39. Persiapan Untuk Pesta (b)

22.8K 3.8K 316
                                    

"Grizelle?"

Athanasios membeo. Keningnya sedikit berkerut. Kenapa nama itu seperti tidak asing, ya?

Elart mengangguk. "Ya, kalau aku tidak salah ingat, nama gadis itu Grizelle."

"Ada apa, Yang Mulia?" Julius memerhatikan ekspresi Athanasios yang tampak tidak biasa memutuskan untuk bertanya. "Apa anda mengenal gadis itu?"

Athanasios terlihat tidak yakin. Dia seperti mengenal gadis yang disebut Elart, tapi di sisi lain Athanasios juga merasa tidak pernah mengenal sosok yang tengah jadi topik pembicaraan mereka sekarang.

"Aku... tidak yakin."

"Mungkin anda pernah bertemu dengan gadis itu secara tidak sengaja." Julius kembali berucap.

"Ah, benar juga!" Athanasios menjentikkan jari dengan mata yang setengah terbelalak saat dia berhasil mengingat kejadian beberapa waktu yang telah lewat, saat dia dan Chryssa jalan-jalan di pusat kota.

Athansios melihat kembali dua bawahannya yang menatapnya dengan ekspresi yang berbeda.

"Aku sepertinya pernah bertemu dengan gadis bernama Grizelle itu." Athanasios mulai menjelaskan. "Beberapa waktu lalu saat aku pergi bersama Chryssa, aku tidak sengaja menabrak seorang perempuan. Dan nama perempuan itu juga Grizelle."

"Wah, itu sungguh suatu kebetulan."

"Apa gadis itu terlihat luar biasa, Yang Mulia?" Julius kembali bertanya. Seperti biasa, dia terlihat serius. "Atau anda merasa ada sesuatu yang spesial dengan gadis itu?"

"Tidak. Sama sekali tidak." Athanasios langsung menggeleng. Keningnya berkerut dalam saat dia tengah berpikir keras. "Gadis bernama Grizelle itu terlihat lemah dan biasa saja. Aku tidak berpikir ada sesuatu yang spesial darinya sehingga raja mengizinkannya beberapa kali ke Istana."

"Apa anda yakin, Yang Mulia?" Julius mencoba memastikan. "Mungkin anda merasa gadis itu biasa-biasa saja karena selama ini anda tinggal bersama Nona Chryssa."

"Hm, masuk akal juga." Elart mengangguk setuju dengan ucapan Julius. "Nona Chryssa itu terlalu luar biasa menakutkan. Beliau memiliki aura yang sangat berbeda dengan para Nona Muda yang lain, jadi wajar saja jika Yang Mulia jadi merasa gadis bernama Grizelle itu terlalu biasa-biasa saja."

Elart masih saja bergidik saat mengingat rasa takutnya pada sosok Chryssa yang masih saja terlihat seperti monster di pandangannya.

"Chryssa-ku memang mempesona." Athanasios menyeringai lebar.

Membayangkan wajah Chryssa yang kadang tersenyum polos padanya, atau wajah Chryssa yang selalu terlihat menggemaskan dan cantik di matanya, bahkan juga sosok Chryssa yang sesekali terlihat licik dan seperti sedang merencanakan sesuatu.

Semua bagian dalam diri Chryssa terlalu mempesona di mata Athanasios, membuatnya terjerat dalam pesona gadis itu sampai dia seperti tidak bisa tertarik pada gadis lain lagi.

Seperti kata mereka, Chryssa itu... terlalu berbeda. Dia istimewa, tidak bisa dibandingkan dengan orang lain.

Julius berdeham saat sadar kalau kini fokus Tuan dan rekannya jadi tidak pada tempatnya. "Jadi kesimpulannya, kita masih belum bisa memastikan apa pun soal gadis bernama Grizelle ini."

Athanasios mengangguk. Dia melihat Elart, "lanjutkan laporanmu."

"Laporan selanjutnya adalah tentang Larz Illarion."

Athanasios semakin mempertajam pendengaran. Dia jadi makin serius.

Elart lalu melanjutkan laporannya, "setelah hari itu, Larz Illarion terus berada di markas prajurit istana. Dia hanya selalu memimpin latihan prajurit atau melatih dirinya sendiri secara berlebih. Aku tidak menemukan tanda-tanda pergerakan aneh darinya."

"Dia tidak pernah bertemu raja? Atau mungkin orang-orang bawahan raja lainnya?"

Elart menggeleng, "tidak, sama sekali tidak. Menurutku dia tidak membocorkan rencana kudeta ini pada siapa pun, terlebih raja."

"Menurut saya juga Tuan Larz tidak akan pernah membocorkannya pada siapapun." Julius ikut berkomentar. "Karena jika dia melakukannya, Nona Chryssa akan dalam bahaya. Mengingat Tuan Larz yang sangat menyayangi Nona, mustahil dia akan tega membuat Nona berada dalam bahaya."

"Tapi kalau dia tetap berada di pihak raja sampai akhir, kami akan menjadi musuh secara alami." Manik Athanasios berkilat. Wajahnya terlihat datar. "Aku harus tetap membunuhnya jika dia melawan, meskipun dia adalah kakak dari Chryssa."

"Saya rasa Nona juga sadar akan hal ini, jadi mungkin Nona akan membujuk Tuan Larz nanti."

Athanasios mengedikkan bahu. "Tidak dibujuk pun tidak apa-apa." Pria itu menyeringai lebar, "aku memang ingin membunuhnya sejak dulu."

Elart meringis saat melihat Tuannya. "Nona Chryssa mungkin akan membatalkan pertunangannya denganmu dan kembali ke Zaeis jika dia mendengar kata-katamu ini, Yang Mulia."

"Karena itu Chryssa tidak boleh tahu sedikitpun soal ini." Athanasios tersenyum manis dan lebar sampai matanya ikut membentuk lengkungan, yang justru membuat Elart dan Julius bergidik saat merasakan aura menyeramkan yang menguar dari Tuan mereka itu.

Athanasios berucap ringan, "setiap satu kata yang keluar dari mulut kalian tentang apa yang kita bicarakan sekarang di sini, yang terdengar oleh telinga Chryssa... akan dihargai dengan satu nyawa kalian."

"Saya pastikan Nona tidak akan mendengar apapun, Yang Mulia." Julius menunduk patuh.

Sedangkan Elart, dia justru mengerutkan kening. Dia mengangkat sebelah tangan sampai setinggi kepalanya dan berucap, "tapi nyawaku memang hanya satu."

Elart langsung mengaduh saat sarung pedang Julius membentur kepalanya.

***

Halo selamat malam semua.
Maaf baru update sekarang dahal saya janjinya mau update cepet:'D

Saya dapet info ospek tiba-tiba dan lusanya langsung masuk kuliah, jadi gitu deh:'D

Sebagai permintaan maaf saya, mulai sekarang saya gak akan pakein target lagi, dan juga saya akan berusaha biar cerita ini selesai bulan depan. Tapi kalo gak bulan depan, berarti bulan depannya lagi. Kalo gak juga berarti bulan depannya lagi(bercanda🙏)

Mohon doanya biar saya nulisnya lancar ya.

Terima kasih sudah baca~

Lady Antagonist [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang