26/9/21

4 3 0
                                    

"RAAAAAAAAAIIIIIIIN!!!!!"

Teriakan membahana dari seorang gadis kecil yang tengah menatap amarah seorang pria di depannya.

Cukup jauh jarak antara dirinya dengan pria itu, namun teriakannya terdengar di sepanjang lorong.

Rain yang mendengar teriakan itu sontak berlari sambil tertawa, hingga dirinya tak sadar apa yang ada di depannya.

BRUK

"Awshhhh,"

Aycel. Gadis yang tadinya berlari sambil menatap amarah, persis seperti ibu-ibu komplek yang memarahi anaknya karna pulang terlalu sore. Kini sedang tertawa sambil memegang perutnya.

Di depan sana, Rain dengan terjatuh duduk sambil memegang pantatnya ketiak bertabrakan dengan Vano yang akan berjalan menuju kelas Gio dan Aycel.

Ketika rasa nyeri sudah mereda, Rain mendongak. Menatap ke atas hingga menemukan wajah lempeng milik Vano.

"Upsss, pawang nya Dateng,"

Vano mendengus kasar, sejak dirinya berjalan dari ujung lorong kelas 3, Vano memang sudah mendengar teriakan Milik Aycel dan sudah di pastikan itu adalah ulang si kunyuk Rain.

Vano mengulurkan tangannya, membantu pria yang sedang cengengesan.

Aycel sudah tepat di belakang mereka,  lantas dirinya berlari ke arah Vano seolah minta perlindungan.

"Rain ambil permen Aycel masa~"

Rengekan dari Aycel membuat Vano menghela nafas, lantas dirinya menepuk pelan pincuk pucuk kepala gadis itu.

"Balikin Rai,"

Rain yang mendengar itu mendengus kasar. Dirinya sudah kalah telak jika menyangkut Vano. Tak akan ada yang bisa tidak membantah pernyataan mutlak pria itu.

Ah, terkecuali Gio. Vano akan mendengarkan Gio dalam beberapa kondisi.

"Ck, padahal gue cuman pengen satu,"

"Tapi itukan punya Aycel!"

Rain menatap malas gadis di depannya. Aycel jelas punya banyak permen dalam tas gadis itu namun ketika Rain meminta yang di dapati nya malah penolakan, memang pada dasarnya pelit dari lahir susah.

Gio berjalan dari arah belakang mereka dengan senyum kecil, tak heran dengan keributan yang ada. Sudah biasa bagi mereka sejak mereka bertemu dari dulu.

Gio merangkul pundak Rain ketika dirinya sampai di samping pria itu. Tidak, itu bukan merangkul, namun mencekik.

"Sakit woi elah! Lepasin!"

Gelak tawa terdengar. Tentu saja dari mulut Aycel. Gadis itu memang memiliki dendam terselubung dengan Rain.

"Puas Lo?!"

Pertanyaan nyolot itu tentu saja di jawab anggukan semangat oleh Aycel.
Vano menggeleng pelan lalu menepuk pucuk kepala gadis itu seolah menyadarkan untuk berhenti melakukan hal itu mengingat wajah Rain yang sudah memerah.

Aycel terkekeh kecil. Dirinya tak berani melanjutkan tertawanya sekalipun dirinya ingin, sudah dapat teguran dirinya bisa apa?

"Udah jangan ribut. Permen doang, bisa beli Ama pabriknya kan?"

Dengusan kasar terdengar dari Aycel dan Rain. Tidak ada yang salah sih memang karna itu adalah fakta.

"Pulang."

Melangkah kan kaki dimana tempat penjemputan berada. Tentu saja perjalanan mereka menuju lantai 1 diisi dengan Adu mulu Aycel dan Rain.

"Rain brisik!"

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now