Chapter 4

18.1K 1.6K 11
                                    

Pagi ini suasana kediaman Emanuel digegerkan dengan berita hilangnya sang pewaris. Kepala keluarga Emanuel yaitu Reandra yang barusan mendengar salah satu putrinya menghilang bahkan hampir saja mengalami serangan jantung.

Kini Reandra sendiri sudah terbaring tidak berdaya di atas tempat tidur ditemani oleh putrinya yang lain bernama Kritaka yang terus saja berada di dekatnya sejak tadi pagi--- sebelum berita hilangnya Lilian tayang di televisi beberapa jam yang lalu.

Kritaka sendiri terbang jauh dari Amerika setelah mendapat kabar dari kakak laki-lakinya yang terlebih dahulu mengetahui kabar ini. Mereka sebenarnya tidak ingin Reandra mengetahui hal yang sebenarnya mengenai nasib Lilian, namun sialnya tadi siang Reandra malah ngotot ingin menonton berita di televisi yang tanpa diduga tengah memberitahu salah satu keturunan Emanuel yang paling berpengaruh kini dinyatakan menghilang sejak satu minggu yang lalu.

Saat sedang memeriksa tekanan darah Reandra dengan menggunakan sfigmomanometer yang memang selalu berada di kamar Reandra dikarenakan kondisi kesehatan sang kepala keluarga yang sedang tidak stabil, Kritaka dikejutkan dengan kedatangan kakak laki-lakinya, Gerald Emanuel.

"Biarkan papa diurus oleh dokter," ujar Gerald yang di sisinya sudah tampak seorang pria berpakaian jas berwarna putih khas dokter.

"Kakak lupa kalau aku juga seorang dokter, aku sendiri bisa mengurus..." ucapan Kritaka terpotong bersamaan dengan suara Gerald yang berusaha mendominasi.

"Ada hal yang harus kita bicarakan segera. Masalah papa biar dokter yang lebih profesional urus."

Kritaka akhirnya menyerah, berdebat dengan kakaknya bukanlah pilihan yang tepat dalam keadaan genting seperti sekarang.

Setelah meninggalkan papa mereka bersama dokter, Kritaka dan juga Gerald menuju ke arah ruang kerja Gerald di mansion ini.

Memasuki ruang kerja Gerald, Kritaka duduk di depan meja kerja Gerald sedangkan Gerald duduk di kursi kerjanya.

"Gue dengar, dari anggota keluarga kita cuma lo yang sering ketemu Lilian." Gerald memulai pembicaraan dengan gaya angkuh khasnya, melipat kedua tangan di bawah dada sembari melihat lawan bicaranya dengan tatapan intimidasi.

Namun tentu saja tatapan tersebut tidak mempan untuk Kritaka. Bukannya merasa takut, gadis itu malah berdecih sembari mengalihkan tatapannya ke arah samping.

Lagipula Kritaka sudah sering diperlakukan seperti ini oleh kakak tertuanya sadari kecil sehingga dia sudah terlalu kebal.

"Denger doang?" tanya Kritaka lebih ke arah menyindir karena nyatanya Gerald terlalu sibuk dengan perusahaan milik pria itu daripada memperhatikan Lilian ataupun Kritaka sendiri.

"Setidaknya... Walaupun gue jarang ketemu sama kalian, gue selalu mengawasi pergerakan kalian."

Kritaka tertawa geli, "Mengawasi kata lo?" gadis itu lalu menggebrak meja dengan keras sembari menatap tajam ke arah Gerald, "Kalau lo becus mengawasi kami, kenapa bisa-bisanya Lilian menghilang?" teriak Kritaka dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Jadi sekarang gue yang salah di sini?!"

Langsung saja, setelah mendengar bentakan dari Gerald, Kritaka memilih diam sembari menatap terkejut ke arah Gerald.

Ada yang berbeda dari Gerald sekarang. Entah mengapa Kritaka merasa bahwa dibalik suara keras Gerald barusan terbesit rasa khawatir yang mendalam.

Apa jangan-jangan Gerald mulai menganggap Lilian?

Tanpa disadari Kritaka yang tengah sibuk dengan pemikirannya, Gerald terlihat memejamkan matanya dan mulai menenangkan diri.

Pria itu seharusnya yang lebih tenang dalam keadaan ini. Namun sialannya dia malah terbawa suasana akibat adiknya yang tampak seolah-olah menyalahkan dirinya atas hilangnya Lilian.

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang