Chapter 22

6K 675 20
                                    

Semilir angin menghembus menyentuh kulit Lilian yang hanya tertutupi gaun putih bersih panjang hingga ujungnya kini menyentuh tanah yang lembek akibat hujan yang datang beberapa saat lalu

Kakinya melangkah maju ke arah danau buatan yang berada di belakang apartemennya tanpa menghiraukan dua orang yang mengejar di belakangnya sembari memanggil namanya.

Hingga ketika kakinya hendak menyentuh dinginnya air danau tersebut tangannya ditarik ke dalam pelukan seseorang.

"Jangan berbuat nekat seperti tadi, Dear..."

"Kak, jangan gitu lagi. Gue takut..."

Suara Leo dan Sean bersautan di telinganya. Ketika itu Lilian menyadari bahwa kedua orang yang tengah memeluk tubuhnya ini sadaritadi yang memanggil namanya.

Lilian tidak menyadarinya, dia hanya berfokus pada satu titik di tengah danau.

Titik yang memanggilnya untuk datang agar dia bisa kembali bertemu dengan Mommy.

"Lo mau bunuh diri?" tanya Leo yang kemudian mengendurkan pelukannya lalu menyentuh sebelah wajah Lilian yang telah basah akibat air mata.

"Kak, gue takut lo kenapa-kenapa tadi. Jadi please, jangan lagi diulang ya?" Sean yang memeluknya dari belakang menimpali dengan rengekan manja, tetapi anehnya Lilian malah bisa merasakan kekhawatiran dari pria itu yang begitu tipis dan tersembunyi dibalik tingkah manjanya.

Lilian tau perasaan mereka semu. Pada akhirnya akhirnya akan sama, hari ini ataupun nanti Lilian akan mati. Hanya saja caranya saja yang berbeda.

Jika hari ini Lilian mati, alasannya karena dia menenggelamkan dirinya sendiri ke dasar danau. Namun jika nanti dia mati, alasannya karena orang yang baru saja menghentikan aksinya malah akan membunuhnya untuk belas dendam terhadap kepala keluarga Emanuel, Reandra yang juga merupakan ayah kandungnya.

Jujur, cara terakhir sangat tidak elegan.

Tetapi cara pertama lebih sangat mengenaskan.

Apakah Lilian harus berterima kasih kepada dua orang--- Malaikat Mautnya yang telah menghentikan aksi bunuh dirinya?

"Sekarang kita balik ke rumah."

Sean mengangguk dan mengubah posisinya dengan menggendong tubuh Lilian, sedangkan Leo berada di depannya.

Mereka menuju apartemen Lilian yang berada di lantai paling atas. Sengaja Lilian pilih disana karena tidak banyak orang yang datang, terlebih hanya ada dua kamar yang selalu kosong sehingga Lilian tidak memiliki tetangga yang berkemungkinan akan mengganggunya.

Lilian mengalungkan tangannya ke leher Sean ketika mereka sudah berada di lift.

Rasa hangat dan nyaman langsung Lilian rasakan ketika mencium aroma dari Sean.

"Terima kasih."

Tiba-tiba saja kalimat tersebut keluar dari mulut Lilian hingga sontak membuat Leo dan Sean memfokuskan diri menatapnya.

"Terima kasih karena selalu ada..." Lilian menggeleng, sepertinya itu bukan kata yang tepat.

"Apapun alasan kalian... gue cuma mau bilang terima kasih karena sudah datang dalam kehidupan gue."

Mendadak Lilian ingin tetap hidup, dia tidak ingin mati.

Lilian tidak ingin meninggalkan kenangan ini dengan penuh penyesalan.

Jadi... Tolong sisakan waktunya untuk bisa menikmati kebersamaan yang sudah lama tidak dia rasakan lagi.

Mommy, Aunty Lou, Papa, Mama... Sebentar lagi, bisakah kalian menunggu sebentar lagi..., Batin Lilian dalam hati.

TrappedWhere stories live. Discover now