Lilian melepaskan kedua sepatunya dan melemparkannya asal ke sembarang tempat setelah dirinya masuk ke dalam apartemen. Nafasnya tersendat dan lambat laun air mata yang sadari tadi perempuan itu tahan selama perjalanan kemari akhirnya tumpah juga.
Tubuhnya roboh, terduduk lemas di lantai. Untuk kesekian kali, Lilian kembali mengingat apa yang diucapkan Orea kepadanya terkait bagaimana Lilian harus bertindak untuk mencegah kematian atas dirinya sendiri.
"Ada satu cara supaya lo terhindar dari kematian, tetapi gue gak yakin cara ini bakalan berhasil."
Kala itu Lilian merasa senang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Orea setelah pria itu tidak memberikan tanggapan berarti untuk menyelamatkan nyawanya. Namun beberapa saat senyum itu memudar ketika urea memberikan saran yang mustahil sekali Lilian lakukan.
"Bunuh saja Leo dan Sean, dengan begitu mereka gak bakalan bunuh atau ganggu lo lagi."
Membunuh Leo dan Sean?
Segampang itukah?
Dengan kemampuan dari Emanuel yang dia warisi, Lilian bisa saja membunuh kedua pria tersebut, bahkan dengan kedua tangannya.
Tetapi sayangnya, Lilian sudah terlalu jatuh kepada kedua pria yang telah mengisi kekosongan hatinya selama ini.
Lilian tidak mampu untuk menyakiti mereka walau secuil pun.
Anggap saja Lilian bodoh, dia sangat mengakuinya.
Karena itulah, Lilian pasrah membiarkan Leo dan Sean mendekati dan menyentuhnya, seolah dirinya melupakan bahwa kedua pria itu adalah malaikat mautnya.
Disaat dirinya sedang kalut, mendadak pintu apartemen dibuka. Lantas dengan segera Lilian menghapus air matanya sembari kembali berdiri dan berbalik ke arah pintu di mana seorang pria yang telah lama tidak dia temui ada di sana.
Gerald Emanuel, anak tertua dari Reandra yang seharusnya menjadi pewaris dari kerajaan bisnis yang dibangun Reandra. Pria berperawakan tinggi tegap dan tampan itu sekarang berada di hadapannya
Hah, Lilian tidak terlalu akrab dengan kakak lelakinya ini sejak berada dalam keluarga Emanuel, terlebih lagi mereka beda ibu dan dibesarkan di tempat yang berbeda saat kecil sehingga tidak ada kedekatan batin antara keduanya.
Dari dasarnya saja mereka sudah tidak cocok.
"Kalau lo cuma pengen nanya dimana gue selama ini sebelum sakit, gue lagi males speak up," ucap Lilian yang setelah itu lebih memilih ke pantry untuk mengambil segelas air mineral.
Daripada mengikuti Lilian yang sedang menikmati minumannya, Gerald lebih memilih duduk di sofa yang letaknya tidak jauh dari pantry.
"Papa pengen kita makan malam bareng, untuk tempatnya bakalan gue kirim alamatnya," jelas Gerald yang kini menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa sembari menatap ke atas. "Untuk anak yang sangat berbakti, lo nggak bakalan nolak kan?" setelah berucap demikian pandangannya mengarah ke Lilian yang sedang memandangnya dengan pandangan tidak suka.
YOU ARE READING
Trapped
RomanceDalam hidupnya Kath tidak menyangka bahwa dia akan terjebak dalam novel romansa sebagai pemeran sampingan berumur pendek yang akan mati mengenaskan di tangan dua pria yang merupakan tokoh utama yang paling dia puja setengah mati. Satu hal yang pasti...