XX

1.5K 65 0
                                    

Sudah seminggu berlalu, sejak kejadian di ruang bawah tanah. Melihat pemenggalan leher dan pemotongan jari di depan mata kepalanya sendiri, membuat mental Elena sangat terguncang.

Namun.. bukan hanya mental, tapi fisiknya juga ikut terluka. Sayatan di lengan kanannya sudah kering. Namun, ukiran 'DAX' tetap melekat di sana, membuat Elena kembali mengingat kejadian yang mengerikan itu. Elena bahkan tak tau, bagaimana keadaan Lucas sekarang. Tidak, lebih tepatnya dia tak tau apakah Lucas masih hidup atau tidak.

Karena tak mau lagi mengingat kejadian itu, Elena akhirnya selalu memakai baju berlengan panjang untuk menutupi ukiran itu.

Selama satu minggu itu, Elena dirawat oleh dokter pribadi Dax dengan bantuan beberapa pelayan.

Saat ini, Elena tengah berdiri melihat pemandangan luar dari balkon kamarnya. Memikirkan lagi, bagaimana ia bisa keluar dari sana, kapan lagi dia bisa melihat indahnya kota di sore hari, berangkat sekolah di pagi hari, hang out dengan teman sampai dini hari, dan kegiatan-kegiatan lain yang sangat ia rindukan.

Apakah aku akan bisa merasakan itu lagi? Batin Elena yang masih berharap bisa merasakan lagi kehidupannya sebelum bertemu Dax.

Saat sibuk memandangi langit sore itu, Elena dikejutkan dengan kedatangan Dax. Dax datang dan langsung memeluk Elena dari belakang. Sungguh membuat jantung Elena berpacu dengan cepat. Tentu saja bukan karena Elena menyukai lelaki itu, tapi.. Karena ia takut kepadanya, ia takut bisa saja tiba-tiba Dax menusuknya dari belakang atau menarik rambutnya atau.. menarik lehernya dengan tali, dan hal-hal buruk tentangnya. Namun, Elena tak bisa memperlihatkan rasa tak sukanya kepada laki-laki itu. Ia takut sesuatu terjadi padanya lebih dari sekedar sayatan di tangannya. Elena hanya bisa diam, membiarkan Dax melakukan apa saja terhadap tubuhnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Dax yang sekarang sedang berdiri di samping Elena, melihat perempuan itu dengan lekat. Namun, tetap tanpa ekspresi.

Elena bingung. Tak bisa mengartikan tatapan Dax. Apakah ia marah? Senang? Sedih? Tak ada bedanya.

"Tak ada, hanya ingin melihat langit." Jawab Elena bohong dan segera mengalihkan pandangannya dari mata Dax ke arah langit. Dax pun ikut melihat ke arah langit sore yang terlihat cantik hari itu.

"Kita akan menikah satu minggu lagi." Ujar Dax tanpa mengalihkan pandangannya dari langit, yang mampu membuat Elena terkejut dan menoleh ke arahnya.

"Apa?!" Ucap Elena yang tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dax lalu, menatapnya lagi.

"Kenapa? Kau tak mau?" Ujar Dax dengan nada yang begitu dingin, membuat Elena segera merubah ekspresi wajahnya.

"Ti-tidak.. hanya saja terlalu cepat." Balas Elena lirih dan perlahan memalingkan wajahnya dari Dax.

Dax tak membalas lagi ucapan Elena. Laki-laki itu, hanya memandangi langit dan tak berniat lagi untuk berbicara padanya. Elena menatapnya dari samping. Kalau saja Dax tak sekejam itu, mungkin Elena akan jatuh cinta padanya. Tidak, bahkan saat pertama kali melihat Dax dengan perlakuannya yang baik di toko kue itu, membuat Elena menyukainya. Tapi, Elena tak menyangka, di balik wajah tampannya yang seperti malaikat, terdapat hati yang sangat busuk seperti iblis.

Beberapa menit kemudian, Dax pun beranjak pergi dari balkon.

Elena mengumpulkan nyali yang cukup besar untuk menanyakan sesuatu pada Dax, sembari meremas pakaiannya ia bertanya,

"Apa aku boleh bertemu orang tuaku?"

Ucapan Elena mampu membuat Dax menghentikan langkahnya. Laki-laki itu lalu, menoleh ke arah Elena. Tak lama, ia segera pergi dari sana tanpa mengucapkan apa pun pada Elena. Elena hanya bisa berdecak kesal.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now