III

2.6K 144 0
                                    

"Berita terkini

Pembunuhan ke-6 oleh 'The Red Heels Murder' terjadi tadi malam. Adam, seorang pekerja yang akan berangkat kerja pagi tadi melihat mayat seorang wanita.

Diduga wanita itu adalah seorang jurnalis dari sebuah perusahaan besar. Korban ditemukan dengan kondisi yang sudah tak bernyawa dan sangat mengenaskan.

Selain itu, pembunuhan lain juga terjadi di lokasi yang sama. Seorang nenek berusia 78 tahun, ditemukan tewas dengan sayatan di leher dan beberapa tusukan diperut. Polisi menduga bahwa wanita ini adalah saksi pembunuhan 'The Red Heels Murder' kepada seorang jurnalis itu.

Menurut tim forensik, pembunuhan kepada seorang jurnalis diperkirakan terjadi pada pukul 23.30. Sedangkan, pembunuhan yang terjadi kepada seorang lansia diperkirakan terjadi pada pukul 23.35, hanya selang 5 menit.

Sampai saat ini, polisi tetap belum bisa menemukan satu petunjuk pun dari pembunuhan ini. Karena lagi-lagi, pembunuhan ini dilakukan dengan sangat rapi dan tanpa jejak apa pun. Tak ada satu pun rekaman cctv yang memperlihatkan dua wanita ini.

Bahkan, menurut pernyataan Detektif Richard ketika dia memeriksa rekaman cctv di sekitar lokasi kejadian, tak ada satu pun yang tampak mencurigakan. Seolah-olah rekaman itu sudah dimanipulasi."

'Dia' menyeringai. Melihat berita tentang pembunuhan yang dilakukannya membuatnya sangat senang. Semua orang mencarinya, semua orang penasaran dengannya. Bahkan, tak sedikit para peneliti yang tertarik dengan kasusnya.

"Manusia bodoh." Gumamnya sambil mengepulkan asap rokoknya.

Last night

"Sudah cantik. Oh ya, bukankah kau ingin melihat wajahku? Baiklah ku perlihatkan." Ucapnya sambil membuka tudung yang ia pakai sedari tadi. "Terimakasih cantik, sudah memilih tempat yang pas untukku." Lanjutnya.

"Oh.. Souvenir ku. Sangat indah." Ucap'nya' sembari mengambil heels merah milik Chelsea.

Saat 'ia' ingin melangkahkan kakinya untuk pergi dari lokasi itu, seorang wanita berusia 70-an melihatnya dengan tubuh yang bergetar, barang yang ia bawa pun sampai terjatuh.

'Dia' menoleh ke arah wanita tua itu, merasa terganggu dengan kehadirannya.

"Shit. Ada lalat yang mengganggu." Gumamnya.

Wanita tua itu terpaku melihat Chelsea yang bergelantungan di sana, ia tanpa sengaja beradu mata dengan sang pembunuh. Dengan cepat, wanita tua itu segera berlari meninggalkan lokasi.

Namun, kecepatannya tak seberapa bagi 'dia'. Wanita tua itu tetap berlari, sedangkan 'dia' berjalan dengan santai. Pelan, tapi bisa menyusul wanita tua itu dengan cepat.

"Ayolah Nek.. Jangan buat aku kesal. Aku tak akan membunuhmu. Aku juga punya seorang Nenek di rumah, aku tidak setega itu Nek." Ujar'nya' penuh kebohongan yang mampu meyakinkan wanita tua itu.

Wanita itu berhenti dan menoleh ke arah'nya'.

"Be-benarkah? Benarkah kau tidak akan membunuhku? Tolong ampuni aku Tuan, aku tidak melihat apa pun, tolong biarkan aku hidup." Ucap wanita itu sambil berlutut di hadapan'nya' dan menyatukan kedua tangan di depan dadanya.

"Tentu saja aku akan membiarkanmu hidup. Apa wajahku terlihat seperti orang jahat?" Tanya'nya'. Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat.

'Dia' kemudian melihat jam tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 23.34.

"Shit. Sudah lewat empat menit." Gumam'nya'.

Saat Nenek itu tetap memohon kepadanya, ia segera mengayunkan pisau ke leher Nenek itu. Satu sayatan saja sudah membuat Nenek itu terkapar, tubuhnya bergetar hebat. "Aish, tidak mau diam juga." Ucap'nya' yang setelahnya langsung menusuk perut Nenek itu dengan cepat dan bertubi-tubi. Barulah, Nenek itu tak menggerakkan tubuhnya lagi.

-

2 tahun sudah Lucas menjadi korban bully di sekolahnya. Selama 2 tahun itu, tak ada satu pun yang menolongnya. Semakin hari semakin kasar pembullyan Robert kepadanya.

