8/9/21

15 5 0
                                    

Seorang pria nampak lari di koridor kelas 10. Dirinya meninggalkan sang teman tepat di belakangnya.

"GIO KANTIN YOK!"

Teriakan tak tau malu itu memenuhi sebuah kelas. Gio yang namanya di sebut merasa malu seketika. Ingin sekali dirinya untuk pergi dari sana sekarang juga.

Raindza Egnio Gemano. Seorang pria yang kerap di sapa Rain. Si humor berjalan yang tak pernah bisa diam.

Rain itu penakut kalau sama hantu.
Rain itu pecicilan gak bisa diem.
Rain itu suka ngelawak.
Rain itu cerewet.

Ibaratnya, Rain itu yang buat hidup berwarna. Warna nya ada dia dia. Dia yang buat hidup penuh dengan coretan. Raindza Egnio Gemano.

Gak pernah ada yang tau bahwa pria itu amat kesepian. Selalu membuat orang lain tersenyum namun jauh dalam lubuk hatinya merasa miris dengan ke adaan.

Tujuan hidup nya sudah acak acakan. Orang tuanya pergi dan tak akan kembali, begitupun sang Oma.

Namun yang dirinya tau, kebahagian kedua temannya menjadi hal utama.
Vano dan Gio.

Rain yang selalu berusaha untuk menebar aura positif, membuat orang lain tertawa karna lelucon garingnya. Semuanya di lakukan ya demi membuat orang lain tertawa.

Tak ada yang pernah setulus Gio dan Vano, dua orang yang berbeda namun kalau di lihat sekilas nampak mirip.

Orang bilang dia autis, namun siapa yang tau bahwa tingkah nya selama ini agar membuat orang lain tertawa.

Pria dengan kulit putih serta mata huzelnut itu menatap kedalam kelas. Mendapati Gio yang menatap nya tajam.

Dirinya melangkah masuk, tak menghiraukan tatapan yang menyorot nya.

"Heyoo my bro!"

Gio yang sedang minum tersedak akibat punggung nya di tepuk kencang oleh Rain.

Sedangkan Rain hanya menatap gadis di samping Gio, tengah fokus dengan makannya.

"Eh ada degem, siapa namanya?"

Merasa di bicarakan dirinya menoleh lalu menunjukan senyum manis nya.

"Melden kak,"

Gadis yang tadi pagi Gio perhatikan, nyatanya adalah teman sekelasnya. Bahkan mereka di taru di meja yang sama.

Melden Edelyn Regard. Gadis cantik dengan pribadinya yang positif. Selalu menebar senyuman lembut yang membuat orang lain senang menatap nya. Begitupun dengan Gio yang selama MOS berlangsung di kelas membuatnya tak fokus.

Terbayang akan senyuman penuh kelembutan yang di berikan dari gadis cantik itu.

Rain hanya menganggukkan kepalanya pelan, seolah mengerti. Sedang memahami sesuatu.

Tak lama, tubuh tegap dengan mata tajam itu menghampiri mereka. Gio menyadari itu, hanya menatap sekilas lalu lanjut dengan makanannya.

Vano, pria yang baru saja sampai mengambil kursi yang kosong lalu di tempatkan ya di samping meja Gio. Duduk dengan tenang tanpa gangguan.

Rain yang masih berdiri seolah tersadar hadirnya Vano pun menoleh ke pria Yang sedang fokus dengan handphone nya.

"Van,"

Tak ada sautan, hanya ada gumaman tak jelas dari pria itu. Merasa di abaikan Rain memilih untuk diam, berkutat dengan pemikiran nya kembali.

"Pulang sekolah mau main?"

"Gue gak tau,"

"Si Vano tuh, biasanya suka males,"

Merasa namanya di sebut, Vano menoleh ke arah Rain. Lalu berdehem pelan dan memfokuskan kembali HP nya.

Namun menyadari ada orang lain di antara mereka dirinya mendongak. Menatap wajah tirus namun tetap ada kesan imut. Menelisik setiap pangkal wajah itu.

Menyadari kesalahannya dirinya berdehem pelan lalu fokus dengan Handphonenya.

"Van gimana?"

Vano menatap Rain, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Seolah tak tau dirinya bisa atau tidak.

"Gue, kesepian,"

Ada jeda dari kalimat yang ucapkan nya itu. Gio dan Vano yang mendengar menatap wajah Rain. Guratan lelah terlihat.

Mereka sama. Amat sama. Tidak ada orang tua yang mendampingi, dan terus begitu entah hingga kapan.

Helaan nafas terdengar berbarengan. Melden yang fokus dengan makannya menatap wajah satu per satu di hadapannya.

Dirinya tentu tau dengan Vano dan Rain, idola di sekolah mereka bahkan guru sekalipun.

"Kalian kenapa?"

Suara lembut itu mengalun indah ke telinga mereka. Menatap pada satu wajah secara bersamaan, yang di tatap entah mengapa tersenyum kikuk. Merasa kurang nyaman.

"Gak papa, mau ke kantin gak?"

Rain menatap Melden yang tengah makan makanannya. Melihat Melden yang menggeleng membuat 3 orang yang bersahabat itu keluar dari kelas.

Sepanjang koridor hanya ada tatapan kagum dari mereka para wanita.
Yang satu Risih, yang satu cuek dan yang satu tebar pesona. Selalu begitu dan di manapun itu.

"Melden manis yah?"

Gio lantas menatap tajam ke arah sampingnya. Menatap datar ke arah Rain yang tengah tersenyum sambil berkhayal wajah Melden.

"Gue pites Lo!"

Rain menatap ke arah Gio, seketika dirinya menyengir. Merasa membangunkan singa yang tidur dengan tenang.

"Ampun bos, canda doang tapi emang beneran manis sih,"

Rain melirik kecil ke arah Gio, lantas berlari kabur dari terkaman singa yang sudah siap ngamuk. Sedangkan Vano hanya tersenyum kecil.

Terhibur dengan mereka berdua yang selalu ribut di manapun. Rain yang memang jail dan Gio yang terkadang suka sebal. Namun di lain itu, mereka adalah partner untuk membully Vano. Memang dasar Vano selalu tertindas di kumpulan mereka.

Tanpa sadar Vano mendengus. Tiada hari tanpa penistaan bagi mereka.

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now