17/9/21

5 3 0
                                    

Bel sudah berbunyi. Gio, Rain dan Vano berjalan keluar dari area kantin.

"Entar Kita samperin, Lo di kelas aja Yo,"

"Apasih kek anak perawan lagi Ngembel anjir,"

"Lah Lo kan emang perawan,"

"Sialan, lebih ke Lo yah!"

"Jangan galak galak dong mas, entar gak di kasih jatah Lo sama dedek,"

Apa apaan itu?! Rain berbicara seolah dirinya perempuan dengan membusungkan dadanya.

Gio bertingkah seolah ingin muntah sedang Vano hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Najis Rai!"

"Mas~"

Gio bergedik ngeri lantas berjalan duluan secara cepat. Meninggalkan kedua temannya di belakang sana.

Rain yang melihat hanya tertawa ngakak. Menjaili Gio sepeti ada experience nya sendiri.

Terlebih Gio sangat anti dengan  bencong bencong di pinggir jalan.

"Mas Vano~"

"Anjing,"

Vano berjalan terlebih dahulu ketika Rain semakin tidak waras. Setelah Gio terbitlah Vano.

Memang Rain tidak akan pernah waras sepertinya.

Berjalan secara cepat ketika mendapati koridor mulai sepi.

Biarlah nanti dirinya lanjuti ketika istirahat.

•••

Gio sampai di kelasnya. Lantas duduk di kursi miliknya. Menatap wajah serius Melden yang tengah membaca buku.

Sesekali dirinya terkekeh menatap Melden yang menggerutu atau mungkin mengerutkan keningnya heran.

Hingga seorang guru berjalan memasuki ke kelasnya. Namun ada yang beda.

Ada seseorang gadis di belakangnya. Gio ingat, gadis itu adalah gadis yang bertabrakan dengannya.

"Selamat pagi anak-anak,"

"Pagi Mrs!"

"Hari ini kita kedatangan murid baru. Nak silahkan perkenalkan nama kamu,"

"Perkenalkan nama saya Raycelyn Adison Equela. Pindahan dari Bandung, salam kenal semuanya,"

Senyuman yanga manis membuat seluruh kelas terpekik. Bahkan wajah imutnya yang ada semburat merah menambah kesan tersendiri.

Gio menatap terpaku ke arah depannya. Kini dirinya ingat siapa itu Aycel yang tadi di bicarakan oleh temannya.

Dirinya ingat ketika pertama kali mereka bertemu saat TK, di jadikan satu saat wali kelas mereka mnyuruh nya.

Berlanjut ketika SD. Namun tepat di kelas 3 Aycel harus pergi ke Bandung karna papah nya yang pindah dinas.

Lantas dari situ mereka tak pernah bertemu. Bayangan ketika dirinya selalu memeluk tubuh mungil itu ketika ketakutan.

Memberinya kalimat kalimat penenang ketika gadis itu ketakutan dan menangis. Memberi kalimat pengertian untu gadis itu ketika sedang kera kepala.

Menjadi penyelamat gadis itu ketika sudah terkena amarah Vano akibat keras kepala.

Yah benar. Dirinya jauh lebih dekat dengan Aycel ketimbang Vano. Namun itu hanya sebatas hubungan persahabatan yang terjalin bahkan Vano sudah menganggap bahwa Aycel adalah Adiknya.

Namun ketika benaknya memutar kembali kejadian tadi pagi, membuat hatinya tersentil.

Membayangkan wajah ketakutan yang gadis itu berikan kepadanya.

Gio tak sadar ketika ada satu perempuan yang terus menatapnya ketika pria itu menatap Lamat wajah Aycel.

Gadis yang tengah menahan diri agar tidak Cemburu. Memeng siapa dirinya hingga harus cemburu terhadap Gio.

Perlakuan manis dari pria itu tak dapat di tampik bahwa Melden menyukainya. Sangat.

Namun ada keraguan dalam hatinya.
Tak pernah benar benar bisa menerima seorang pria di sampingnya akibat traumatik yang di dapati nya.

Aycel berjalan ke arah di mana bangku kosong berada. Tepat di samping Gio.

Berjalan takut ketika dirinya di tatap Lamat oleh Gio. Meski ada senyuman yang di tampilkan namun perasaan takut akan bayang bayang saat dimana dirinya masih di Bandung hingga memutuskan untuk balik ke kota asalnya.

Menghela nafasnya, lantas berjalan dnegan pelan ke arah bangku nya.

Begitu dirinya duduk, pembelajaran langsung di mulai. Dirinya melirik sedikit sedikit ke arah di mana pria di sampingnya kini tengah menatap ke arah papan tulis.

Gio jelas sadar bahwa dirinya di tatap. Namun memutuskan untuk Tidak menatap. Berdiam diri menunggu hingga dimana jam istirahat berbunyi.

Biarlah dirinya tanyai ketika bersama temannya.

•••

Bel sudah berbunyi. Saat nya seluruh murid untuk mengisi perut mereka.
Gio masih menunggu kedua temannya.

Sedangkan Aycel gadis di samping nya nampak sedang memahami materi yang ada.
Amat fokus hingga tak sadar ada yang menatapnya.

Melden sendiri sudah keluar. Dirinya cukup merasa panas namun jika di pikir lagi dirinya tidak punya hak untuk melarang.

Rain dan Vano memasuki ruang kelas Gio. Mendapati beberapa anak yang memekik ketika terdapat dua pangeran sekolah.

Rain mengedarkan matanya ke seluruh kelas, lantas membola ketika mendapati orang yang sangat di kenalinya.

"LILIN?!"

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now