Hari ini, Robert cs menyuruhnya membeli makanan di kantin. Hal yang selalu Lucas lakukan setiap hari. Robert selalu menyuruhnya membeli makanan dengan menggunakan uang Lucas. Bukan karena tak punya uang, ia hanya ingin Lucas tersiksa. Jiwa-jiwa psycho sangat melekat padanya. Bukan hanya Robert cs yang membullynya, tapi hampir seluruh teman seangkatannya membully dirinya.

Sesampainya di kantin, Lucas pun tak henti-hentinya diolok, dilempari nasi, sendok, dll hingga keningnya terluka dan seragamnya pun kotor. Lucas sudah muak dengan semua ini. Rasa sabarnya pun juga sudah melewati batas. Ia ingin tak diperlakukan seperti binatang lagi, hanya karena perbedaan materi dan kedudukan. Ia hanya tak beruntung lahir di keluarga yang tak seberada mereka semua.

Lucas membawa 3 roti milik Robert cs, roti yang biasa ia beli ternyata sudah habis. Akhirnya, ia membeli roti yang berbeda. Sesampainya di kelas, ia segera memberikan roti itu kepada Robert cs.

Robert melihat roti itu. Ia sangat marah kepada Lucas. Roti itu terlihat sangat murahan baginya.

"Apa ini?!" Teriak Robert sambil melemparkan roti ke wajah Lucas yang sedang mematung di depan papan tulis. Semua siswa memperhatikannya, tak ada yang membelanya. "Beli roti saja tidak becus!" Teriaknya lagi.

"M-maaf, r-roti yang biasanya habis." Ujar Lucas sambil menundukkan kepala. Namun, hatinya sudah mulai panas dan dadanya pun juga mulai sesak. Ingin meronta. Meluapkan segala emosi yang terkubur di sana.

"Halah! Bilang saja kalau kau tak ingin kami menggunakan uangmu!" Timpal Kevin. Lucas tak membalasnya, tapi hatinya telah mengumpat sedari tadi.

"Kalau kau tak mendapatkan roti kita, lihat saja akibatnya." Tambah Jacob.

"Cepat sana kembali ke kan--" Belum sempat Kevin menyelesaikan ucapannya, Lucas melemparinya dengan roti yang Robert lempar kepadanya tadi. Sabar yang ia tahan selama dua tahun, akhirnya tak bisa ditahan juga. Semua siswa yang melihatnya, terkejut dengan tingkah Lucas.

"Apa kau tak dengar?! Aku bilang rotinya sudah habis! Kalau kau tak percaya, pergi saja sendiri ke kantin! Babi." Ujar Lucas. Sorot matanya membuat Robert cs sedikit gentar.

"Apa kau baru saja menyebutku babi?!" Ucap Robert dengan marahnya.

"Ya! Sejujurnya, aku memang lebih tampan darimu. Kau iri atas apa yang kumiliki yang tidak ada pada dirimu. Aku memang tak kaya, tapi fisik dan otak, aku pemenangnya." Balas Lucas.

"APA KAU MAU MATI?!" Teriak Robert yang segera menyuruh Kevin dan Jacob menariknya. Mereka kemudian, menendang Lucas dengan sangat brutal hingga Lucas tersungkur di sana.

"Katakan saja kalau kau ingin mati!" Ucap Robert sambil menendang perut Lucas.

"Dasar rakyat jelata! Berani-beraninya kau menghina kami!" Tambah Kevin sambil menendangi punggungnya dengan sangat kasar hingga Lucas merasa ada tulangnya yang patah.

"Sadar diri! Kau itu tak setara dengan kami!" Timpal Jacob sambil menendangi kaki Lucas yang sedang tertekuk.

Semua perempuan di sana meringis, ini pertama kalinya Robert cs memperlakukan Lucas begitu parahnya. Mereka biasanya tak mengeroyokinya, hanya Robert yang menyentuh Lucas. Namun, sekarang mereka sudah sangat keterlaluan.

Elena yang baru saja datang dari kamar mandi, segera menghentikan Robert cs. Ia memang biasanya hanya diam, tapi sekarang sudah sangat parah. Robert cs segera menghentikan aksinya dan pergi meninggalkan kelas.

Elena kemudian, membantu Lucas berdiri. Namun, Lucas menepis tangannya. Ia menatap Elena tajam.

"Kenapa kau baru melakukannya? Kau pikir selama ini aku tak kesakitan? Tak usah bersikap seperti pahlawan. Menjijikkan." Ucap Lucas yang mempu menusuk hati Elena. Padahal, dia hanya bermaksud baik.

Elena shocked. Dia pikir Lucas adalah laki-laki polos dan baik hati. Tapi, mendengar ucapannya Elena tak bisa berkata lagi.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now