XXIV

1.3K 67 0
                                    

Dax sedang duduk di kasur sembari mengeringkan rambutnya dengan sehelai handuk yang menutupi bagian tubuh bawahnya. Lelaki itu baru saja membersihkan dirinya. Elena di sampingnya sedang terpejam. Gadis itu terlihat begitu pucat.

Tiba-tiba pintu kamar Elena terbuka dan menampilkan sosok Ace di sana.

"Mommy!" Teriak Ace senang. Namun, setelah melihat Dax ia langsung membungkukkan badan. "Maaf Daddy, boleh aku masuk?" Ujarnya takut. Dax hanya menganggukkan kepalanya.

"Apa kau sakit, Mom?" Tanya Ace sembari memegang pipi Mommynya itu. Mata Elena yang tadinya terpejam, kini mulai terbuka mendengar suara manis anaknya.

"Tidak, Ace. Ada apa?" Ujar Elena sambil mencoba untuk duduk walaupun rasa sakit di perutnya begitu luar biasa menjalari tubuhnya.

"Kenapa Mom? Kau terluka?" Tanya Ace lagi, wajahnya terlihat begitu khawatir. Elena hanya menggeleng pelan.

"Kenapa kau ingin menemuinya?" Tanya Dax yang tiba-tiba membuka suara. Ace tau walaupun Dax tak melihat ke arahnya, ia sedang berbicara dengannya. Suara beratnya membuat Ace dan Elena terkejut. Tidak. Bahkan, bagi Elena suara itu sekarang terdengar sangat menyeramkan.

"Aku hanya ingin ditemani tidur." Ujar Ace lirih. Terdengar bahwa dia sangat takut pada Daddynya itu. Bagi Elena, Ace adalah penyelamatnya. Tanpa meminta persetujuan Dax, ia pun segera bangkit dari posisinya dan membawa Ace pergi dari ruangan itu.

Dax hanya melihat keduanya pergi, ia tak berminat untuk mencegah mereka. Ia pun kembali mengeringkan rambutnya.

Saat sibuk dengan aktivitasnya, Dax mendengar bunyi getaran ponsel di dalam laci di dekat kasur Elena. Tanpa ragu sedikit pun, ia segera membuka laci tersebut dan melihat sebuah ponsel berbayar di sana.

Dax pun mengambil ponsel itu dan menghidupkannya. Ia melihat sebuah pesan dari Robert. Sungguh, dewi keberuntungan memang tak berpihak pada Elena.

Dax pun membaca pesan tersebut.

Elena, apa kau baik-baik saja? Aku khawatir. Hubungi aku kalau kau sudah membaca pesan ini.

Dax tersenyum miring. Jiwa membunuh yang sedang tidur, kini kembali bangkit.

"Beraninya kau mengelabuiku, Elena." Gumamnya sambil terkekeh. Ia lalu, membalas pesan Robert.

Aku tak bisa menghubungimu. Aku akan menemuimu di ruanganmu, besok malam.

Bagaimana dengan Dax?

Serahkan saja padaku.

Baiklah, hati-hati Elena. Kutunggu besok malam.

Dax tersenyum miring. Seorang genius seperti Dax tak akan pernah ceroboh. Ia sudah pasti menirukan bagaimana cara Elena membalas pesan sehingga Robert pun tak akan mencurigainya. Tak lupa, ia juga menghapus semua pesan yang ia kirimkan kepada Robert malam itu.

-

Dua hari setelah kejadian di ruang bawah tanah, luka Elena terlihat sudah kering. Ia juga sudah bisa beraktivitas seperti biasa.

Saat ini, Elena sedang memasak bersama beberapa pelayannya. Tak lupa, ia menghidupkan TV untuk melihat berita hari ini.

Ketika sibuk memotong wortel, Elena menghentikan aktivitasnya karena mendengar berita yang sangat mengejutkan.

Robert Tennant ditemukan tewas di kantornya sendiri.

Kaki Elena lemas. Ia tak kuasa untuk berdiri hingga ia terduduk di lantai. Pikirannya kacau. Para pelayan yang melihatnya, segera membantu Elena untuk berdiri dan memberikannya segelas air.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now