II

2.9K 152 3
                                    

Seorang perempuan yang bekerja sebagai jurnalis bernama Chelsea sedang bersama rekan kerjanya, Taylor. Mereka sedang membicarakan 'The Red Heels Murder'. Chelsea sangat tertarik kepadanya, sangat penasaran tentang isi otak si pembunuh, penasaran tentang kegeniusannya. Dia berinisiatif untuk memancingnya dengan high heels merah miliknya.

Chelsea akan memancing sang psikopat. Namun, idenya sangat ditolak oleh rekan kerjanya. Menurut Taylor, ide itu sangat-sangat bodoh dan ceroboh.

"Jangan Chelsea, terlalu berbahaya." Ucap Taylor, tak ingin rekan kerjanya menjadi korban.

"Oh ayolah Taylor, aku hanya memancingnya. Setelahnya, aku akan berbicara baik-baik dengannya dan berlari." Ujar Chelsea yang sangat percaya diri.

"Kau pikir dia itu tidak bisa mengejarmu? Kau tidak dengar apa yang disampaikan para profiler? Tubuh dia itu sangat atletis."

"Lalu apa? Aku sangat ingin melihat wajahnya!"

"Sudah lah Chelsea. Lebih baik kita diam saja, tak usah memancing kematian menghampiri kita lebih dulu."

"Oh my God. Taylor, dengarkan aku? Jika aku bisa menemuinya dan melihat wajahnya, aku bisa membantu kepolisian kan? Lalu kita bisa membuat buku tentang dia, pasti akan laku keras!"

"Apa kau bodoh? Jika kau melihat wajahnya, dia tidak akan membiarkanmu hidup."

"Kenapa kau begitu takut, Taylor? Kita sama-sama manusia dengannya."

"Memang, tapi dia itu predator. Baiklah terserah kau saja, kalau kau memang ingin menjadi mangsanya, yang jelas aku sudah memperingatkanmu."

Taylor kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Chelsea.

"Tunggu saja Taylor! Aku kan membawa hadiah besar untukmu!" Teriak Chelsea kepada Taylor yang tidak menghentikan langkah kakinya sedikit pun.

-

Malam hari, pukul 22.30.

Chelsea segera mengemas dan merapikan barang-barangnya, tak lupa ia juga mengganti heels hitamnya dengan warna merah. Setelahnya, ia keluar dari kantornya dan menaiki lift untuk turun ke lantai dasar.

Perusahaan tempat Chelsea bekerja, masih ramai kala itu. Begitu juga dengan jalan raya yang masih dipenuhi dengan manusia dan mobil yang berlalu lalang. Chelsea berdiri di tepi jalan, menunggu traffic light berubah warna menjadi merah.

Setelah menyebrangi jalan, Chelsea memutuskan tak menaiki bus. Ia berjalan di tengah keramaian sembari mencari ide, kemana ia harus pergi agar sang psikopat tau keberadaannya. Orang-orang yang berlalu lalang merasa khawatir melihat sepatu merah yang dipakainya. Bahkan, ada beberapa orang yang menegurnya.

"Excuse me? Maaf mengganggu waktu Anda, saya pikir akan lebih baik jika Anda tak menggunakan sepatu merah." Ucap salah satu perempuan yang menghampiri Chelsea.

"Ah? Tidak apa-apa, aku sengaja melakukannya. Hiraukan aku." Ujar Chelsea dan segera pergi meninggalkan perempuan tadi. Karena tak ingin lagi dilihat oleh orang lain, ia memutuskan berjalan di sebuah gang yang tak begitu besar. Namun, masih banyak rumah-rumah di sana dan lampu pun juga masih menyala.

"Huh.. Syukurlah, sudah sepi." Gumamnya. Ia kemudian, melanjutkan perjalanannya.

Beberapa menit setelah dia berjalan kaki di gang itu, sebuah langkah kaki terdengar di belakangnya. Chelsea menduga dia adalah sang psikopat. Dengan cepat, ia pun menoleh. Namun, ternyata seorang nenek yang sedang memungut sampah.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now