31

72 16 0
                                    

Greha sibuk mengerjakan soal mata pelajaran sosiologi di buku LKS miliknya. Sesekali ia bertanya pada Nila tentang soal yang sulit ia temukan jawabannya. Jadilah kedua gadis itu sibuk membantu menjawab soal di buku LKS. Sedangkan Rini, gadis itu malah sibuk membuka akun media sosialnya.

Suatu kebiasaan yang kadang kala membuat Nila jadi jengkel sendiri melihat Rini. Apalagi, mereka sudah akan ulangan semester beberapa hari lagi, sementara sepupunya itu malah bersikap santai seolah-olah ia ingin berlama-lama di kelas dua belas yang penuh banyak tekanan ini. Tapi walau Nila menegur atau bahkan mengomel, ujung-ujungnya Rini hanya akan mengiyakan saja, tanpa mengindahkan ucapan Nila sedikitpun.

Ketika seisi kelas sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan tugas dibuku LKS masing-masing, Ibu Endang--guru bimbingan konseling melangkah masuk ke dalam kelas mereka. Suara sepatunya terdengar disegala penjuru kelas. Beberapa diantara siswa XII.IPS-4 tampak menunjukkan wajah tegang. Sepanjang mereka belajar di sekolah itu, jika Ibu Endang sudah masuk ke dalam kelas, ada pelanggaran berat yang dilakukan siswa di kelas yang dimasukinya.

"Maaf Bu, apa saya boleh menyampaikan sesuatu sebentar?", tanya Ibu Endang pada Ibu Dinda--guru mata pelajaran sosiologi yang mengajar di kelas.

"Boleh, Bu. Silakan!"

"Terima kasih, Bu."

Ibu Endang menatap seisi kelas dengan tatapan gahar. "Kepada Asancaya Greha dan Michael Delovano, silakan ikut saya ke ruang BK sekarang!"

***

Dirga tidak mengerti, mengapa Ibu Endang sampai memanggilnya ke ruang BK. Bukan rahasia umum lagi, jika Ibu Endang sudah memutuskan untuk masuk ke salah satu kelas di sekolah, hal itu menjadi indikasi jika ada siswa yang melakukan pelanggaran berat di sekolah. Ikhsan, Wawan, dan teman sekelas yang lain di kelas XII.IPS-1 sampai dibuat terkejut karena kedatangan Ibu Endang yang menyeret Dirga ke ruang BK.

Bagi mereka, Dirga adalah salah satu siswa dan teman sekelas mereka yang tidak neko-neko. Dirga yang tidak banyak tingkah, dan tidak mau melanggar aturan. Atau lebih tepatnya, Dirga terlalu malas terlibat dengan masalah yang memang tidak perlu melibatkan diri ke dalamnya.

Namun hari ini, mereka menyimpan satu pertanyaan yang sama; apa yang sebenarnya Dirga lakukan sampai Ibu Endang turun tangan menyeretnya ke ruang BK?

Dirga yang tidak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan mengikut di belakang Ibu Endang. Beberapa siswa yang berada di koridor jurusan IPS memandang Dirga dan Ibu Endang dengan sorot horor. Ada pula beberapa di antara mereka yang penasaran, pelanggaran seperti apa yang telah dilakukan Dirga.

Walau Dirga yakin jika ia tidak melakukan sesuatu yang salah, hanya saja ia memikirkan Ivana dan Sean. Ia baru saja memperbaiki hubungannya dengan Ivana, setelah sekian lama hubungan mereka diliputi ketegangan. Dirga paling tidak senang membuat anggota keluarganya kecewa.

Setibanya di depan ruang BK, Dirga tidak langsung masuk. Ia malah sibuk berdiri dengan perasaan berkecamuk di depan pintu. Dia tidak pernah masuk ruang BK, dan entah bagaimana ia menghadapi Ibu Endang di dalam sana. Namun Dirga memang seyakin itu jika dia tidak melakukan pelanggaran berat.

Pada akhirnya, Dirga tidak punya pilihan lain. Pemuda itu mendorong pelan pintu ruang BK dan melangkah masuk ke dalamnya. Suasana pertama yang menyambutnya adalah suasana mencekam, seperti halnya Ibu Endang yang begitu mudah mengintimidasi banyak siswa walau hanya dari gestur ringan dan juga tatapan elangnya.

Rupanya, di dalam sana sudah ada beberapa orang yang duduk bersisian. Ketika Dirga sadar siapa saja yang ada di dalam sana, pemuda itu tersentak. Ada mamanya Greha, Greha, dan juga Mike. "Ta-tante?", gumam Dirga dengan sedikit tergagap.

Things You Never Say To MeWhere stories live. Discover now