XXII

1.4K 72 0
                                    

10 tahun kemudian

Ace Fransisco. Anak yang telah lahir dari rahim Elena. Hasil pembuahan antara dia dan.. tentu saja Dax Fransisco. Saat ini, ia telah berusia 9 tahun dan sedang duduk di bangku sekolah dasar.

Elena dipanggil oleh wali kelas Ace di Clement School. Mereka berkata bahwa Ace terlibat perkelahian dengan siswa lain. Elena akhirnya, buru - buru pergi ke sana. Tidak pergi sendiri tentunya, ditemani dengan 2 bodyguard, 1 pelayan, dan 1 sopir pribadi. Tentu saja karena itu semua adalah perintah Dax.

Setelah tiba di sekolah, Elena menyuruh para pengawalnya untuk menunggu di tempat parkir. Sedangkan, dia segera bergegas ke ruang guru.

Sesampainya di ruang guru, Elena melihat Ace sedang duduk dan di hadapannya ada seorang anak yang sedang menangis dengan Ibunya di sampingnya.

"Mommy!" Teriak Ace senang. Elena pun segera memeluk anaknya itu.

"Ada apa ini Bu?" Tanya Elena pada sang guru.

Kemudian, guru tersebut menyuruh Ace untuk menceritakan kronologi kejadiannya. Ace bercerita dengan begitu tenang dan sangat jelas. Sedangkan, Gary meronta - ronta dan berkata kalau Ace berbohong. Namun, Ace tak menggubrisnya dan tetap bercerita sampai akhir.

Setelah mendengar cerita dari Ace, Elena melirik Gary. Tapi, keraguannya kepada Ace mulai menjalar di pikirannya.

"Kalau memang Gary yang salah, kenapa Gary yang menangis?" Ucap Amanda, Ibu Gary. Ucapan Amanda membuat Elena tersadar dan semakin ragu pada anaknya.

"Bisa saja dia sedang ber-acting untuk menjebakku. Hanya karena dia menangis, bukan berarti dia tak bersalah." Jawab Ace dengan nada yang sangat meyakinkan.

Semua orang di ruang guru, tersadar dengan ucapannya. Elena masih melihat anaknya itu. Keraguan pun masih ada di pikirannya.

"Kau tak percaya padaku, Mom?" Tanya Ace sembari melihat Elena yang sedang memperhatikannya.

Mendengar ucapan Ace, Elena segera tersadar dan membuang segala keraguan di pikirannya. Ia percaya pada Ace. Ia tau betul anaknya itu tak akan melakukan hal keji kepada orang lain. Elena pun segera memeluk anaknya itu.

"Mommy percaya Ace." Ucap Elena dan nengecup rambut anaknya itu.

-

Elena selalu waspada ketika Dax mengajak Ace bermain bersamanya. Setelah 10 tahun hidup bersama Dax, Elena terbiasa dengan segala macam peraturan yang ada di Mansion itu, terbiasa akan semua pengawasan yang dilakukan Dax kepadanya. Ia bersyukur, Dax benar - benar tak mengganggu orang tuanya lagi.

Ketika ia melihat Dax bersama dengan Ace, Dax terlihat begitu menyayangi, begitu juga sebaliknya. Elena juga bersyukur, Ace menjadi anak yang periang dan tak memiliki gejala - gejala psycho seperti Dax. 

Elena selalu membiarkan Ace menghabiskan waktu hari liburnya dengan Dax. Karena sebenci apa pun Elena pada Dax, ia tetap membutuhkannya untuk Ace yang masih memerlukan sosok seorang Ayah.

Selama 10 tahun hidup bersama Dax, Elena masih belum tau apa pun tentang lelaki itu. Bahkan, fakta bahwa Dax adalah dalang dibalik "The Red Heels Murder" masih belum Elena ketahui. Ia juga tak pernah sekalipun masuk ke kamar Dax. Bagaimana ia bisa masuk? Jika pintu kamarnya saja menggunakan sensor wajah. Entah apa yang ada di dalamnya hingga ia begitu mengamankannya.

Setelah menikah, Dax tak pernah menemui Elena. Ia hanya menemui Elena ketika ingin memuaskan nafsunya untuk beberapa jam. Setelahnya, ia pun pergi lagi meninggalkan kamar Elena. Elena tak bisa berbohong bahwa ia juga menikmati 'kepanasan' yang diberikan Dax. Walaupun beberapa jam setelahnya, ia merasa kesal karena hanya dijadikan boneka sex oleh Dax.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now