Chapter 2

5.7K 471 13
                                    

"Caca," panggil Tara seraya memalingkan wajahnya menatapku.

"Apa, Tara?" sahutku sambil menatapnya dan menghentikan kegiatanku yang sedang mencatat materi di papan tulis.

"Nanti aku pinjam catatannya, ya. Aku belum mengerjakan PR Kimia, aku boleh nyontek punyamu?" pintanya.

"Ya sudah, ambil sendiri buku PR-nya di tas aku," sahutku seraya kembali mencatat materi. Tara bukan anak yang malas mengerjakan PR, hanya saja dia memang lemah di mapel eksakta. Dia sangat aktif mengikuti ekskul basket di sekolah yang katanya olahraga tersebut sudah ditekuninya sejak SMP dulu.

"Ca, nanti sore sibuk?"

"Sepertinya tidak, kenapa?"

"Nanti sore ada sparing dengan sekolah lain, aku turun ke lapangan. Kamu mau nonton?"

"Jam berapa?"

"Jam 4 sore, tapi aku sudah harus di sekolah jam 3.30 sore. Pemanasan dan briefing dulu sebelum tanding."

"Kalau kamu mau datang sebelum jam pertandingan juga boleh. Atau aku jemput, biar bareng ke sekolahnya. Jadi kamu semangatin aku sejak pemanasan," sahutnya tanpa ekspresi.

"Memangnya pemanasan perlu disemangatin juga?" tanyaku heran.

"Tidak, tapi aku mungkin akan lebih semangat saat bertanding nanti."

Aku hanya tertawa dan akhirnya sepakat kalau dia akan menjemputku jam 3 sore. Kebetulan rumah kami hanya berjarak beberapa blok dan juga sangat dekat dengan sekolah. Seandainya jauh, Tara pasti tidak akan pulang ke rumah karena akan buang-buang waktu. Kami sama-sama tidak mengetahui sebelumnya kalau kami tinggal di komplek yang sama kalau saja tidak secara sengaja kami bertemu di depan komplek saat berangkat sekolah. Sebuah kebodohan juga karena kami tidak menanyakan alamat masing-masing saat awal perkenalan dulu.

"Aku mesti pakai apa nanti?" tanyaku pada Tara.

Tara menoleh padaku dengan tatapan serius, dan berkata "Kebaya."

"Seriusan, Ta. Aku tidak pernah menonton yang seperti itu. Aku takut salah, nanti kamu yang malu."

"Kamu punya celana yang panjangnya selutut?"

"Punya."

"Ya sudah pakai itu, baju kaos, jaket varsity  atau hoodie."

"Tidak punya jaket seperti itu ataupun hoodie, cuma punya ini," sahutku sambil menunjuk jaket denimku yang biasa aku pakai sekolah, "dan sweater rajut," imbuhku.

"No! Big No! Ya sudah nanti aku kasih pinjam hoodie punyaku."

"Hehehe Tara baik sekali. Makasih, yaa."

~

Tara menjemputku 10 menit lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Dia membawakan hoodie miliknya yang dipinjamkan untukku. Aku segera memakainya dan wangi parfum Tara menyapa indera penciumanku. Aku sangat menyukai parfum Tara, entah dia pakai parfum apa, aku tidak pernah menanyakannya.

Setelah memastikan rumah aman untuk ditinggalkan, aku segera mengunci pintu rumah dan pagarku. Aku naik ke boncengan Tara yang sudah siap untuk menuju sekolah. Aku meminta Tara untuk mampir sebentar ke minimarket depan komplek karena aku ingin beli minum.

"Susu?" tanya Tara saat melihat minuman apa yang aku beli.

"Iya. Kenapa?"

"Kamu minum susu jam segini?"

"Emang salahnya apa? Aku suka minum susu cokelat. Kapanpun kalau aku ingin minum ya minum. Aku suka cokelat pokoknya, entah cokelat batangan atau susu."

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang