42. Pesta Perjamuan Istana (b)

23.2K 3.8K 82
                                    

"Kita langsung menemui orang tuamu saja. Tidak baik jika berlama-lama di sini."

Athanasios langsung mengajak Chryssa beranjak dari sana setelah mengatur ekspresi wajahnya. Dia melihat Chryssa sambil tersenyum dan tetap menjaga agar tidak ada jarak diantara mereka sehingga tidak akan ada kesempatan bagi orang-orang untuk mendekati Chryssa-nya.

Chryssa mengangguk sebagai jawaban. Mereka lalu pergi dan menghampiri pasangan suami-istri Duke Illarion yang terlihat beberapa meter jauhnya dari tempat mereka berdiri tadi.

Terlihat dua orang itu sedang menatap ke arah Chryssa dan Athanasios, dan menunggu sampai mereka tiba.

"Ayah, Ibu." Chryssa langsung menyapa kedua orang tuanya begitu mereka sampai. Dia tersenyum ceria, "kalian sudah tiba sejak tadi?"

"Tidak. Kami baru juga sampai." Duchess yang menjawab anaknya. Dia melirik Athanasios beberapa saat sambil tersenyum sebagai sapaan. Setelahnya, wanita itu langsung menarik agar Chryssa mendekat padanya.

Duke Illarion langsung menyapa Athanasios, "apa perjalanan kalian lancar, Duke Phaelathon?"

"Ah, tentu. Tidak ada hambatan apa pun dalam perjalanan kami." Athanasios menjawab sambil tersenyum seperti biasa. Dia hanya melirik sekilas pada Chryssa yang kini terpisah beberapa langkah darinya dan tengah asik berbincang dengan ibunya.

Athanasios jujur saja merasa sedikit kecewa saat tadi pegangan Chryssa padanya terlepas. Bukan apa-apa, hanya saja Athanasios tidak ingin ada seseorang yang menganggu Chryssa saat gadis itu tidak berada di samping Athanasios.

Meski pintar dan 'sedikit' licik, Chryssa itu gadis yang lemah. Chryssa membutuhkan Athanasios untuk melindunginya, apalagi mereka saat ini berada di tempat yang berbahaya dan sedang dikelilingi orang-orang busuk yang memakai topeng agar terlihat baik di depan orang yang statusnya lebih tinggi.

Istana seperti sarang musuh. Terlebih, di tempat ini ada seseorang yang paling berpotensi mencelakakan Chryssa yang berstatus sebagai tunangan seorang Athanasios.

Tahu sendiri siapa orangnya, kan?

"Jadi, sudah sejauh apa perkembangannya, Tuan Duke?"

"Baru seperti yang tertulis dalam surat yang saya kirimkan pada anda." Athanasios mendesah pelan, "masih belum ada perkembangan lebih lanjut."

Duke Illarion mengangguk-angguk mengerti. Matanya sedikit mengerling, mengawasi sekeliling. Dia menurunkan volume suaranya tapi tetap menjaga ekspresi wajahnya agar tidak ada yang curiga.

"Saya juga sudah mengirimkan beberapa surat secara rahasia pada beberapa Bangsawan yang saya percaya." Duke Illarion berucap. "Mereka semua pasti akan datang malam ini, dan anda pasti akan bisa menemui mereka nanti."

"Terima kasih karena sudah bekerja keras untuk kami, Tuan." Senyum Athanasios semakin tertarik ke atas. Dia sedikit menundukkan kepalanya, "saya pasti akan membalas semua kebaikan dan bantuan anda ini."

"Jika anda ingin membalas budi pada saya..." Duke Illarion sedikit menggantungkan kalimatnya. Dia menoleh melihat istrinya dan putrinya yang tertawa entah membahas apa. Ekspresi pria paruh baya itu melembut. Tatapannya menghangat diikuti senyum tipis yang muncul di bibirnya.

Duke Illarion melanjutkan setelah kembali menoleh pada Athanasios, "tolong jamin keselamatan dan kesejahteraan keluarga saya. Terlebih, Chryssa. Anak itu... adalah harta yang paling berharga bagi kami." Tatapan Duke Illarion jadi semakin serius. "Anda tidak boleh melupakan semua hal yang sudah Chryssa lakukan untuk anda. Keputusan yang saya ambil untuk mendukung anda pun karena putri saya. Jadi saya harap anda selalu membuatnya bahagia, dan memberi apa yang layak dia dapatkan."

