Chapter 8

2.7K 298 17
                                    

Tidak terasa sudah hampir 1 tahun aku menjadi anak SMA. Tidak banyak perubahan dalam kehidupanku selain sekarang aku punya sahabat sebaik Tara. Aku tahu hanya Tara yang akan bersedia membantuku di saat aku membutuhkannya. Tara bahkan selalu membantuku tanpa aku minta terlebih dahulu. Aku tidak pernah punya teman yang sangat dekat denganku selain Tara. Meskipun Tara itu galak, protektif, dan judes, dia tuh aslinya baaaaaaik sekali, perhatian, pengertian.

Siapa yang pernah rela hujan-hujanan datang ke rumah dan membawakan aku berbagai macam olahan cokelat saat aku lagi haid dan ingin makan cokelat? Tara!

Siapa yang selalu membawakan aku bekal tiap pagi sampai aku terbiasa memakan bekal darinya? Tara!

Siapa yang selalu menemaniku di rumah saat hujan lebat disertai petir besar yang membuatku takut? Tara!

Siapa yang paham kalau aku sedang dalam keadaan mood yang jelek hanya butuh waktu untuk sendiri tanpa diganggu? Tara!

Siapa yang rela bangun tengah malam hanya untuk menemani aku yang susah tidur meski ujung-ujungnya dia yang tidak bisa tidur lagi dan sekolah dalam keadaan mengantuk? Tara!

Siapa yang tahu aku tidak suka makan kol dan bawang goreng dan selalu menyingkirkan seluruh kol dan bawang goreng dari piringku tanpa diminta? Tara!

Dan Tara yang selalu membangunkanku tiap hari karena dia tahu aku sangat susah bangun pagi. Dia tahu aku paling tidak suka dibangunkan saat sedang tidur, tapi dia lebih galak daripada aku. Dia akan menelponku dan tidak akan berhenti sampai aku mengangkat teleponnya. Dia tidak mengizinkan aku mematikan dering dan getar ponselku, katanya supaya aku tahu kalau dia menghubungiku.

"Ca, bangun," ucap Tara dari seberang sana berusaha membangunkanku.

"Hmm, iya," sahutku dengan suara serak bangun tidur. Aku masih memejamkan mataku yang terasa berat karena kantuk. Entah jam berapa aku tidur tadi malam, aku keasyikan baca komik.

"Caca, ayo bangun," ucapnya sekali lagi menyuruhku bangun.

"Ngantuk, Ta," sahutku masih dengan mata terpejam.

"Jangan sampai aku ke sana sekarang," ancamnya yang langsung membuatku segera membuka mata.

"Iya, aku bangun. Ini mau mandi," ucapku langsung duduk di tempat tidur.

Aku tidak mau Tara datang ke rumahku lagi hanya untuk membangunkanku. Tara pernah datang ke rumahku hanya untuk membangunkan aku yang susah bangun saat itu. Dia datang menggedor pintu kamarku sampai aku terkejut dan terbangun dari tidurku. Saat aku membuka pintu kamarku, dia sudah ada di depan kamarku dan menarikku keluar kamar, menyuruhku segera mandi. Dia menunggui aku di depan kamar mandi, katanya memastikan aku mandi bukannya ketiduran lagi. Orang tuaku hanya tertawa melihatnya dan berterima kasih pada Tara yang sudah membuatku bangun pagi. Aku tidak mau hal itu terulang lagi. Aku malu sekali saat itu, rasanya ingin menghilang saja.

"Bagus. Sampai ketemu nanti," ucapnya seraya mematikan sambungan telepon. Aku segera mengisi daya ponselku sebelum shalat shubuh kemudian mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Aku menggigil saat air yang dingin mengguyur tubuhku. Aku mempercepat mandiku karena tidak ingin kedinginan lebih lama. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku bertegur sapa dengan Mama yang sedang merebus air di dapur. Tumben Mama jam segini belum mandi, pikirku heran.

"Loh Ca? Tumben kamu mandi sepagi ini," ucap Mama sembari membuka kulkas dan mencari bahan makanan untuk membuat sarapan.

"Kan Caca memang biasa mandi sepagi ini sejak Tara selalu bangunin Caca, Ma," ucapku seraya meletakkan handukku yang basah di jemuran.

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang