20/9/21

7 3 0
                                    

Ketika Vano pulang sekolah dan mendapati keluarganya tengah berdebat.

Tidak dengan seorang pemuda yang kini tengah berjalan di sepanjang lorong sepi.

Dirinya kini sedang berada di gedung apartemen mewah di kawasan ibu kota. Menemui seseorang yang biasa dirinya temui.

"Dokter?"

Seseornag yang panggil dokter menoleh, mendapati tuan Mudanya tengah menghampirinya.

"Tuan muda, senang bertemu dengan anda kembali,"

Senyuman Manis di perlihatkan nya. Sedangkan seseorang yang di sebut tuan muda hanya mengangguk samar.

"Mari masuk,"

Memasuki sebuah ruangan dengan warna putih. Mereka duduk secara berhadapan, tersekat dengan sebuah meja bundar yang terdapat Teh di atasnya.

Zendrian. Pria yang sering di sebut dengan Dr. Zen kini sedang menatap tuan mudanya yang tengah menatap sekitar. Jelas seperti orang yang sedang gugup.

"Ada apa tuan? Hingga anda Repot repot datang ke kediaman saya tanpa pulang terlebih dahulu. Sepertinya sangat penting, bukan begitu?"

Pria di depannya tersenyum tipis lantang menganggukkan kepalanya pelan.

"Sepertinya anda kurusan, ada apa?"

"Ku rasa aku mudah lelah, akhir akhir ini timbangan turun, itu sedikit menyiksa, dan beberapa kali pala ku suka pusing,"

Zen menghela nafasnya pelan. Sudah dapat dirinya Raba apa yang terjadi namun perlu di pastikan lebih lanjut.

"Saya mengerti Tuan,"

Zen beranjak, lantas mengambil sebuah obat dalam botol putih.

Raut kebingungan Zen dapati. Lantas dirinya mendorong obat tersebut ke arah pria di depannya.

"Minumlah secara teratur tuan. Saya sudah memberikan tebusan kepada perawat anda. Setelah ini silahkan datang kemari secara rutin, saya belum dapat memastikan lebih lanjut,"

"Baiklah aku permisi,"

Zen tersenyum kecil ketika punggung Kecil itu menghilang di balik pintu lantas dirinya menghela nafas untuk kesekian kalinya.

•••

Gio berjalan memasuki mansion. Dirinya barus aja pulang dari suatu tempat, wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya.

Pintu terbuka, namun ada yang berbeda. Ada aroma yang mengusik Indra penciumannya.

Alkohol?

Dirinya terus berjalan memasuki rumah hingga menemukan seorang pria yang familiar baginya. Aroma alkohol langsung saja menusuk hidungnya.

Sial! Dirinya benci alkohol. Kepalanya kini sudah terasa pening. Bahkan ketika memasuki mansion itu.

Seseorang yang tengah terduduk di sofa tersebut tersenyum, menghampiri Gio dengan sempoyongan.

Gio yang melihat berjalan mundur sambil memegang kepalanya. Palanya semakin pening ketika orang itu semakin dekat dengannya.

"Halo-"

"-sepupu?"

"Mau apa Alio?"

Alio tersenyum miring. Dirinya terus melangkah mendekati Gio. Di tangannya terdapat sebotol alkohol yang sudah di buka.

"Mundur Alio atau Lo bakalan habis!"

"Yakin?"

Alio terkekeh. Hingga di mana tepat di nakas dekat dengan pintu masuk, botol alkohol Yang sedarinya genggam di taruh begitu saja.

Gio yang melihat memandang was was ke arah Alio. Jelas sepupunya itu memiliki dendam dengannya karna masa lalu.

Ibuk dari Alio meninggal ketika sedang bermain bersama Gio. Tentu itu bukan kesalahan Gio. Ibuk Alio meningal karna di duga di tembak oleh seorang pelaku misterius.

Namun hingga kini kabar mengenai pelaku tersebut hilang begitu saja dan semua berspekulasi bahwa Gio lah yang menyebabkan itu semua.

Selain itu, sosok Alio yang tidak sempurna seperti Gio menjadikannya terus di tuntut untuk seperti Gio oleh papahnya, Dan itu benar benar membuat dirinya muak.

Alio berhenti, begitupun dengan Gio. Mereka saling menatap dengan emosi yang berbeda. Alio jelas menatap Gio dengan kemarahan nya.

Bermasalah dengan papahnya selalu berujung dengan pembahasan Gio membuat pria itu menjadikan Gio pelampiasan di beberapa kesempatan.

"Lo!"

"Kenapa Lo harus hidup hah?!"

"Kenapa Lo harus ada?!"

"Kenapa Lo harus Ngebunuh ibuk gue gio?!"

"Lo tau? Gue tersiksa bodoh!"

Gio menatap pria di depannya dengan diam. Selalu seperti ini, dirinya juga yang salah.

Bahkan dirinya hidup sepertinya sebuah kesalahan.

BUGH

Gio tak dapat mengelak. Dirinya tersungkur di lantai dengan sudut bibir yang sedikit robek.

Memegangi palanya dengan erat ketika Bau alkohol yang nyengat menghantarkan Pusing ke kepalanya. Bahkan pukulan tersebut semakin membuatnya pusing.

"Bukan salah Gue Yo!"

"Berapa kali gue bilang bukan salah gue! Gue gak tau kenapa Tante Anti meninggal!"

Alio terkekeh sinis. Menatap Remeh sepupu di depannya itu.

"Lo! Lo buat diri gue hancur Argio!"

Bayangan ketika dirinya di siksa oleh sang papah karna tak dapat menandingi Gio membuatnya muak. Selalu Gio yang pria itu jadi patokan.

Hal itu pula yang membuat dirinya semakin benci bahkan di setiap pukulan yang dirinya dapati dari sang papah.

BUGH

DUGH

PLAK

BUGH

BUGH

Serangan yang membabi buta membuat Gio tak kuasa menahan Rasa pening. Kesadarannya hampir hilang namun ketika dirinya di tarik paksa pergi kesadarannya kembali muncul meski sedikit.

Matanya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Selalu begini, dan tak pernah ada yang berani untuk melerai termasuk para maid bahkan penjaga sekalipun.

Sudah banyak beberapa dari mereka yang membantu namun berakhir menjadi korban.

Alio menyeret paksa dengan menarik tangan pria itu, Satu tangannya yang lain memegang botol alkohol yang sempat di taruhnya.

Hanya satu tempat yang di yakini Gio. Kamar mandi. Selalu begitu, berakhir mengenaskan.

Alio yang sudah beranjak dewasa tentu kekuatannya lebih besar di banding Gio.

Alio menutup pintu Kamar mandi dengan keras, menghempaskan Tubuh Gio begitu saja hingga terbentur dinding kamar mandi berlapis marmer tersebut.

Kemeja yang tadinya putih bersih kini berubah karna bercak darah yang ada. Darah terus keluar dari hidung Gio, bahkan kening pria itu ikut mengeluarkan darah.

Kondisi sudah tidak kondusif, terlebih ketika dengan sadisnya Alio mencekoki Alkohol kedalam mulut Gio.

Pria itu. Selalu tau kelemahan Gio terlebih dalam membenci Alkohol.

Kesadaran Gio perlahan menipis, pria itu sudah siap menutup mata hingga Alio menghentikan kegiatannya dengan menyalakan shower.

Membiarkan shower tersebut menyala dan membasahi gio yang sudah menutup mata.

Namun sebelum benar benar kesadarannya Hilang,

Gio gak salah Tuhan.

Lalu Gelap.

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now