Chapter 5

3.3K 347 8
                                    

Tidak terasa sudah hampir 1 semester di tahun pertama aku menjadi anak SMA. Sewaktu masih kecil aku membayangkan betapa kerennya menjadi anak SMA; bisa jalan-jalan sendiri kemanapun aku mau, uangnya banyak, tidak disuruh-suruh tidur siang, bisa pulang malam. Entah kenapa saat aku masih kecil kalau melihat mereka sedang ngobrol itu kelihatannya keren sekali karena aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, aku berpikir mereka sangat pintar karena membahas sesuatu yang susah aku mengerti. Ketika itu aku bertekad untuk bisa menjadi seperti mereka kalau sudah besar. Namun, begitu aku menjadi anak SMA, aku tidak menemukan kekerenan itu ada pada diriku.

Temanku hanya sebatas orang-orang di kelasku, apalagi aku tidak ikut ekskul apapun. Yah palingan aku sesekali bertegur sapa dengan anak-anak ekskul basket, itupun karena Tara yang mengenalkan aku pada mereka. Selama hampir 1 semester penuh pula aku menemani Tara latihan, rasanya wajar kalau mereka mengenaliku, begitupun sebaliknya. Aku tidak tertarik untuk ikut ekskul, bagiku menemani Tara latihan sudah termasuk ekskul. Aku keluar rumah, aku datang ke sekolah sore hari bersamaan dengan mereka yang punya kegiatan di luar pelajaran sekolah. Andai boleh, aku ingin di raportku tertulis ekskul yang aku ikuti adalah menemani Tara latihan.

Biasanya aku ke kantin bersama Tara, tapi kali ini aku diam saja di kelas karena Tara sedang ada rapat OSIS. Tara menjadi anggota OSIS di sekolah sebagai perwakilan kelas, apalagi dia termasuk anak yang aktif, kreatif, meski dia tidak terlalu banyak bicara. Aku hanya titip minta dibelikan susu dengan Renata saat dia ke kantin bersama Ocha. Tadinya mereka juga mengajakku, tapi aku sedang malas keluar kelas.

"Hai, Alisha," sapa seseorang mengagetkanku. Aku mendongakkan kepalaku yang sedari tadi menunduk karena sedang membaca komik di bawah meja dan mendapati seorang laki-laki yang bukan dari kelasku sedang duduk di depanku, di depan meja Tara tepatnya.

"Hai," sahutku bingung. Aku pernah melihatnya, dia anggota Paskib sekolah, kakak kelasku. Aku tidak tahu namanya, name tag dia tertutup bangku.

"Namaku Adit, kelas XI IPA 2," ucapnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan.

Aku menjabat tangannya, "Salam kenal," sahutku.

"Aku sering melihatmu sore hari di sekolah tiap kali tim basket puteri latihan. Kamu sering menemani Tara latihan, kan," ucapnya sambil tersenyum.

"Iya. Aku juga sering melihatmu. Kamu ikut ekskul Paskib yang jadwalnya terkadang bersamaan dengan tim basket puteri."

"Wah ternyata kamu memperhatikan, ya."

"Tidak juga, kebetulan saja karena kamu dantonnya, suaramu seringkali mengagetkanku," sahutku sambil tersenyum. Dia tertawa mendengarnya.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkan siapapun, tapi aku memang harus bersuara lantang."

"I know. Lalu, ada apa kamu ke sini?"

"Hehehe aku hanya ingin mengajakmu berkenalan."

"Sudah kan?"

"Hahaha iya. Kamu tidak ke kantin?"

"Tidak, Tara sedang rapat OSIS. Aku jadi malas ke kantin. Kamu tidak ikut rapat?"

"Tidak, aku tadi sedang ada keperluan dengan wali kelasku. Sudah aku wakilkan juga rapatnya dengan anggota yang lain."

"Oohh," sahutku sambil menganggukkan kepala, tidak tahu mau bahas apa lagi. Sempat ada hening sesaat sampai Renata datang dan menyerahkan titipanku.

"Oke, aku balik dulu, ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Boleh minta pin BBM kamu?"

Aku menyebutkan pin BBM-ku dan dia memastikan aku menerima permintaan pertemanannya. Setelah itu dia segera keluar kelas bersamaan dengan Tara yang masuk kelas. Dia memandang heran ke arah Adit yang bukan anak kelas kami dan terlihat di lambang kelas warna hijau yang tertempel di lengan kanannya menandakan dia anak kelas XI. Dia segera duduk di bangkunya dan menganggap seolah tidak terjadi apa-apa.

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang