XIX

1.6K 83 0
                                    

Setelah 'mahakarya'nya hampir dikacaukan oleh Lucas, Dax marah besar kepadanya. Ia lalu membawa Lucas ke Mansionnya. Dax menyuruh para anak buahnya untuk membawa Lucas yang ada di bagasi mobilnya ke ruang bawah tanah.

Semua orang di Mansion itu tau Tuannya  manusia seperti apa. Mereka tak pernah bertanya 'apa' ketika Dax membawa pulang 'sesuatu' dan tak pernah bertanya 'kenapa' jika Dax memberikan perintah. Intinya, mereka tak pernah bertanya sekalipun rasa penasaran mencapai ubun-ubun mereka. Karena memang peraturan yang telah Dax buat bahwa jangan pernah bertanya sesuatu, apa pun itu.

Sesampainya di ruang bawah tanah, Lucas yang belum sadarkan diri itu, diikat di kursi oleh para anak buah Dax. Setelahnya, Dax menyuruh mereka semua keluar. Dax sendiri pun langsung kembali menuju ruang utama Mansionnya untuk membersihkan badannya yang dipenuhi dengan noda darah.

Para pelayan pun melepaskan seluruh pakaian Dax dan mempersilahkan Dax untuk mandi dengan bathtub yang sudah dipenuhi air, sabun, dan aroma mint yang selalu disukai lelaki itu. Dax bersandar dengan nikmat di sana sambil meneguk segelas anggur di tangan kirinya.

Beberapa menit setelahnya, Dax keluar dari kamar mandi tanpa sehelai kain pun yang melekat di badannya. Pemandangan yang selalu dilihat para wanita yang merupakan pelayannya itu. Mereka tak pernah berani menatap atau melihat Tuannya, yang mereka lakukan hanyalah melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Tengah malam itu, Dax menghampiri Elena di kamarnya. Elena yang sedang berbaring di sana, segera terduduk ketika melihat Dax masuk. Dax lalu, duduk di samping Elena. Ia memainkan rambut Elena yang terurai dengan cantik.

"A-aku ingin ke rumah." Ucap Elena lirih karena takut berada di dekat Dax. Ucapannya membuat Dax menghentikan aktivitasnya.

"Untuk apa?" Tanya Dax dengan wajah tanpa ekspresi.

"Mengambil buku-bukuku. Aku harus sekolah besok." Jawab Elena sambil menunduk melihat kedua jari telunjuknya yang sedang menyatu.

"Tak perlu. Kau tak perlu lagi ke sekolah." Ucap Dax sambil memainkan lagi rambut Elena.

"Aku mohon. Setidaknya biarkan aku menamatkan sekolahku.. Setelahnya, aku akan menjadi istri yang baik untukmu. Kumohon.." Balas Elena yang kali ini menyatukan kedua tangannya di depan dada dan memperlihatkan wajah memelasnya.

"Tidak Elena. Kau tak perlu lagi pergi ke sana." Ujar Dax yang mencoba untuk menahan amarahnya. Kali ini, ia menatap mata Elena.

"Tapi--"

"ELENA!"

Bentak Dax tiba-tiba membuat Elena terkejut. Tubuhnya pun kembali bergetar. Dax kemudian, menekan pipi Elena dengan tangan kanannya dan mendekatkan wajahnya.

"Jangan pernah membuatku mengulangi perkataanku Elena. Walau kau kuizinkan tinggal di sini, kau tetap tak akan menjadi ratu. Kau.. hanyalah peliharaanku." Bisik Dax di telinga Elena yang mampu membuat bulu halus di sekitar lehernya meremang.

"Kalau kau tak mau kusakiti, jangan pernah membuatku marah." Ucap Dax sambil mengelus kedua pipi Elena yang telah ia tekan tadi dan pergi meninggalkan Elena dari kamarnya. Elena memukul selimutnya, kesal dan benci menjadi satu kepada orang itu. Bagaimana bisa hidupnya yang tenang itu tiba-tiba direnggut oleh seorang psychopath ?!

-

Angel, seorang pelayan telah berada di kamar Elena. Ia diutus oleh Dax untuk mengurus keperluan Elena. Angel terlihat seusia dengannya dan dia juga selalu menatap Elena dengan wajah ibanya.

"Angel, berapa usiamu?" Tanya Elena yang sedang duduk di depan cermin dengan Angel di belakangnya. Mereka sudah saling berkenalan tadi, walaupun hanya sebatas nama.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now