30/9/21

7 3 2
                                    

Sebuah mobil berhenti tak jauh dari bangunan tua. Dua orang pria keluar dari dalam mobil.

Terlihat menggeram menahan amarah.
Mereka berdiam diri di belakang tembok besar di samping gedung tersebut.

Rain. Benaknya terus memutar kejadian siang tadi. Dimana dirinya bertemu dengan tuan Ganendra.

Kalimat yang terus terngiang-ngiang di dalam kepalanya.

'Percaya kepada saya Raindza Egnio Gemano'

Yang Harus dirinya lakukan sekarang adalah percaya pada orang tersebut bukan?
Tapi ketika matanya menangkap sebuah mobil sedan tepat di depan gedung. Dirinya meragukan kepercayaannya sendiri.

Benak terus menerka akan situasi yang terjadi. Pilihannya hanya dua, percaya atau tidak.

Dua duanya menelan rasa kecewa. Semua sudah di persiapkan matang matang oleh dirinya setelah bertemu dengan Tuan Genandra.

Rain menahan Vano yang sudah siap keluar dari tempat persembunyian mereka. Belum saatnya, Rai masih menunggu satu orang lagi.

Lampu menyorot diri mereka. Menengok ke belakang mendapati seorang pria dengan pakaian basah menghampiri mereka. Wajahnya terlihat amat pucat.

Hujan sudah reda secara tiba-tiba, padahal baru saja hujan deras mengguyur namun tak lama berhenti begitu saja.

Vano menatap Gio dengan marah, pria itu menghampiri Gio dengan cepat.

Tanpa bisa di cegah, Vano menonjok keras rahang Gio. Darah keluar dari hidung Gio. Menatap wajah Vano yang menatapnya marah.

"Lo!"

"Apa yang Lo lakuin Argio?!"

"SEMUA KARNA LO KAN?!"

"PENCULIKAN INI KARNA LO!"

Gio menatap bingung ke arah Vano. Dirinya baru saja pulang dari Singapura dan tidak mengetahui apapun.

Apa yang sebenernya terjadi?

Vano menghampiri Gio lantas memukul secara terus menerus.

"UDAH VAN!"

"LO GAK BISA BERTINDAK GEGABAH!"

"Kita hidup selalu berdampingan. Selalu bareng-bareng, dan karna ini Lo gak bisa Makai akal Lo?"

"Mikir bego!"

Rain membantu Gio untuk duduk. Pria itu mengambil air dari dalam mobil lalu memberikannya ke arah Gio.

Semua terdiam. Menetralkan emosi masing-masing dan memikirkan cara bagaimana menyelamatkan Melden dan Aycel.

Mereka tidak ada persiapan sama sekali. Hanya modal nekat untuk ke sini.

Setelah hampir 10 menit berdiam di pinggir jalan sepi tersebut. Gio membuka suaranya.
Fokus disini adalah kesalah pahaman, dan semua harus di luruskan sebelum menyelamatkan Melden dan Aycel.

"Ada apa? Gue gak tau apa apa, tapi kenapa Lo nonjok gue Van?"

"Dua korban. Sisil dan angel meninggal dunia, Lo tau kan mereka sahabat Melden. Di saat itu juga Melden ngerasa terpuruk,"

"Baru aja pagi tadi di jenazah Angel di makamin tapi Lo gada di sisi dia Gio,"

"Lo kemana?"

Gio menatap Rain yang kini menatapnya. Menuntut penjelasan.

"Gue pergi ke Singapura sejak beberapa hari yang lalu,"

Rain menatap ke arah Vano yang masih menormalkan emosinya.

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now