Chapter 28

1.8K 220 5
                                    

"Kamu mau jadi pacarku nggak, Ca?"

"Hah?? Apa, Ta?"

"Aku tidak akan mengulangi pertanyaanku," ucapku seraya menatap Caca yang berdiri diam dengan ekspresi terkejut di depan tempat tidurku. Kesadaranku belum pulih sepenuhnya akibat baru bangun tidur namun aku sadar betul dengan apa yang baru saja aku katakan.

Caca hanya berdiri dan tidak mengucapkan apapun. Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah balik badan dan lari keluar dari kamarku dengan tergesa-gesa. Aku memanggilnya berkali-kali namun dia tidak menggubrisnya. Aku ingin mengejarnya namun aku urungkan. Mungkin dia kaget atau dia memang tidak ingin menjalin hubungan lebih dari sahabat denganku. Aku menghempaskan kembali badanku, berbaring menatap langit-langit kamarku seraya menghembuskan nafas berat.

Apakah yang barusan aku lakukan sebuah kesalahan?

Aku meraih ponsel yang aku letakkan di meja samping tempat tidurku. Aku menimbang-nimbang, apakah aku harus menghubungi Caca atau tidak. Mungkin aku harusnya tidak mengatakan hal itu karena aku tahu dia tidak akan mau menjadi pacarku. Lantas kenapa dia tiba-tiba datang ke kamarku dan menanyakan tentang seseorang yang katanya akan menembakku? Kenapa dia peduli tentang itu? Kalau dia tidak ingin menjadi pacarku kenapa dia khawatir aku akan pacaran dengan orang lain?

~~~

Aku dan Caca kembali tidak bertegur sapa di sekolah. Aku ingin bicara dengannya tentang kejadian kemarin, meskipun aku sudah tahu apa jawabannya tapi aku ingin mendengarnya langsung saat dia menolakku. Walaupun aku tidak mengerti kenapa dia menolakku padahal dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Bukankah semestinya dia senang saat tahu kalau aku juga menyukainya dan menerimaku menjadi pacarnya?

Kenapa di saat seperti ini aku malah dipusingkan dengan masalah percintaan? Aku harusnya fokus dengan pelajaran karena sebentar lagi akan menghadapi Ujian Akhir Nasional dan akan mengikuti SNMPTN, aku tidak boleh gagal. Sementara yang lain beralasan ingin fokus ujian saat memutuskan pasangannya, aku malah sebaliknya. Harusnya dia tidak usah menyatakan perasaannya padaku kalau akan seperti ini hasilnya.

"Jadi, dia langsung kabur begitu saja waktu itu?" tanya Ocha. Aku dan tiga orang sahabatku ini sedang menikmati makan malam bersama setelah selesai bimbel. Kami memutuskan untuk bimbel di tempat yang sama.

"Iya. Aku tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba datang ke rumahku dan langsung masuk ke kamarku kemudian menanyakan tentang rumor yang tidak jelas," jawabku. Aku menatap bingung ke arah mereka semua yang juga tidak bisa memberikan jawaban.

"Dia sebelumnya menghubungiku," ucap Ocha yang langsung membuat kami semua memandangnya. Tidak, hanya aku dan Cindy, sementara Rain yang sepertinya sudah tahu tentang hal itu tetap melanjutkan makannya. Aku diam menunggu penjelasan Ocha lebih lanjut.

"Aku hanya ingin dia lebih peka dan ingin tahu apa maunya. Aku sengaja memancingnya. Aku bilang kalau ada anak kelas XI yang akan menembakmu dan kalau dia tidak segera bertindak, kamu mungkin akan jadian dengan orang lain. Tidak kusangka dia langsung menemuimu tapi malah kabur saat kamu menembaknya," ucapnya dengan senyum sinis saat mengakhiri penjelasannya.

Cindy meletakkan sumpitnya dengan kasar ke atas meja dan mengubah posisinya menghadap ke arahku. "Kamu, Ta, kenapa kamu memusingkan hal ini? Sekarang bukan waktunya memikirkan hal ini. Aku mengerti kamu menyukainya dan pasti senang rasanya mengetahui dia juga menyukaimu, bukankah itu harusnya sudah cukup? Meskipun tidak jadian, asalkan tetap bersama dan saling tahu perasaan masing-masing, ya sudah. Mungkin memang belum waktu yang tepat untuk kalian jadian."

"Dia yang menghindariku," sahutku kesal. Kenapa aku merasa sedang dipojokkkan?

"I know. Kamu sudah tahu dia tidak berniat untuk jadian denganmu, ya sudah biarkan saja. Kamu harus menghargainya karena dia pasti punya alasan untuk itu. Aku yakin saat dia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya padamu pun dia sudah memikirkannya dengan baik. Aku mengapresiasi keberaniannya. Kamu saja tidak berani mengungkapkan perasaanmu padanya karena takut dia membencimu.

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang