Chapter 7

14.9K 1.4K 7
                                    

Sepeninggalnya Sean dari ruangan ini, Kath perlahan menegakkan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir dari pelupuk mata, menatap Leo yang balas menatapnya dengan raut wajah datar.

Sepeninggalnya Sean dari ruangan ini, Kath perlahan menegakkan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir dari pelupuk mata, menatap Leo yang balas menatapnya dengan raut wajah datar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue gak bisa berhenti nangis," ucap Kath sesunggukan. Tangannya bergerak kasar mengusap air matanya hingga karena beberapa kali melakukan hal yang sama menyebabkan kedua belah pipi Kath memerah.

Leo membiarkan segalanya terjadi di hadapan pria itu, tanpa ada rasa ingin menghentikannya. Hingga setelah pandangan Kath mulai mengabur barulah Leo bangkit dari kursinya kemudian menghampiri Kath yang kini menatap Leo dengan pandangan nanar.

Saat Leo sudah berada di dekatnya, tanpa Kath duga Leo berlutut sejajar dengan posisinya lalu memeluk tubuhnya. Kath sendiri sontak terdiam walaupun air mata masih saja mengalir dan membasahi wajahnya.

"Lo aman sekarang," ujar Leo yang kini mengelus perlahan rambut Kath yang terurai, berharap agar Kath berhenti menangis.

Namun tetap saja, kesedihan yang Kath alami sekarang terlalu meluap hingga tidak dapat dia kendalikan sama sekali. Bahkan Kath merasa bahwa dirinya bukanlah dirinya yang biasa.

"Bisakah kalian berhenti?" tanya Kath seraya mencengkeram kuat kerah sweater yang dikenakan Leo saat dirinya mengingat rencana balas dendam mereka kepada keluarga Emanuel yang masih berjalan.

"Lo tau jawabannya."

Kath kembali menangis. Seperti sebelumnya, sulit sekali untuk menahan diri agar tidak tenggelam dalam luapan emosi Lilian. Apalagi mendengar jawaban dari Leo, perasaan yang dirasakan Kath semakin campur aduk.

"Target balas dendam kalian adalah Reandra. Seharusnya kalian...." Ucapan Kath langsung ditimpali oleh Leo.

"Jadi lo mau kita bunuh papa kesayangan lo?"

Gue gak mau satupun orang terbunuh, Sialan! teriak Kath dalam hati.

"Kesalahan Gerald, Kritaka dan juga  gue cuma satu yaitu terlahir dalam keluarga yang udah tega melenyapkan keluarga kalian, tetapi tidak ada satupun dari kami yang meminta untuk dilahirkan di keluarga Emanuel." Kath mengigit bibir bawahnya kembali, menahan diri agar tidak larut dalam emosi. "Jadi gue mohon dengan amat sangat, tolong berhenti... Berhenti melukai diri kalian dengan masa lalu."

Sontak saja setelah Kath mengatakan demikian, Leo mengendurkan pelukannya lalu menatap Kath dengan tajam.

"Lo kira semudah itu melenyapkan rasa benci kami?"

Leo bangkit dari posisi berlututnya lalu kembali berucap, "Gue dan Sean bakalan pastikan, Reandra akan merasakan hal yang sama seperti yang kami rasakan. Dia akan segera merasakan bagaimana rasanya kehilangan satu persatu anggota keluarga yang dia cintai dan membuat dia merasakan kesendirian yang amat pedih sampai penyesalan tidak akan ada artinya lagi!"

Leo langsung melangkah keluar  meninggalkan Kath yang masih meluapkan isakan penuh kesedihan---meraung memenuhi sudut ruangan.

Entah sampai kapan dia berada di sini. Namun yang jelas, karena terlalu lelah menangis dan juga kehabisan tenaga, Kath pada akhirnya hilang kesadaran diri dan jatuh pingsan dalam keadaan duduk di sofa.

----

"Nona Lilian mengalami dehidrasi dan juga kurangnya asupan makanan.   Saya anjurkan agar pola makannya bisa lebih teratur, dan juga yang paling penting adalah kurangi tekanan batin dengan aktivitas yang membuat nona bahagia."

Leo mengangguk pelan kepalanya sembari tangannya tidak berhenti mengelus rambut Lilian.

Kini gadis itu tengah terbaring lelap dengan mata yang sedikit membangkak karena terlalu banyak menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini gadis itu tengah terbaring lelap dengan mata yang sedikit membangkak karena terlalu banyak menangis.

Dokter yang Leo datangkan jauh kemari pastinya menyadari akan hal tersebut hingga menyarankan Leo agar lebih menjaga Lilian.

"Saya hanya akan resepkan obat penambah nafsu makan. Setelah bangun dari pingsan, biarkan nona minum air putih lebih banyak."

Setelah mengatakan hal barusan, dokter tersebut menyerahkan resep kepada kepala pelayan. Hingga tanpa menunggu waktu lama, mereka pada akhirnya keluar dan mulai mengerjakan apa yang harus mereka lakukan.

Sepeninggalnya kedua orang tersebut kini hanya ada Leo dan Lilian yang masih setia memejamkan kedua mata. Tidak ada gerakan sedikit pun dari Lilian membuat Leo semakin takut.

Beberapa menit setelah Leo meninggalkan Lilian kala itu, dia berinisiatif untuk kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya. Memastikan bahwa Lilian tidak berbuat macam-macam seperti kabur misalnya, mengingat ruang kerja Leo berada di lantai satu dengan jendela yang terbuka lebar.

Namun tidak sesuai apa yang dia duga, dia malah mendapati Lilian yang tidak sadarkan diri di sofa dengan keadaan wajah yang sangat pucat.

"Gue gak mau lagi kehilangan orang yang gue sayang," ucap Leo yang kini menggenggam telapak tangan Lilian yang sudah mulai menghangat, tidak seperti beberapa jam yang lalu yang sedingin es.

"Jadi gue harap lo tetap bertahan di sisi gue."

Setelah berucap demikian, Leo mengecup telapak tangan Lilian lalu meletakkan kepalanya di pinggir tempat tidur, ikut memejamkan mata bersama wanita yang masih terbuai dalam alam mimpi.

TBC
No edit, jika ada typo mohon diingatkan 🙏🤗

TrappedWhere stories live. Discover now