau 'nggak sengaja tekan'. Jadinya, Greha berusaha bersikap tenang dan biasa saja.

"Gue nemu nomor lo dari grup angkatan."

Greha mengerjapkan mata. Betul juga, segalanya tidak sesulit itu. Harusnya Greha tidak sampai meminta akun media sosial Dirga pada Ayres. Walau berteman dekat, tidak semudah itu juga Ayres membagi kontak Dirga cuma-cuma.

Greha pun sadar sekarang, dalam pertemanan yang Dirga jalin, mereka sama-sama saling menjaga.

Kembali lagi soal nomor Greha yang Dirga temukan di grup angkatan, Greha sempat dibuat kehilangan kata-kata. Pasalnya, dari ratusan teman seangkatan mereka, Dirga pasti susah payah mencari kontaknya. Greha jadi senyum-senyum sendiri. Ia tidak akan salah jika menganggap Dirga telah menganggapnya sebagai seseorang yang istimewa.

"Asa? Kenapa senyum-senyum sendiri?"

Greha terkesiap. "Ah, nggak. Cuma senang aja kalau sekarang kita udah bisa kontekan."

"Sebenarnya gue minta akun sosmed lo ke Ayres. Gue udah DM lo, tapi DM gue belum dibalas-balas."

Kedua mata Greha melebar sempurna. "Hah? Serius? Astaga, gue cek dulu, deh..."

"Nggak usah. Kan sekarang kita udah ngobrol. Oh iya, besok kan kita ke rumah Dafa. Lo ... nggak papa kan semobil sama Bang Tara? Atau gue bisa ngomong kalau lo bareng gue aja, naik motor."

Greha menggeleng. "Eh, nggak usah. Nggak papa. Kenapa sih kalau bareng Kak Tara? Dia kelihatan baik, kok. Lagipula, dia mau tau gue punya bakat selingkuh atau nggak. Gue bisa buktiin kalau gue setia sama lo seratus persen."

"Uhuk, uhuk!"

"Dirgantara?!"

Greha seketika dibuat panik karena suara Dirga yang batuk dengan cukup keras. Gadis itu hampir saja melakukan hal konyol dengan mengambil segelas air. Untung saja hal itu tidak terjadi. Dirga pun sudah meminum segelas air yang membuat Greha lega.

Things You Never Say To MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora