12/9/21

9 3 0
                                    

Gio memasuki mansion milik keluarganya dengan tenang. Sebelum dirinya menyadari seperti ada yang salah jika dirinya masuk.

Hari memang sudah malam. Jelas aja perasaan nya mulai tidak enak, tak terbiasa akan pulang terlalu malam terlebih ada sang papah di mansion.

Ah pria tua itu. Pantas Gio merasa tak nyaman.

Beberapa hari yang lalu dirinya memang mendapat kabar bahwa sang papah pulang, namun dari kemarin pun dirinya tak menemukan sang papah ada di lingkungan mansion.

Gio memasuki mansion nya kembali, berjalan menuju arah Lift untuk ke kamarnya. Namun sepertinya hal yang dirinya takuti benar terjadi.

"Dari mana saja kamu Gio?"

Yang di tanya hanya dapat diam membeku tanpa berniat membalikan badannya. Jelas dari kalimat tersebut Mengandung unsur Bahaya bagi Gio.

Tidak, jangan lagi. Lukanya yang kemarin belum kering. Maka dari itu menggunakan pakaian seba panjang adalah pilihan tepat.

"Tidak ingat punya rumah?"

"Jawab saya Gio,"

Gio bergeming di tempatnya. Ada jeda di antara itu semua, hingga Gio milih menundukkan kepalanya.

"M-maaf Pah,"

"Huh? Sepertinya kau bermain dengan mereka makin tidak benar. Jauhkan!"

Gio yang mendengar sontak membalikan badannya menatap sang papah. Dirinya jelas tak terima dengan perintah sang papah.

"PAH!"

Ya, itu tidak sengaja. Sungguh.

Namun sepertinya tidak bagi pria tua itu yang kini tengah menatap nya remeh sambil terkekeh.

Tidak. Dirinya tak apa jika harus kembali tersiksa namun jika menjauhkan mereka, tak akan pernah bisa. Sampai kapan pun itu.

"Argio Rayandra Madison. Sudah berani sama saya?"

Mata Gio memanas, menatap papah nya dengan mata memerah. Menolak apa yang menjadi perintah.

"G-gio. Gio rela papah siksa tapi jangan suruh gio buat jauhin mereka pah, Cuma mereka yang Gio punya,"

Tuan Genandra tersenyum sinis. Menyadari begitu banyak perubahan anaknya.

Perlahan tuan Genandra berjalan mendekati Gio. Ada ikat pinggang di tangannya. Ikat pinggang yang menaruh berjuta luka bagi Gio.

PLAK

"Itu kan yang kamu mau?"

"Ingat Gio, kamu gada apa apanya tanpa saya,"

BUGH

Gio jatuh terduduk ketika tendangan papah nya tepat mengenai Dadanya. Menghantarkan rasa nyeri yang bahkan kini darah sudah keluar dari hidung Gio.

"Ck, Lemah. Berdiri!"

Gio berdiri dengan perlahan. Menekan rasa sakit di dadanya.

"Berani menentang saya Argio?"

Gio menunduk semakin dalam. Bahkan ketika papah nya sendiri benar benar mengeluarkan pistol nya lalu menghempas ikat pinggang di tangannya ke lantai.

"Argio Rayandra Madison. Rupa-rupanya sudah jadi pemberontak?"

Tuan Genandra Mulai membidik satu titik. Tepat di kepala Gio.

Gio menegang. Menyadari posisinya kini sangat tidak aman.

"Bunuh Gio pah,"

Gio menatap manik mata papah nya langsung. Dirinya akan menuruti segalanya namun tidak dengan menjauhi teman nya.

"Siksa Gio,"

"Bunuh Gio kalau perlu pah!"

Tangannya mengepal. Menahan Geraman dari dirinya sendiri.

Sedangkan Tuan Genandra masih tetap pada posisinya. Membidik tepat di kepala Gio. Bahkan anaknya sendiri.

"Apa yang saya lewatkan Argio?"

"Apa yang anda lewatkan? Banyak!"

"Bahkan sampai saat ini saya tidak mengerti kenapa punya papah seperti anda,"

Genandra. Menatap mata putranya yang kini juga menatap nya langsung. Menatap tak percaya apa yang di lakukan oleh putra nya.

"Argio."

Geraman Tuan Genandra tak membuat Gio takut sedikitpun. Biarkan dirinya jadi pembangkang dari pada harus kehilangan teman temannya.

"Gio Rela Mati asal anda! Tidak menjauhkan saya dengan teman teman Saya,"

Bahkan nada formal sudah di keluarkan Gio yang membuat Genandra menatap tak percaya pada putranya.

"LANCANG!"

DORR

PRANG

Tuan Genandra mendekati anaknya yang kini sedang jatuh terduduk.

Mencengkram erat Dagu anak nya hingga matanya bertemu dengan sang anak.

"Kamu pikir bisa dengan mudah pergi dari saya?"

"Tidak Gio. Bahkan tidak akan pernah Bisa,"

"Jadi lah anjing penurut Argio. Maka hidup teman mu tidak jadi taruhan,"

"Ingat! Hidup teman mu, ada di tangan mu Gio. Saya tidak akan segan menghabiskan Mereka,"

Gio menatap papahnya tak percaya lalu tak lama Di hempaskan begitu saja. Gio menunduk merasakan air matanya yang sedari tertahan kini mulai berjatuhan.

Sedangkan Tuan Genandra menatap anaknya yang terlihat mengenaskan.

"Melden Edelyn Regard. Putri satu satunya keluarga Regard. Semua ada di tangan mu Gio,"

Bagaimana bisa papah nya tau?!
Ah, gio melupakan fakta bahwa papah nya mempunyai semuanya. Mencari informasi seseorang bukanlah hal yang sulit untuk Ganendra. Terlebih papah nya pasti menaruh pengawal bayangan untuk dirinya.

Gio menggeram marah. Dirinya telat satu langkah. Sepertinya memang sampai kapan pun tidak akan pernah Bisa.

Gio menatap tubuh tegap sang papah yang pergi meninggalkannya.

"Kalau papah Akan melakukan semuanya semau papah-"

"-maka aku juga bisa,"

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now