XVI

1.6K 90 0
                                    

Ethan College telah berjalan normal kembali. Kematian Kevin, Jacob, dan Eric belum juga terpecahkan. Tempat mereka duduk, sengaja tak ditempati siswa lain untuk mengenang mereka. Bunga-bunga masih berada di atas meja mereka.

Robert tak pernah lagi mencari keributan dengan Lucas. Begitu juga dengan Lucas yang hanya berdiam diri di tempat duduknya, membaca buku.

Jam menunjukkan pukul 15.15 yang menandakan waktunya pulang. Semua pelajaran pun telah selesai, mereka pun segera membereskan buku-buku untuk diletakkan di loker masing-masing. Barulah, mereka meninggalkan sekolah.

Tak terkecuali, Elena. Setelah meletakkan barang-barangnya di loker, ia pun meninggalkan sekolah dengan sopir pribadinya. Tapi, anehnya sopir pribadinya berbeda dari sebelumnya.

"Kemana sopir yang biasa mengantarku?" Tanya Elena kepada sopir baru itu setelah dirinya duduk manis di kursi penumpang.

"Maaf Nona, saya tak tau." Jawabnya sopan.

Elena sebenarnya tak begitu peduli, tapi biasanya Papanya akan menghubunginya jika mengganti sopir pribadinya. Namun, Elena membiarkannya. Mungkin, Papanya sangat sibuk hari ini.

Di perjalanan, Elena hanya melihat pemandangan kotanya yang begitu indah sore itu. Ia ingin segera sampai di rumah untuk membersihkan badannya.

Pintu gerbang rumah Elena terbuka secara otomatis. Mobilnya kemudian memasuki pekarangan rumahnya. Sebelum sampai di rumah, Elena disambut dengan pemandangan indah dari kebun milik Kakeknya itu.

Setelah mobil terparkir rapi, Elena pun turun dan shocked melihat pemandangan di depannya. Semua pengawalnya sedang sekarat dengan tubuh yang berlumuran darah. Halaman rumahnya yang asri dengan warna hijau, kini berubah menjadi warna merah pekat.

Elena mual melihat apa yang ada di hadapannya. Ia pun menoleh ke arah sopir tadi dan sopir itu pun segera mengikat tangan Elena ke belakang. Kemudian, mendorong sedikit tubuh Elena untuk berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Sesampainya di dalam rumah, bau anyir langsung menyerang hidung Elena. Ia melihat seluruh pelayan rumahnya mati dengan sangat mengenaskan. Ia muntah begitu saja karena tak bisa menahan bau yang sangat menyengat ini. Sopir tadi kemudian, memaksa Elena berlutut di lantai.

Tubuh Elena lemas melihat semua darah di sekelilingnya. Bahkan, ada sebuah kepala yang terpenggal di sana. Elena tak tau apa yang sedang terjadi. Ia hanya berharap ini semua adalah mimpi buruk. Ia tak bisa memikirkan apa pun selain alasan kenapa semua ini bisa terjadi dan.. dimana orang tuanya.

Seseorang menghidupkan seluruh lampu utama, membuat rumah itu kembali terang benderang. Semakin memperlihatkan semua orang yang mati, darah pekat yang mengalir, dan beberapa potongan tubuh tergeletak dimana-mana. Membuat Elena sekali lagi tak dapat menahan isi perutnya dan memuntahkannya begitu saja.

"Hai Elena." Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapannya bersama dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk terikat di kursi.

"Mom, Dad?!!" Teriak Elena melihat orang tuanya yang juga sudah bersimbah darah. Mereka melihat Elena disela-sela sekaratnya mereka. Mereka terlihat sudah sangat lemas dan tak lagi bisa menggerakkan tubuhnya.

Elena lalu, melihat orang yang menyapanya tadi dan terkejut ketika melihat bahwa Dax yang ada di hadapannya.

"Kau-- APA YANG KAU LAKUKAN PADA KELUARGAKU BRENGSEK?!!" Teriak Elena tepat di wajah Dax dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Ssttt." Ucap Dax sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Elena. "Jangan meneriakiku Elena." Lanjut Dax sambil merapikan rambut Elena yang terlihat berantakan. Elena menggigit jari telunjuk Dax yang berada di depannya. Dax hanya terkekeh. Ia sangat sangat terlihat seperti orang yang tak waras.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now