I

5K 181 9
                                    

"Berita terkini

Sebuah pembunuhan berantai yang telah menewaskan lima korban wanita, belum juga menemukan titik terang. Rakyat gelisah. Mereka mempertanyakan bagaimana kinerja pihak kepolisian.

Sebuah kasus yang sangat misterius, namun kepolisian belum juga memberikan pernyataan lanjutan tentang kasus ini.

Menurut pernyataan pihak kepolisian sebelumnya bahwa pembunuhan ini dilakukan oleh seorang psikopat yang sangat genius. Para profiler menyebutkan bahwa psikopat ini hanya menargetkan wanita. Wanita yang memakai high heels merah menjadi satu-satunya petunjuk tentang motif pembunuhan. Pembunuhan ini tak mengenal usia dan jabatan.

Pihak kepolisian menghimbau agar para wanita tidak berkeliaran menggunakan high heels merah. Karena berpotensi mengundang sang psikopat untuk melakukan pembunuhannya lagi.

'The Red Heels Murder' sebutannya. Siapakah dia? Akan kah pihak kepolisian menemukan pentunjuk baru tentangnya?"

Tit.

Elena mematikan TV. Berita tentang pembunuhan berantai selama lima bulan terakhir ini tak kunjung ada habisnya. Keluarganya membuang semua high heels merah miliknya. Mereka juga ketakutan dengan kejadian ini. Bahkan, mereka memberika bodyguard pribadi kepada Elena. Namun, Elena menolak itu, sangat berlebihan menurutnya.

Setelah mematikan TV, Elena segera berangkat ke sekolah bersama dengan sopir pribadinya.

Elena Elisabeth Wilson. Putri dari keluarga Wilson, keluarga paling kaya di negaranya.

Elena bersekolah di 'Ethan College', sebuah sekolah swasta paling elite di negaranya. Semua anak para elite dan miliarder di negaranya, bersekolah di sana. Sekolah yang melahirkan orang-orang genius, berbakat, dan berpengaruh. Tak heran, jika banyak sekali orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sana.

Sekitar 20 menit perjalanan, Elena akhirnya sampai di sekolahnya. Menjadi pusat perhatian, sudah menjadi hal yang biasa baginya. Berhadapan dengan kamera dan orang asing pun, bukan lah sesuatu yang baru.

Sesampainya di kelas, melihat Robert, Kevin, dan Jacob sedang membully Lucas, bukanlah hal yang lazim terlihat. Walaupun sekolah elite, tetap saja ada siswa yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, yang masuk ke sana lewat jalur beasiswa.

Lucas adalah satu-satunya yang menjadi siswa penerima jalur beasiswa di angkatan Elena. Karena perbedaan kasta yang begitu jauh, Robert dan kawan-kawan, tak rela ia belajar di sekolah tempatnya para 'bangsawan'. Mereka mengorbankan puluhan bahkan milyaran uang hanya agar bisa bersekolah di sana. Sedangkan, Lucas hanya bermodalkan otak, yang menurut mereka otaknya tidak seberguna itu.

Robert menyiksa Lucas dengan amat sadis. Ia bahkan, meludahi dan melukai Lucas tanpa rasa belas kasihan sedikit pun. Para siswa di sana hanya membiarkan Robert melakukan aksinya. Sebagian dari mereka sebenarnya kasihan, namun takut kepada Robert. Karena orang tuanya merupakan salah satu donatur terbesar di sekolahnya. Sebagian yang lain, sepemikiran dengan Robert bahwa Lucas memang tak setara dengan mereka.

Lucas hanya diam ketika diperlakukan seperti itu. Karena bagaimana pun ia akan melawan, ia akan tetap kalah. Kalah dari semua orang serakah ini.

Bel berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Robert menendang dada Lucas, sebelum akhirnya segera duduk di bangkunya. Begitu juga dengan Lucas, ia mengambil barang-barangnya yang berserakan kemudian segera duduk di bangkunya dengan memar-memar di wajahnya.

Para guru tak pernah menanyakan apa pun pada Lucas, seolah tak ada yang terjadi pada lelaki itu. Lucas sudah terbiasa akan hal itu dan ia pun tak peduli lagi dengan pelajaran sekolahnya. Otaknya yang bisa dibilang pintar, sama sekali tak bermanfaat di sekolahnnya. Ia sudah berkali-kali mencoba keluar dari sekolah ini. Namun, karena adanya kontrak, ia akhirnya membatalkannya. Ya. Denda yang sangat besar jika ia keluar dari sekolah itu.

Mrs. Luna memasuki kelas Elena bersama dengan seorang lelaki di belakangnya, siswa baru.

"Ini adalah teman baru kalian, David. Silahkan perkenalkan diri." Ucap Mrs. Luna.

"Nama saya David Simon. Kalian bisa memanggilku David." Ujar David.

Semua siswa di kelas itu menertawakan penampilannya yang begitu kampungan. Pasalnya, David memakai kaca mata yang begitu tebal dengan rambut yang menutupi dahinya dan seragam yang sangat rapi. Penampilan yang sangat culun dan terlihat sangat bodoh.

Robert menatapnya, seolah-olah akan menjadikan siswa baru itu sebagai teman Lucas. Ia meringis jijik melihat wajah siswa baru itu.

"David, silahkan kamu duduk di tempat yang sudah tersedia."

-

Selama istirahat, Robert tak henti-hentinya menyakiti Lucas. Ia menyuruh Lucas membeli makanan di kantin, setelahnya ia pun memukulinya. Lucas yang terjatuh, segera bangkit tanpa disuruh.

David menatapnya takut dan juga heran karena tak ada seorang pun yang membela Lucas. Robert yang merasa ditatap, menoleh ke arah David.

"Apa lihat-lihat? Apa kau mau menemaninya?" Ucap Robert dengan tatapan yang begitu tajam.

"T-tidak." Ujar David dengan rasa gugup.

Robert kesal melihat wajah jeleknya. Ia menghampiri David dan menarik kerahnya. Melihat wajah David yang begitu jelek dari dekat.

"Wajahmu seperti babi." Ucap Robert dengan wajah yang seperti sedang melihat sebongkah kotoran.

"M-maaf." Kata David yang mencoba sopan kepadanya sambil tersenyum. Robert semakin kesal. Ia hendak melayangkan satu pukulan di wajahnya, namun Elena menghentikannya.

"Hentikan Robert. Kau tidak berhak memperlakukannya seperti ini." Ujar Elena yang menatapnya begitu sinis. Robert segera menurunkan tangannya dan melepaskan kerah seragam David.

Elena memang terkenal pendiam, namun sekali dia bergerak, tak ada yang berani melawannya. Karena label 'Wilson' yang melekat pada dirinya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Elena pada David yang tampak begitu ketakutan.

"Ya. Terimakasih sudah membantuku." Jawab David sambil menundukkan wajahnya.

"Tak apa. Jangan sungkan untuk meminta bantuanku." Ucap Elena dan pergi meninggalkan bangku David, kembali ke bangkunya.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now