18/9/21

6 3 0
                                    

Setelah perbincangan di kantin yang menguras energi dan pikiran.

Sebab semua yang terjadi di luar nalar ketika Aycel menceritakan hal apa yang terjadi selama dirinya di Bandung, terlebih saat SMP.

Satu hal yang dapat mereka simpulkan, ada yang tidak beres.

Namun kini sudah berjalan normal, Aycel pun merasakan perbedaannya ketika dengan Gio.

Tidak ada rasa takut dalam dirinya. Yang di temui hanya rasa aman dan nyaman ketika berhasil memeluk pria itu.

Gio yang di kenal nya sudah kembali. Benar benar kembali.

Malam sudah tiba. Indah langit malam terlihat. Gio memutuskan untuk keluar rumah, berjalan ke pasar malam depan komplek dekat taman.

Memakai celana joget abu-abu milik nya serta kaos oblong berwarna Putih di lapisi jaket polos hitam.

Sendal slop Adidas nya dirinya kenakan, lalu keluar kamar dan menuruni undakan tangga.

Rumah nampak sepi. Sepertinya tidak ada sang papah, bagus lah dirinya bisa bebas keluar untuk menghirup udara segar. Di banding hanya di rumah namun seperti tidak bernafas, terasa tercekik oleh aura dominasi.

Gio menyalakan motornya di garasi, lalu ke luar dengan mengendarakan nya.

Mengendarainya dengan kecepatan sedang dirinya menikmati hembusan angin yang menerpa dirinya. Angin malam memang tidak ada tandingannya.

Gio sampai di mana pasar malam dekat komplek nya berada. Memarkirkan motor nya di salah satu mini market, dirinya berjalan menuju pasar malam.

Terlihat banyak lampu kelap kelip di sepanjang jalan. Makanan pinggir jalan yang menggugah selera.

Namun tampaknya Gio hanya ingin jalan dan melihat-lihat, atau mungkin beli beberapa jajanan.

Kakinya terus melangkah, menyusuri pasar malam yang kanan kirinya terdapat banyak orang berdagang. Ada beberapa permainan bahkan di sana.

Matanya menatap sesosok perempuan yang tengah membeli street Boba.

Dirinya memilih untuk menghampiri, menepuk pelan punggung orang di depannya.

Yang di tepuk langsung menoleh, lantas membalikkan badannya dan terkejut.

"Gio?"

Melden langsung membayar minumannya lantas mengajak Gio untuk berjalan.

"Kok disini?"

"Ini tempat umum,"

Benar juga, ini tempat umum memang kenapa kalau Gio ada disini. Melden merutuki pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

Mereka berjalan tanpa ada yang berbicara. Memilih bungkam menikmati perjalanan mereka.

Melihat sekeliling dengan banyak nya anak kecil yang berlarian, bahkan merengek meminta sesuatu.

Gio menatap wajah Melden dalam diam. Struktur wajahnya, mengingatkan dirinya dengan sang mamah.

Gio tertegun sejenak. Mamah?
Sudah sejak lama dirinya tak bertemu, bahkan mamah nya tak bisa di kabari.

Sejak terakhir kali saat dirinya kelas 2, mamah nya pergi dengan sang papah. Lantas tak pernah kembali lagi ke mansion.

Hanya ada sang papah yang kembali. Tidak ada seorang perempuan cantik yang menatap nya sini lagi. Tidak ada Omelan pedas yang mengatakan bahwa dirinya 'kesalahan'.

Tunggu, bukan kah harusnya Gio senang? Iya senang karna tidak harus mendapatkan hal itu semua. Namun mengapa perasaannya berbeda.

Melden yang menyadari bahwa sudah tidak ada yang berjalan dengannya. Membalikkan badannya menatap Gio yang melamun.

1/10/21 (Revisi)Where stories live. Discover now