Chapter 37

1.6K 190 23
                                    

Semenjak kejadian di toilet kantor waktu itu, hubunganku dengan Tara tidak menjadi lebih baik. Tadinya aku berpikir hubungan kami akan menjadi dekat kembali seperti dulu, tapi nyatanya Tara malah seperti berupaya untuk menghindariku. Mungkin apa yang terjadi waktu itu memanglah sebuah kesalahan dan kini dia menyesalinya.

Lantas apakah aku juga menyesalinya?

Kalau akibatnya adalah aku dan Tara jadi semakin jauh, aku menyesalinya tentu saja. Meskipun itu moment yang tak akan terlupakan bagiku, tapi apa gunanya kalau aku dan Tara justru jadi terasa jauh? Tara selalu ada saja alasan untuk menghindariku saat di kantor.
Seperti siang ini, seperti biasanya aku dan teman-teman Tara makan siang bersama. Hal ini memang tidak berubah, namun Tara tidak lagi duduk di dekatku. Biasanya dia akan duduk di sampingku atau tepat di hadapanku, tapi kali ini pun dia memilih duduk jauh dariku. Ika duduk di sampingku, sementara Yulia duduk di hadapanku. Tara duduk di samping Ika dan dihadapannya ada Nuga. Tara tidak banyak bicara, dia hanya bicara kalau ditanya itupun dia jawab sesingkat mungkin.

"Ta, sudah ke cafe yang baru buka itu belum?" tanya Ika sembari menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Sudah," jawab Tara singkat.

"Sendirian?"

"Dengan Nuga."

"Kok aku tidak diajak? Biasanya juga kamu kasih kabar kalau ke cafe mana pun."

"Lupa."

"Kamu habis makan apa sih kok jadi cuek banget?" tanya Yulia dengan raut kesal.

"Nih, gorengan," sahut Tara sembari menunjuk sisa bakwan di atas piring kecil di hadapannya.

Sepertinya tidak ada yang tahu tentang apa yang terjadi antara aku dan Tara. Baguslah. Kenapa aku baru kepikiran, ya? Bagaimana seandainya mereka tahu tentang hal itu? Shit! Nuga! Dia kan sepupunya Bima. Bagaimana kalau dia cerita dengan Bima? Kalau pun dia tidak cerita dengan Bima demi Tara, aku harus bersikap bagaimana di depan Nuga karena bisa dikatakan aku selingkuh dari sepupunya meski hanya dengan satu kali ciuman, oke dua kali, dan dengan sahabatnya??

Apakah itu alasan Tara menghindariku? Karena Nuga tahu tentang kejadian di toilet waktu itu? Apakah Nuga yang melarang Tara untuk kembali berteman denganku? Atau memang itu keputusan Tara karena merasa tidak enak dengan Nuga?

Aku tidak bisa main tebak-tebakkan sendiri seperti ini. Aku harus bicara dengan Tara secepatnya. Tapi, bagaimana memulainya? Aku merasa malu untuk memulainya karena sepertinya Tara tidak ingin membicarakannya.

Aku diam-diam memerhatikan Tara sembari ngobrol dengan yang lainnya. Tara dengan santainya berbagi minuman dengan Nuga, hmm aneh. Setahuku Tara tidak pernah seperti itu, dia akan mengganti sedotannya atau menyerahkan minumannya apabila dicicipi oleh orang lain apalagi laki-laki, kecuali adiknya. Dia sudah berubah atau itu hanya berlaku untuk Nuga? Kenapa aku tiba-tiba merasa cemburu dengan Nuga yang bisa sedekat itu dengan Tara? Tara yang sebelumnya susah bergaul dengan laki-laki tiba-tiba memiliki sahabat seperti Nuga. Haahh, waktu bisa mengubah seseorang, ya? Atau Nuga yang mengubah Tara?

"Merhatiin siapa, Ca?" tegur Ika pelan tanpa memandangku. Aku terkesiap kaget dan segera menunduk dengan wajah yang rasanya memanas.

"Bukan siapa-siapa," sahutku pelan.

"Tara dan Nuga, kan? Kamu cemburu?" tanyanya lagi. Apakah aku terlihat cemburu?

"Aku tidak cemburu kok. Aku cuma merasa iri ada yang bisa sedekat itu dengan Tara," jawabku sembari mengaduk minumanku yang sudah hampir habis.

"Dulu aku berpikir kalau mereka punya hubungan spesial karena mereka sangat dekat. Tapi itu sebelum aku tahu tentang orientasi Tara."

"Kapan kamu tahu tentang itu?"

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang