Chapter 14

2.2K 263 22
                                    

"Tara."

"Hmm?"

"Kamu sudah dengar gosip baru belum?" tanya Cindy seraya bersandar di pagar depan kelas. Bel masuk belum berdentang, jadi kami memutuskan untuk menikmati udara pagi di luar kelas.

"Gosip apa?" sahutku balik bertanya seraya berdiri di sampingnya.

"Katanya Renata suka merebut pacar orang. Memangnya itu benar?"

Aku diam memandang Cindy kemudian beralih ke arah Renata yang baru saja menaiki tangga, dia baru datang. Aku bertukar sapa dengannya hanya dengan saling mengangkat dagu kami. "Menurut kamu, orang yang cuek dan jutek seperti dia akan mau pacaran dengan sembarangan orang? Apalagi dengan yang sudah punya pacar," ucapku sambil tetap memandang Renata yang memasuki kelasnya. Tak lama keluar lagi dengan buket bunga yang dibuangnya ke bak sampah dengan ekspresi murka. Aku hanya tersenyum melihatnya. Renata menatap ke arahku dan memutar matanya ke atas, aku dan Cindy tertawa melihatnya.

"Tidak. Dia tidak nampak seperti orang yang seperti itu. Mungkin yang menyebar gosip marah karena pacar atau gebetannya naksir Renata."

"Nah, itu pintar. Laki-laki yang dekat dengannya hanya dua orang di sekolah ini, Rendy dan Daniel. Itupun hanya dekat sebatas di sekolah saja."

"Kamu tahu dari mana?"

"Karena aku satu tahun sekelas dengan mereka dan duduk dekat dengan mereka. Renata justru sangat dekat dengan Ocha. Menurutku mereka saling menyukai tapi sama-sama memendam rasanya."

"Seperti kamu ke Caca?"

"Jangan dibahas. Aku ingin melupakan dia, dia sudah bahagia dengan pacarnya."

"Okay, sorry."

"It's fine."

Tak lama berselang Ocha datang menghampiri kami sambil tertawa dan membawa snack di tangan kirinya. Sepertinya masih terlalu pagi untuk ngemil snack, tapi bocah satu ini seperti anak kecil yang akan merajuk kalau keinginannya tidak dituruti. Dia lagi-lagi mengenakan pakaian yang cukup ketat sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya, meski roknya selutut, tetap saja menampilkan kakinya yang jenjang, sama sepertiku. Tidak enak terkadang punya kaki yang terlalu jenjang. Rambutnya yang panjang sepunggung dikuncirnya tinggi.

Sebenarnya dia yang lebih pantas digosipkan suka merebut pacar orang tapi tidak ada yang berani bicara buruk tentangnya dan malah menyerang sahabatnya. Terakhir ada yang berbicara buruk tentangnya langsung dibawakan batako olehnya ke dalam kelas. Dia tidak bicara apa-apa, hanya membanting batako ke atas meja dan tersenyum. Dia berjalan keluar sambil berkata suatu saat nanti mungkin saja batako itu akan menimpa kepalanya entah dari mana. Berbeda dengan Renata, dia tidak akan bertindak macam-macam. Tapi mungkin kalau sudah keterlaluan, dia akan bertindak lebih dari apa yang Ocha lakukan.

"Hey! Masih pagi sudah pacaran saja kalian," ucapnya asal. Minta dijorokin dari atas rupanya.

"Jangan bicara sembarangan heh. Nanti jadi gosip," sahutku menjitak kepalanya. Dia hanya meringis kesakitan sambil tertawa.

"Bercanda ih. Eh kalian weekend ada acara apa?"

"Hmmm aku sih tidak ada acara apa-apa. Tara?" sahut Cindy seraya menatapku.

"Sepertinya kosong. Kenapa?"

"Jalan, yuk. Berempat dengan Rain."

"Rain?" tanyaku dan Cindy bersamaan. Siapa Rain?

"Renata," sahutnya cepat. Aku dan Cindy ber-oohhh ria sambil tersenyum. "Apa sih?" tanyanya salah tingkah.

"Aku sih ayuk aja. Cindy?"

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang