Chapter 3

19.1K 1.9K 33
                                    

Kabar baiknya, Kath tidak jadi mati.

Namun kabar buruknya dia malah berakhir diintrogasi.

Dalam keadaan bangun dari pingsan--- setelah ditusuk jarum suntik yang Kath yakini berisi obat bius dari Sean, Kath mendapati dirinya berada di kamar tidur yang pastinya bukan kamar tidur Lilian yang sebelumnya dia tinggali. Ditambah, dia juga mendapati Sean dan Leo duduk di atas sofa berhadapan dengan ranjang yang dia tiduri, menatap ke arah dirinya dengan pandangan intimidasi.

Kath tertawa dalam hati sembari mengutuk kebodohannya karena sudah membeberkan satu rahasia yang dia ketahui dalam novel. Seharusnya dia diam saja dan terus bertingkah seperti Lilian polos yang tidak tau apa-apa.

Ya mau bagaimana lagi, perilaku asli Kath tidak dapat berubah dalam waktu cepat. Jika ada orang yang melawannya Kath juga bisa melawan--- hal ini sudah menjadi hukum alam dalam kehidupannya.

"Jadi lo udah tau?"

Kath menggeleng cepat mendengar pertanyaan Leo dan sebisa mungkin tidak berbicara satu kata pun.

Kalau keceplosan lagi ujungnya Kath bakalan gak selamat.

Sean berdecih karena menyadari kebohongan Kath.

"Nyesal gue gak rekam perkataan dia barusan," tambah Sean mulai memanas-manasi keadaan.

Kalau lempar orang ke jurang dosa gak sih? Rasanya Kath ingin melakukan pembuatan tersebut pada Sean.

"Lilian, kita gak bakalan bunuh lo sekarang kalau lo ngomong jujur." Leo menengahi.

Iya, memang gak sekarang. Bisa saja besok atau beberapa jam kemudian, atau bisa jadi beberapa menit kemudian, atau lebih parah beberapa detik setelah Kath membeberkan apa yang dia ketahui mengenai rencana pembunuh mereka terhadap Lilian.

Kath menatap Leo lalu Sean yang raut wajahnya masih tetap kesal--- entah karena alasan apa yang pasti Kath tidak peduli, begitu terus secara berulang. Dalam kegiatannya tersebut, Kath tengah menimbang pilihan apa yang tepat dia lakukan di saat seperti ini.

Setelah beberapa lama berkalut dalam pikirannya. Kath pada akhirnya bersuara, menyampaikan apa yang ingin dia ucapkan.

"Kalian mau hak waris gue di keluarga Emanuel 'kan? Kalau gitu ambil aja, terus sekalian aja seluruh aset milik Emanuel yang gue pegang. Perusahaan? Gue siap tanda tangan pengalihan saham ke kalian berdua." Setelah berkata demikian Kath langsung beranjak dari tempat tidur dan langsung melangkah menuju ke arah Sean maupun Leo.

"Tapi tolong, gue gak mau mati. Ada banyak yang harus gue lakukan. Setidaknya biarin gue tua terlebih dahulu, sekiranya sampe umur gue 100 tahun."

Semua ini dia lakukan agar nyawanya selamat. Soal duit dia masih bisa cari, jadi tukang parkir bahkan rela Kath jabanin. Tetapi jika nyawa sudah melayang Kath tidak dapat lagi mencarinya.

Leo maupun Sean menatap datar ke arah Kath yang sudah berada di hadapan mereka. Seketika itu pula mereka terbahak setelah mendengar permintaan Kath yang ingin sekali hidup.

"Lo kira bakal se-simple itu?" tanya Sean.

"Balas dendam kita ke keluarga Emanuel lebih dari itu." Leo beranjak dari sofa lalu menyentuh dagu Kath sembari menatap gadis itu dengan intens. "Coba bayangkan bagaimana terpuruknya kepala keluarga Emanuel ketika melihat salah satu anak mereka mati? Kemudian diikuti dengan anak-anaknya yang lain hingga dia tidak lagi memiliki penerus?"

"Kami tidak ingin harta keluarga Emanuel, Lilian. Kami hanya ingin ayahmu merasakan apa yang kami rasakan, kehilangan anggota keluarga satu persatu bukanlah perkara yang mudah!" ucap Sean dengan teriakan keras, melanjutkan perkataan Leo barusan.

TrappedWo Geschichten leben. Entdecke jetzt