Sunggingan tipis terukir kembali di bibir Duke Illarion. Dia merendahkan suaranya, dan berucap dengan pelan. "Jika suatu hari anda menyakiti atau mengkhianati Chryssa... maka saya sendiri yang akan menjatuhkan anda dari semua kekuasaan anda saat itu."

Athanasios mengernyit. Ekspresi wajahnya tidak terlalu baik setelah mendengar penuturan calon ayah mertuanya itu.

"Saya pikir anda salah paham terhadap saya." Athanasios menghembuskan napas pelan. Dia berusaha menjelaskan dengan sabar. "Pertama-tama, tanpa diminta pun saya akan menjamin seluruh keluarga Illarion dan juga Zaeis. Karena kalian semua adalah keluarga yang sangat dicintai oleh Chryssa, jadi saya juga merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan keluarga Illarion."

"Lalu yang kedua, saya tidak akan pernah mengkhianati Chryssa. Saya tidak mungkin melakukan hal serendah itu setelah semua yang sudah Chryssa lakukan untuk hidup saya." Athanasios menatap Duke Illarion dengan serius dan berucap tegas. "Chryssa... juga merupakan salah satu hal yang paling penting dan berharga untuk saya, bahkan melebihi nyawa saya sendiri. Saya akan melakukan segalanya untuk Chryssa."

"Saya harap anda tahu kalau yang saya maksud dengan mengkhianati juga termasuk memiliki selir atau istri yang lain di masa depan."

Athanasios bungkam sejenak. Keningnya berkerut semakin dalam. Dia... lebih tidak mengerti.

Sebenarnya, seburuk apa Athanasios dalam pandangan mertuanya itu?

"Bolehkah saya bertanya sesuatu, Duke Illarion?"

"Tentu. Apa yang ingin anda tanyakan?"

"Apakah di dunia ini ada Chryssa yang lain?"

"Apa maksud anda? Chryssa hanya ada satu di dunia ini! Tidak ada dan tidak akan ada Chryssa yang lain!" Duke Illarion menjawab dengan sedikit menggebu-gebu. Sorot matanya memandang Athanasios dengan berapi-api.

Athanasios tersenyum lebar sampai ke matanya, "kalau begitu, tidak ada alasan bagi saya untuk mencari selir atau istri yang lain."

Duke Illarion diam selama beberapa detik. Otaknya masih mencerna maksud perkataan Athanasios.

Tetapi begitu dia paham, pria itu langsung menepuk-nepuk bahu Athanasios dengan wajah semringah dan tampak bangga. Duke Illarion juga tersenyum  dengan sangat lebar.

"Bagus sekali, Duke Phaelathon! Anda memang orang yang cocok untuk Chryssa karena anda berhasil melihat pesona dalam dirinya. Mungkin, pernikahan kalian sebaiknya dimajukan."

"Ah, saya sangat senang jika anda berpikir seperti itu." Athanasios berusaha keras tetap terlihat tenang meski kini dia merasa sangat bangga pada diri sendiri. "Saya akan segera menemui anda untuk mendiskusikan soal pemajuan tanggal pernikahan kami, seperti keinginan anda." 

***

"Sepertinya, ayahmu sekarang sangat menyukai tunanganmu itu."

Duchess kembali melihat Chryssa setelah dirinya melirik sekilas ke arah suaminya dan Athanasios.

"Itu hal yang baik karena nantinya Athanasios bisa menjadi perisai kokoh untuk keluarga kita dan juga seluruh Zaeis."

"Itu jika semua berjalan dengan lancar."

"Ibu tidak perlu khawatir. Aku sendiri yang menjamin keberhasilannya." Chryssa tersenyum bangga. Lalu dia menatap ke sekeliling, seperti mencari sesuatu. Setelahnya, dia kembali menatap Duchess dan memberinya tatapan penasaran, "ngomong-ngomong, apa kakak tidak ikut? Aku belum melihat kakak sejak tadi."

"Dia pergi setelah melihat Larz tadi." Duchess menghela napas. "Larz sepertinya masih ingin terus menghindari kita."

"Jika sampai akhir Larz menolak bergabung..." Chryssa terlihat serius. Matanya menyipit. "Mungkin dia harus diculik dan dikurung sampai semuanya selesai."

***

Tbc.

Lady Antagonist [✔]Where stories live. Discover now