22/9/21

4 3 0
                                    

Terlihat seorang pria muda yang tengah berlari menuju ke mobilnya.

Selepas pulang sekolah dirinya lantas langsung pergi dari sekolah tidak mengikuti Rapat OSIS yang sudah di rencanakan. Kali ini, dirinya ingin pergi ke suatu tempat.

Sudah cukup lama dari terakhir kali dirinya pergi ke sana. Rasa kangen yang membuncah membuat dirinya nekat untuk pergi.

Menatap jalanan yang padat oleh beberapa kendaraan, dirinya menyenderkan punggungnya. Menghela nafas, mencoba untuk menghilangkan rasa sesak yang ada.

Sudah 6 tahun sejak kepergian mereka. 6 tahun pula rasa sesak itu masih ada jika teringat. Kehidupannya memang baik baik saja, namun tidak dengan hatinya.

Sepi, rumah besar itu hanya di tempati dirinya dan para pekerja. Namun sesekali orang kepercayaan papah nya datang untuk menjenguknya.

Tidak ada sanak saudara sekalipun. Bahkan setahun lalu dirinya kembali di tinggalkan.

Sebulir air mata turun begitu saja. Selalu begini dan mungkin akan terus begitu.

Tidak pernah sekalipun dirinya tidak menangis seperti ini jika kesana.

Memejamkan mata erat, mencoba menghalau segala bayangan yang ada.  Layaknya kaset rusak yang terus berputar. Yah, dirinya selemah itu.

Tanpa sadar mobil yang di tumpangi nya sudah berhenti. Menatap keluar jendela sebelum mengambil se-buket bunga yang sudah di belinya terlebih dahulu.

Turun dari mobil dirinya menghirup oksigen sebanyak mungkin, lagi dan lagi rasa sesak yang sudah mereda kembali hadir.

Berjalan pelan di mana tempat mereka di istirahat kan.
Sebuah tempat yang luas dengan batu nisan dimana mana. TPU.

Berhenti sejenak, kembali melanjutkan langkahnya hingga dirinya sampai.

3 Kuburan dengan nama yang berbeda namun berakhiran Gemano.

"Mah, pah, Opa. Rai Dateng lagi,"

Rain, pria itu tersenyum tipis. Sambil membersihkan kuburan yang ada di hadapannya, dirinya berusaha untuk tak menangis sedikitpun.

"Maaf Rai jarang Dateng,"

"Mah pah, 15 tahun kalian pergi tapi Rai gak bisa apa apa. Tetap seperti dulu,"

"15 tahun tapi kenapa Rai selalu ngerasain sesak Hm?"

"Opa, 7 tahun Opa pergi, sama kayak  mamah dan papah, Rai bahkan selalu berusaha buat menghilangkan rasa sesak yang ada,"

"Mah, pah, Opa , tau gak? Hidup Rai, Vano sama Gio makin hancur,"

Tidak, sekuat apapun dirinya menahan. Tidak pernah sekalipun dirinya berhasil.

Mereka hancur, sangat hancur. Bahkan mereka gak tau apa itu arti orang tua, bukan kah berarti mereka di lahirkan untuk menguatkan satu sama lain?

"Tapi tiba tiba ada pelangi. Indah banget. Pelangi nya kita mah, pah, Opa, dia Dateng lagi"

"Rai-"

"-Bersyukur nemuin mereka,"

Senyuman indah itu terbit. Membayangkan 2 hari kebelakang. Tidak, tidak hanya itu, kebersamaan mereka yang di bayangkan nya.

Setelah hampir 5 tahun mereka kehilangan cahaya mereka, kini cahaya itu kembali dan menerangi mereka.

"Sekarang Rai percaya, kalau manusia gada yang sempurna. Termasuk Rai, Vano dan Gio,"

Biarkan dirinya di katakan cengeng, namun sudah cukup dirinya selalu membuat orang lain tertawa tidak dengan dirinya. Kali ini saja, dirinya amat lemah ketika dengan mamah papah serta Opa nya.

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now