28/9/21

4 3 0
                                    

Rain mengendarakan mobil nya dengan tenang menuju Salah satu cafe di mana tempat janji bertemu.

Sempat mengabari Vano bahwa dirinya harus mampir ke sebuah Cafe.
Begitu sampai Rain langsung memasuki Cafe dan mengedarkan matanya, mencari seseorang yang membuat janji bertemu dengannya.

Begitu dapat dirinya lantas menghampiri seorang pria paruh baya yang tengah fokus dengan laptop nya.

"Om?"

"Rai, silahkan duduk,"

"Ada apa? Tumben sekali,"

Ganendra tersenyum tipis. Rain memang humoris, namun jika dirinya di hadapkan seseornag yang tidak begitu dirinya sukai, maka pria itu akan berubah manjadi pria dewasa yang selalu to the point'.

"Pesan dulu minum, ini akan berat,"

Rain mengangguk lantas memanggil seorang pelayan dan memesan minuman nya.

"Jadi?"

Ganendra menyerahkan sebuah berkas ke Rain yang pria itu langsung terima. Berkas dengan file berwarna biru itu Rain buka.

Rain membaca secara perlahan. Terlalu fokus hingga tak sadar minumannya sudah datang.

Pikirannya berkelana, ada banyak memori yang datang ke benaknya membuat dirinya pusing.

Peluh keringat membanjiri pelipisnya, bahkan kemeja hitam yang dirinya pakai terlihat sudah basah di beberapa titik.

"Rai, are you okay?"

"I-i'm fine uncle,"

Ganendra menatap cemas orang di depannya ini, lantas dirinya menelfon dr.zen yang dimana dokter pribadi keluarga Madison.

Ganendra menyentuh pelan tangan Rain yabg terletak di atas meja. Menyadarkan Rain dalam kesadaran nya.

Begitu tenang Langsung saja minuman yang ada di minumnya hingga tersisa setengah.

"Sudah lebih baik?"

"B-bagaimana bisa om tau?!"

"Tenang Rain, semua om cari untuk mu,"

"Om tau bahwa kamu mengidap PTSD, rasa panik yang menyerang karna rasa trauma di masa lalu,"

"Om tau karna kamu meriksa diri kamu di rumah sakit milik keluarga Madison Rai,"

"Dari situ om cari tau tentang diri kamu dan masa lalu kamu,"

"Om menemukan fakta bahwa kamu ada dalam kejadian dimana kecelakaan terjadi,"

"Hari itu, saat dimana kamu akan mengunjungi kakek mu. Kamu merengek meminta sebuah mobil mainan lalu fokus ayah mu terbelah karna rengekan, berakhir dengan kecelakaan yang terjadi,"

"Tapi menurut pemeriksaan, kecelakaan yang terjadi faktor kesengajaan. Bodyguard yang saat itu berjaga bilang kalau mobil papah kamu sempat di cek oleh montir, mereka pikir memang cek bulanan tapi ternyata para montir itu juga yang membuat kecelakaan,"

"Om, tau dari mana?"

"Suster Arum,"

Rain membelalak. Sedari dulu dirinya mencoba mencari suster Arum, namun tak pernah menemuinya.

Tapi kini, Ganendra, papah dari sahabatnya berhasil menemukannya. Air matanya menetes perlahan.

Bahkan rasa pening yang kuat dirinya tak perdulikan. Benaknya memutar kembali detik tiap detik kejadian.

Matanya menatap tepat di manik mata tuan Ganendra.

"Apa yang om mau?"

Ganendra tersenyum. Matanya menyiratkan akan sesuatu yang terpendam. Helaan nafas Rai dengar.

1/10/21 (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang